Mengingat bahwa makam imâmah adalah makam realisasi tujuan-tujuan mazhab dan hidayah (petunjuk) bermakna menyampaikan seseorang hingga tujuan akhir, tidak sekedar memberikan bimbingan, maka makam imâmah ini juga mencakup petunjuk takwini; artinya pengaruh batin dan penetrasi spiritual imam dan pancaran cahaya wujudnya bersinar dalam hati manusia dan demikianlah makna hidayah (petunjuk). Karena itu, banyak kejadian manusia memperoleh petunjuk berkat pengaruh makam spiritual Imam Maksum As.
Mengingat bahwa makam imâmah adalah makam realisasi tujuan-tujuan mazhab dan hidayah (petunjuk) bermakna menyampaikan hingga tujuan akhir, tidak sekedar memberikan bimbingan, maka makam imâmah ini juga mencakup petunjuk takwini; artinya pengaruh batin dan penetrasi spiritual imam dan pancaran cahaya wujudnya bersinar terang dalam hati manusia dan demikianlah makna hidayah (petunjuk).
Karena itu, banyak kejadian manusia memperoleh petunjuk berkat pengaruh makam spiritual Imam Maksum As. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut bahwa tujuan pengutusan para nabi dan pengiriman para rasul adalah untuk memberikan petunjuk (hidayah) kepada seluruh manusia. Petunjuk ini terbagi menjadi dua bagian:
- Petunjuk (hidayah) bermakna menunjukkan jalan; artinya tugas yang dikerjakan setiap nabi.
- Mengantarkan hingga tujuan dan menyampaikan pada maksud. Hidayah atau petunjuk ini juga memiliki dua bagian lain:
- Petunjuk tasyri’i dan realisasi agenda-agenda agama; baik dengan membentuk pemerintahan, melaksanakan hukum-hukum Islam (hudud) dan keadilan sosial, atau melalui penggemblengan dan pembinaan jiwa-jiwa secara amali (dengan praktik), kedua hal ini adalah media realiasi tujuan-tujuan para nabi dan merupakan program yang sangat berat lantaran memerlukan selaksa tipologi seperti ilmu, takwa, keberanian, dan keahlian manajerial dalam mengatur urusan umat.
- Petunjuk takwini dan menyampaikan kepada tujuan melalui pengaruh dan penetrasi spiritual imam dan pancaran cahaya wujudnya bersinar dalam hati manusia yang merupakan sebuah perjalanan spiritual dan intrinsik. Tentu saja, program seperti ini, menuntut tipologi dan kesiapan yang lebih banyak pada diri seorang manusia.[1]
Mengingat peran imam dalam memberikan petunjuk pada umat manusia karena itu banyak kejadian manusia memperoleh petunjuk berkat pengaruh makam spiritual dan batin Imam Maksum As. Sebagai contoh adalah kisah berikut ini:
“Hasan bin Ali bin Fadhal berkata, “Saya adalah seorang yang bermazhab Waqifi dan atas dasar akidah ini saya pergi ke Mekah. Tatkala saya memasuki Mekah tiba-tiba terlintas sebuah gagasan dalam pikiran saya. Saya memegang Multazim[2] (pintu Ka’bah) dan berkata, “Tuhanku! Engkau tahu apa yang terlintas dalam benakku dan apa yang menjadi keputusanku! Berikanlah petunjuk kepadaku untuk menemukan sebaik-baik jalan agama. Terbetik dalam hatiku untuk pergi berjumpa Imam Ridha As. Saya bertolak menuju Madinah. (Setibanya di Madinah) Beberapa saat saya berdiri di hadapan rumah dan berkata kepada pembantu Imam Ridha As untuk memberikan izin masuk. Katakan kepadanya bahwa seorang pria dari Irak berada di depan pintu. Saya mendengar suara Imam Ridha As dan mempersilahkan aku masuk. Saya masuk, begitu matanya tertuju kepadaku, beliau bersabda, “Allah Swt telah mengabulkan doamu dan demikianlah Dia memberikan petunjuk kepadamu.” Saya berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah hujjah Allah Swt dan penjaga amanah-Nya di muka bumi.”[3] [iQuest]
[1]. Sekelompok penulis di bawah pengawasan Dr. Yazdi Mutlaq, Imâmat Pazyuhesyi (Barrasi Didgâh-e Imâmiyah, Mu’tazilah wa Asyairah), hal. 80, Nasyir, Danesygah ‘Ulum Islami Radhawi, Masyhad, Cetakan Pertama, 1381 S.
[2]. Sebuah tempat yang terletak di antara Hajar al-Aswad dan pintu Ka’bah. Sebab tempat ini dinamai dengan Multazim karena iltizâm dan memegang tempat itu adalah amalan yang dianjurkan ketika berhaji.
[3]. Syaikh Shaduq, ‘Uyûn Akhbâr al-Ridhâ As, jil. 12, hal. 219, Intisyarat-e ‘Ilmiyah Islamiyah, Teheran, Cetakan Pertama.