Hiriz merupakan bentuk kata tunggal dan jamaknya adalah ahraz. Hiriz secara leksikal bermakna tempat berlindung, tempat kokoh dan kuat, dan segala sesuatu yang menjaga manusia dan manusia datang ke tempat itu untuk berlindung.[1]
Hiriz secara teknikal adalah doa-doa yang dengan membacanya atau menulisnya dan membawanya bersama akan menghilangkan rasa takut, menjauhkan niat jahat, menolak bala, penyakit dan makhluk-makhluk penggangu.[2]
Untuk menetapkan legalitas hal-hal yang berkenaan dengan syariat suci Islam maka kita harus berargumentasi dan bersandar pada ayat-ayat al-Quran atau Sunnah Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As lalu kemudian akal dan konsensus yang berujung pada ayat-ayat al-Quran atau sunnah.
Sebagai legalitas dan dasar hukum menggunakan hiriz, terdapat sunnah berupa amalan praktis yang dicontohkan Rasulullah Saw ketika beliau menggunakannya untuk menjaga Imam Hasan As dan Imam Husain As. Di samping itu juga terdapat sunnah berupa ucapan yang disampaikan oleh Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As terkait dengan instruksi penggunaan hiriz.
Sebagai contoh kami akan menyebutkan beberapa riwayat sebagai berikut:
- Imam Shadiq As meriwayatkan dari Imam Ali As bahwa Rasulullah Saw mendoakan Imam Hasan As dan Imam Husain As dengan kalimat-kalimat berikut ini dan bersabda:
«أُعِیذُکُمَا بِکَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ وَ أَسْمَائِهِ الْحُسْنَى کُلِّهَا عَامَّةً مِنْ شَرِّ السَّامَّةِ وَ الْهَامَّةِ وَ مِنْ شَرِّ کُلِّ عَیْنٍ لَامَّةٍ وَ مِنْ شَرِّ حاسِدٍ إِذا حَسَدَ».
Kemudian Rasulullah Saw berpaling kepada kami dan bersabda, “Demikianlah Ibrahim As menyerahkan Nabi Ismail As dan Nabi Ishak As dalam lindungan Allah Swt. [3]
- Imam Ali As bersabda, “Rasulullah Saw berkata kepadaku, “Bilamana engkau menghadapi bala dan musibah maka katakanlah:
«بسم اللَّه الرحمن الرحیم و لا حول و لا قوة الا باللَّه العلى العظیم»
Karena Allah Swt akan menjauhkan segala jenis dan model bala darimu. [4]
- Imam Shadiq As bersabda, “Barang siapa yang berkata:
«أَعُوذُ بِکَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ الَّتِی لَا یُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَ لَا فَاجِرٌ مِنْ شَرِّ مَا ذَرَأَ وَ مِنْ شَرِّ مَا بَرَأَ وَ مِنْ شَرِّ کُلِّ دَابَّةٍ هُوَ آخِذٌ بِناصِیَتِها إِنَّ رَبِّی عَلى صِراطٍ مُسْتَقِیمٍ».
maka saya menjamin ia akan aman dari kalajengking dan binatang-binatang yang membahayakan pada malam itu hingga pagi hari.[5] [iQuest]
[1]. Fakhruddin Tharihi, Majma’ al-Bahrain, jil. 4, hal. 15, Kitabpurusyi Murtadhawi, Teheran, 1375 S; Ibnu Manzhur bin Mukarram, Lisân al-‘Arab, jil. 5, hal. 333, Dar Shadir, Beirut, 1414 H.
[2]. Muhammad Yakub Kulaini, Ushûl al-Kâfi, Tarjameh Mustafawhi, Penerjemah Sayid Jawad Mustafawi, jil. 4, hal. 357, Kitabpurusyi ‘Ilmiyah Islamiyah, Teheran, Cetakan Pertama, 1369 H.
[3]. Muhammad bin Yakub bin Ishak Kulaini, Ushûl al-Kâfi, Riset oleh Ali Akbar Ghaffari dan Muhammad Akhundi, jil. 2, hal. 569, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, Cetakan Keempat, 1407 H.
[4] . Al-Kâfi, jil. 2, hal. 573.
[5]. Al-Kâfi, jil. 2, hal. 570 dan 571.