. Pada perang Irak-Iran (imposed war), Imam Khomeini ditanya ihwal prioritas pembelaan Iran atau Libanon. Imam Khomeini menjawab bahwa prioritas membela Iran, karena Iran merupakan sentral dan pusat negara-negara Islam.
Pertama: Asas pelbagai bantuan Republik Islam Iran ke negara-negara Muslim adalah bantuan-bantuan moril bukan bantuan-bantuan material dan finansial.
Kedua: Apabila terdapat juga bantuan-bantuan materil dan finansial ke negara-negara Muslim lainnya maka hal itu memiliki banyak pengaruh dan manfaat material dan spritual sebagaimana berikut:
A. Pengaruh material: Bantuan ini akan menyebabkan tumbuh dan berseminya perekonomian negara; karena salah satu faktor penting pertumbuhan ekonomi dan terciptanya hubungan niaga dengan negara-negara lainnya adalah adanya konsideran politik pada kancah pergaulan internasional. Dan memiliki konsideran politik pada kancah pergaulan dunia bergantung pada adanya sokongan dan kekuatan-kekuatan pendukung di antara negara-negara dunia serta adanya interaksi positif dan dukungan dari mereka; sebagaimana seluruh negara dunia untuk mengukuhkan pilar-pilar negara mereka di tengah pergaulan internasional adalah dengan memberikan bantuan-bantuan materil dan moril kepada negara-negara sahabat dan membentuk fakta-fakta pertahanan bagi sesama mereka.
B. Pengaruh moril: Perbuatan ini di samping akan meraih keridhaan Allah Swt dan menunaikan tugas syariat[1] dan kemanusiaan juga akan menyebabkan tersebarnya keadilan, penuntasan kezaliman dan kejahatan serta penyebaran nilai-nilai Islam dan Revolusi.
C. Hal yang penting untuk dicermati dan disimak terkait dengan masalah ini di sini adalah bahwa Islam tidak meyakini batas demarkasi dan klasifikasi geografi negara-negara yang nota-bene merupakan rekayasa kaum penjajah untuk menimbulkan perpecahan dan separasi di antara kaum Muslimin.
Islam meyakini bahwa kaum Muslimin di seantero dunia adalah satu bangsa, karena itu Islam menyebutnya sebagai satu umat, “Sesungguhnya (seluruh para nabi dan pengikut mereka) ini adalah umat kamu yang satu (dan pengikut satu missi dan tujuan); dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (Qs. Al-Anbiya [21]:92) dan negara-negara Muslim adalah satu negara yang disebut dalam fikih sebagai “Dâr al-Islam” sebagai tandingan “Dâr al-Kufr”.[2]
Karena kekayaan yang melimpah di negara-negara Islam berada di tangan pemimpin (wali amr) kaum Muslimin dan ia akan menggunakan kekayaaan tersebut dimanapun dan kapanpun dipandang maslahat. Namun apabila penjagaan negara Republik Islam Iran bergantung pada penggunaan harta kekayaan ini hanya di Iran maka Pemimpin Kaum Muslimin (Wali Amr Muslimin), bertitik tolak dari asas mendahulukan yang lebih penting atas yang penting (taqdim al-aham min al-muhim).. menggunakannya di Iran, lantaran Republik Islam Iran dewasa ini berfungsi sebagai sentral dan pusat bagi negara-negara Muslim.[3]
Sebagaimana yang kita saksikan hari ini orang-orang Syiah di negara-negara Muslim lainnya mengirim setoran-setoran syariat (wujuhât syar’i) mereka kepada para marja taklid di Qum. Para marja juga mengalokasikan harta ini untuk kegiatan-kegiatan derma khususnya penerbitan dan penyebaran ilmu, pembangunan sentral-sentral dan sekolah-sekolah di Iran dan di negara-negara lainnya. Dan seterusnya. [IQuest]
[1]. Ushûl al-Kâfi, Kitab Imân wa Kufr, Bab Haq al-Mu’min ‘ala al-Mu’min, Hadis 1, 2 dan 3. Untuk telaah lebih jauh silahkan Anda merujuk pada kitab Mi’râj Sa’âdah, hal. 385.
[2]. Silahkan lihat, Hadawi Tehrani, Wilâyat wa Diyânat.
[3]. Pada perang Irak-Iran (imposed war), Imam Khomeini ditanya ihwal prioritas pembelaan Iran atau Libanon. Imam Khomeini menjawab bahwa prioritas membela Iran, karena Iran merupakan sentral dan pusat negara-negara Islam.