Taubat secara leksikal bermakna menarik tangan dari perbuatan dosa dan kembali ke jalan hak. Dengan kata lain, kembali (ke jalan hak) dengan penyesalan atas perbuatan dosa.[1]
Taubat dan keputusan serius manusia untuk meninggalkan perbuatan dosa merupakan gerakan menuju keselamatan dan hal ini merupakan sebuah kemenangan tersendiri bagi yang melakukannya. Kemenangan yang membuka gerbang-gerbang rahmat Ilahi bagi manusia. Seseorang yang telah sampai pada tingkatan ini (taubat) sesungguhnya telah mencapai kemenangan besar. Karena itu, ia harus berusaha lebih maksimal untuk meningkatkan motivasi perlawanannya melawan dosa dan senantiasa menjaga kondisi perlawanan seperti ini dalam dirinya.
Poin yang sangat penting pada tingkatan dan jalan ini adalah memohon pertolongan kepada kemurahan dan perhatian Tuhan yang ditujukan kepada orang-orang yang bertaubat. Karena taubat sejati akan mengeliminir segala kemurkaan atas dosa-dosa dan hukuman-hukuman ukhrawi serta pengaruh-pengaruh negatif dosa-dosa di hadapan Allah Swt, sebagaimana Allah Swt berfirman, “Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Zumar [39]:53)[2]
Apa yang dapat disimpulkan dari ayat ini dan ayat-ayat serta riwayat-riwayat lainnya adalah bahwa apabila manusia menyesali perbuatan dosa yang dilakukannya dan bertaubat maka niscaya Allah Swt akan menerima taubatnya dan mengampuni seluruh dosa-dosanya. Sedemikian sehingga seolah-olah orang tersebut sama sekali tidak melakukan sebuah dosa.[3] Sesuai dengan penjelasan ini, terang bahwa seluruh ibadah dan perbuatan-perbuatan baik yang lalu dan masa datang akan diterima oleh Allah Swt. Oleh itu, jangan sekali-kali Anda berputus asa dari rahmat Ilahi. Karena meski dosa Anda sangat besar maka rahmat Allah Swt lebih luas dari semua itu.[IQuest]
Untuk telaah lebih jauh terkait dengan masalah ini silahkan lihat indeks, Taubat dari Dosa, Pertanyaan 7145 (Site: 7250)
[1]. Farhangg-e Muin, jil. 1, hal. 116.
[2]. Diadaptasi dari Pertanyaan 2130 (Site: 2239)
"قُلْ یا عِبادِیَ الَّذینَ أَسْرَفُوا عَلى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ یَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمیعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحیمُ"
[3]. “Al-Tâib min al-dzanb kamâ lâ dzanba lahu.” Orang yang bertaubat adalah laksana orang yang tidak ada dosanya.” Al-Kâfi, Kulaini, jil. 2, hal. 435. Wasâil al-Syiah, Hurr al-‘Amili, jil. 16, hal. 74.