Ringkasan Pertanyaan
Apa yang dimaksud dengan qalam dan menulis sehingga dalam al-Quran bersumpah atasnya?
Pertanyaan
Mengapa Allah Swt dalam al-Qur’an bersumpah dengan qalam?
Jawaban Global
Allah Swt dalam al-Quran menyebutkan sumpah dengan berbagai hal di antaranya adalah bersumpah dengan qalam (pena) dan apa yang ditulis oleh qalam:
Qalam artinya alat menulis atau sesuatu yang dengannya dapat digunakan untuk menulis.[1]
Yasthurun merupakan kata kerja yang derivatnya adalah sa-tha-ra yang bermakna tersusunya kata per kata dalam satu halaman, tercabut sesuatu dari pohon, atau bermakna orang-orang yang berdiri. Tatkala disebutkan “sathara fulanu kadza” maknanya bahwa orang itu telah menulis baris (satr) demi baris (satr).[2]
Allah Swt dalam ayat ini menyebutkan sumpah dengan qalam (pena) dan apa yang ditulis dengan qalam (pena). Secara lahir konteks ayat dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan qalam (pena) adalah segala bentuk qalam dan segala jenis tulisan yang ditulis dengan qalam (pena).
Hikmah dari sumpah ini yang dinyatakan dengan qalam dan tulisan yang merupakan salah satu nikmat Allah Swt yang terbesar yang dianugerahkan kepada manusia dan dengan perantara keduanya (qalam dan tulisan) pelbagai peristiwa, kejadian dan segala yang terpendam dalam hati dapat direkam dalam tulisan; manusia dengan perantara qalam dan tulisan dapat menulis setiap kejadian di sepanjang sejarah. Demikian juga bergolaknya sebuah peristiwa di tempat yang terjauh dapat dihadirkan di hadapan mata dan dari tulisan itu orang-orang dapat memperoleh informasi tentangnya. Karena itu, qalam (pena) dan tulisan tidak kalah penting dan agungnya dengan kalam (ucapan).
Terkait dengan pentingnya dua anugerah Ilahi ini cukup bahwa Allah Swt telah memberikan nikmat ini kepada manusia dan membimbing manusia dengan perantara kalam dan qalam, mengajarkan bagaimana cara menggunakan keduanya. Sehubungan dengan kalam hal ini Allah Swt berfirman:
Sekaitan dengan qalam, Allah Swt berfirman:
Karena itu, sumpah Allah Swt dengan qalam dan apa yang ditulisnya adalah sumpah dengan salah satu nikmat dan Dia tidak hanya bersumpah dengan qalam, bahkan dalam al-Quran, Allah Swt bersumpah dengan kebanyakan makhluk-Nya karena mereka semua adalah anugerah Ilahi; seperti bersumpah dengan langit, bumi, matahari, bulan, malam, buah tin dan zaitun.[3]
Akan tetapi para mufassir memberikan kemungkinan lain bahwa yang dimaksud dengan qalam dan tulisan yang disebutikan dalam ayat ini boleh jadi mencakup salah satu batin dari batin al-Quran seperti yang disebutkan bahwa yang dimaksud dengan qalam adalah qalam a’lā yaitu qalam penciptaan; karena qalam pertama adalah sebuah entitas yang diciptakan oleh Allah Swt. Dalam hadis disebutkan bahwa qalam merupakan entitas pertama yang diciptakan oleh Allah Swt[4] dan yang dimaksud dengan ma yasthurun adalah amalan-amalan (manusia) yang dicatat oleh para malaikat.[5] [iQuest]
«وَ الْقَلَمِ وَ ما یَسْطُرُونَ»
“Demi pena dan apa yang mereka tulis.” (Qs. al-Qalam [68]:1)Qalam artinya alat menulis atau sesuatu yang dengannya dapat digunakan untuk menulis.[1]
Yasthurun merupakan kata kerja yang derivatnya adalah sa-tha-ra yang bermakna tersusunya kata per kata dalam satu halaman, tercabut sesuatu dari pohon, atau bermakna orang-orang yang berdiri. Tatkala disebutkan “sathara fulanu kadza” maknanya bahwa orang itu telah menulis baris (satr) demi baris (satr).[2]
Allah Swt dalam ayat ini menyebutkan sumpah dengan qalam (pena) dan apa yang ditulis dengan qalam (pena). Secara lahir konteks ayat dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan qalam (pena) adalah segala bentuk qalam dan segala jenis tulisan yang ditulis dengan qalam (pena).
Hikmah dari sumpah ini yang dinyatakan dengan qalam dan tulisan yang merupakan salah satu nikmat Allah Swt yang terbesar yang dianugerahkan kepada manusia dan dengan perantara keduanya (qalam dan tulisan) pelbagai peristiwa, kejadian dan segala yang terpendam dalam hati dapat direkam dalam tulisan; manusia dengan perantara qalam dan tulisan dapat menulis setiap kejadian di sepanjang sejarah. Demikian juga bergolaknya sebuah peristiwa di tempat yang terjauh dapat dihadirkan di hadapan mata dan dari tulisan itu orang-orang dapat memperoleh informasi tentangnya. Karena itu, qalam (pena) dan tulisan tidak kalah penting dan agungnya dengan kalam (ucapan).
Terkait dengan pentingnya dua anugerah Ilahi ini cukup bahwa Allah Swt telah memberikan nikmat ini kepada manusia dan membimbing manusia dengan perantara kalam dan qalam, mengajarkan bagaimana cara menggunakan keduanya. Sehubungan dengan kalam hal ini Allah Swt berfirman:
«خَلَقَ الْإِنْسانَ عَلَّمَهُ الْبَیانَ».
“Dia telah menciptakan manusia. Dia mengajarkan bayân (ucapan yang dapat mengungkap isi hati) kepadanya.”Sekaitan dengan qalam, Allah Swt berfirman:
«عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنْسانَ ما لَمْ یَعْلَمْ».
Karena itu, sumpah Allah Swt dengan qalam dan apa yang ditulisnya adalah sumpah dengan salah satu nikmat dan Dia tidak hanya bersumpah dengan qalam, bahkan dalam al-Quran, Allah Swt bersumpah dengan kebanyakan makhluk-Nya karena mereka semua adalah anugerah Ilahi; seperti bersumpah dengan langit, bumi, matahari, bulan, malam, buah tin dan zaitun.[3]
Akan tetapi para mufassir memberikan kemungkinan lain bahwa yang dimaksud dengan qalam dan tulisan yang disebutikan dalam ayat ini boleh jadi mencakup salah satu batin dari batin al-Quran seperti yang disebutkan bahwa yang dimaksud dengan qalam adalah qalam a’lā yaitu qalam penciptaan; karena qalam pertama adalah sebuah entitas yang diciptakan oleh Allah Swt. Dalam hadis disebutkan bahwa qalam merupakan entitas pertama yang diciptakan oleh Allah Swt[4] dan yang dimaksud dengan ma yasthurun adalah amalan-amalan (manusia) yang dicatat oleh para malaikat.[5] [iQuest]
[1] Ibnu Manzhur, Muhammad bin Mukarram, Lisān al-‘Arab, jld. 12, hlm. 490, Beirut, Dar Shadir, Cet. 3, 1414 H.
[2] Raghib Isfahani, Husain bin Muhammad, al-Mufradāt fi Gharib al-Qur’ān, Riset oleh Shafwan Adnan, hlm. 309, Damaskus, Beirut, Dar al-Qalam, Dar al-Syamiyah, Cet. 1, 1412 H.
[3] Thabathabai, Sayid Muhammad Husain, al-Mizān fi Tafsir al-Qur’ān, jld. 19, hlm. 368, Qum, Daftar Intisyarat Islami, Cet. 5, 1417 H.
[4] Qummi, Ali bin Ibrahim, Tafsir al-Qummi, Riset oleh Musawi Jazairi, Sayid Thayyib, jld. 2, hlm. 198, Qum, Dar al-Kitab, Cet. 3, 1404 H.
«عَنْ أَبِی عَبْدِ اللَّهِ ع قَالَ أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمُ فَقَالَ لَهُ اکْتُبْ فَکَتَبَ مَا کَانَ- وَ مَا هُوَ کَائِنٌ إِلَى یَوْمِ الْقِیَامَة».
[5] Fakhruddin Razi, Abu Abdillah Muhammad bin Umar, Mafātih al-Ghaib, jld. 30, hlm. 599, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Cet. 3, 1420 H.