Lafaz jalalah Allah yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai Tuhan adalah nama khusus dan yang paling inklusif di antara nama-nama Tuhan. Sayidina Ali As dalam menjelaskan makna Allah, bersabda, “Allah artinya sesembahan yang membuat makhluk terheran dan terhenyak padanya dan mencintai-Nya. Allah adalah sosok yang tertutup dari pandangan mata dan terhijab dari pikiran-pikiran dan akal-akal manusia.”
Lafaz jalâlah Allah yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai Tuhan adalah nama khusus dan yang paling inklusif di antara nama-nama Tuhan. Nama ini hanya pantas dan layak dilekatkan pada Tuhan. Artinya tiada satu pun selain Tuhan yang dapat menyandang nama ini. Karena masing-masing dari nama-nama Tuhan merefleksikan satu bagian tipikal dari sifat Tuhan. Dan satu-satunya nama yang mencakup seluruh sifat dan kesempurnaan Ilahi atau dengan ungkapan lain penghimpun sifat jalal dan jamal adalah Allah.[1]
Allah derivasinya dari kata walah yang bermakna heran (tahayyur) karena akal-akal terheran dan terhenyak dalam Zat suci-Nya sebagaimana hal ini dinyatakan dalam sebuah hadis yang dinukil dari Amirul Mukminin Ali As:
“Allah artinya sesembahan yang mrmbuat akhluk terhenyak padanya dan mencintai-Nya. Allah adalah sosok yang tertutup dari pandangan mata dan terhijab dari pikiran-pikiran dan akal-akal manusia.”[2]
Terkadang juga dipandang bersumber dari akar kata “alah” (yang bermakna ibadah) dan derivatnya adalah “Alilah” yang berarti satu-satunya sesembahan.
Terdapat nama-nama lain bagi Allah Swt yang galibnya disebut sebagai sifat dan ajektif bagi kata Allah misalnya sebagai berikut:
Ghafur dan Rahim yang menyiratkan sisi kepemaafan Tuhan, “FainnaLlah ghafurun Rahim.”[3]
Sami’ yang bertautan dengan pengetahuan Tuhan terhadap segala yang terdengar. Dan alim yang menyiratkan pengetahuan Tuhan terhadap segala sesuatu, fainnaLlâh sami’un alîm.”[4]
Bashir yang mengungkap pengetahuan Tuhan terhadap segala yang terlihat “waLlâhu bashirun bima ta’malun.”[5]
Razzaq yang menandaskan bahwa Tuhan menganugerahkan rizki kepada seluruh entitas dan “dzul quwwah” terkait dengan kekuasaan-Nya dan matin berhubungan dengan konstannya perbuatan-perbuatan dan program-progam Ilahi, “InnaLlah huwa al-razzâq dzu al-quwwati al-matin.”[6]
Dan akhirnya, khaliq dan bari yang menandaskan penciptaan-Nya dan mushawwir yang membentuk segala sesuatu, “huwaLlah al-khaliq al-bari al-mushawwir lahu al-asma al-husnâ.” (Qs. Al-Hasyr [59]:24)
Benar hanya kata Allah yang merupakan nama Tuhan yang paling inklusif. Kita amati pada sebuah ayat yang menyebutkan nama-nama ini, terdapat sifat Allah Swt, “Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa. Dia memiliki nama-nama yang paling baik. Seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. Al-Hasyr [59]:24) Salah satu bukti nyata atas inklusifnya nama ini adalah bahwa media iman dan tauhid hanya dapat diekspresikan dengan kalimat laa ilaha illaLlah dan kalimat “la ilaha illa al-alim, illa al-khaliq, illa al-razzaq dan semisalnya dengan sendirinya tidak dapat menjadi bukti ketauhidan dan keislaman.
Demikian juga, pada mazhab-mazhab lainnya tatkala mereka menyebut Tuhan kaum Muslimin mereka menyebut nama Allah karena pendeskripsian Tuhan dengan Allah adalah terkhusus untuk kaum Muslimin. [IQuest]
[1]. Tafsir Nemune, jil. 1, hal. 21 dan 22.
[2]. Bihâr al-Anwâr, jil. 3, hal. 222.
اللَّه معناه المعبود الذى یاله فیهالخلق، و یؤله الیه، و اللَّه هو المستور عن درک الأبصار، المحجوب عن الاوهام و الخطرات.
[5]. “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Hujurat [49]:18)