Mukjizat adalah sebuah praktik yang dilakukan para nabi untuk membuktikan klaim kenabiannya dan orang lain tidak mampu melakukan hal yang sama.
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw. Dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menetapkan bahwa kitab Ilahi ini adalah mukjizat. Di samping itu, terdapat juga banyak ayat dalam al-Qur’an yang sebagian darinya adalah termasuk dari mukjizat Rasulullah Saw. Seperti nubuat tentang masa depan, berita tentang orang-orang terdahulu, ajaran-ajaran tinggi Ilahi, dan lain sebagainya; karena masyarakat mengenal hal-hal revelasional ini melalui Rasulullah Saw. Al-Qur’an menyebutkan dengan tegas dua mukjizat lain Rasulullah Saw: Mukizat pertama adalah isra dan mikraj Rasulullah Saw. Mukjizat kedua adalah syaq al-qamar (terbelahnya bulan dengan isyarat Nabi Saw) yang disinggung pada awal surah al-Qamar.
I’jâz (kemukjizatan) secara leksikal bermakna tidak mampu (‘âjiz) dan tidak berdaya. Secara teknikal bermakna mengerjakan sebuah urusan atau mendemonstrasikan sebuah perbuatan yang sama atau serupa dengan perbuatan tersebut tidak dapat dikerjakan oleh orang lain. Oleh itu, mukjizat adalah ayat-ayat dan tanda-tanda yang digunakan para nabi untuk menetapkan kenabiannya dan orang lain tidak mampu dan tidak berdaya untuk melakukan hal yang sama. Seperti tongkat Musa As yang berubah menjadi ular naga besar dan hidupnya orang mati yang dilakukan oleh Isa As.
Nabi Saw sepanjang masa hidupnya memiliki banyak mukjizat yang terhitung sebanyak empat ribu mukjizat. Mukjizat terbesar Rasulullah Saw adalah al-Qur’an yang berbeda dengan mukjizat-mukjizat seluruh nabi dan bahkan berbeda dengan mukjizat-mukjizat beliau sendiri. Mukjizat al-Qur’an adalah mukjizat yang kekal dan abadi sebuah mukjizat yang berbentuk kitab yang memiliki ragam dimensi kemukjizatan seperti kefasihan (elokuensi) dan retorika (balagha) yang tiada tandingnya, penjelasan sebaik-baik ajaran Ilahi dan lain sebagainya yang dibahas dan diperdebatkan oleh kalangan ulama dan para penafsir secara panjang lebar.
Lontaran tantangan al-Qur’an (tahaddi) merupakan sebaik-baik dalil atas kemukjizatan al-Qur’an yang menegaskan, “Dan jika kamu (tetap) meragukan Al-Qur'an yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah (paling tidak) satu surah saja yang semisal dengan Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah (untuk melakukan hal itu), jika kamu orang-orang yang benar.”[1] (Qs. Al-Baqarah [2]:23) Dan hingga hari ini seluruh manusia tidak kuasa dan berdaya untuk menyodorkan bahkan satu surah misalnya surah-surah yang terkecil dari al-Qur’an. Dan dapat dipastikan bahwa mereka tidak akan mampu melakukan hal itu hingga hari Kiamat. Demikian juga, berita-berita gaib yang merupakan dimensi lain dari kemukjizatan al-Qur’an dan mengingat bahwa seluruh berita-berita gaib yang diketahui Rasulullah Saw dengan perantara wahyu dan pertama kalinya disampaikan kepada masyarakat merupakan salah satu mukjizat yang pernah didemonstrasikan Rasulullah Saw. Di antara berita-berita gaib ini yang disampaikan Rasulullah Saw kepada masyarakat dan juga termaktub dalam al-Qur’an sebagaimana berikut ini:
1. Sebagian orang dari kalangan Bani Israel[2] memeluk Islam untuk memperoleh sedekah namun mereka bukan orang yang benar-benar beriman. Tatkala mereka datang ke hadapan Rasulullah Saw dan mengklaim bahwa mereka adalah orang-orang beriman, al-Qur’an menyatakan kepada Rasulullah Saw, “Orang-orang Arab Badui itu berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk’ karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu.”[3] Mengetahui apa yang tersembunyi dan tersimpan di hati orang-orang merupakan salah satu mukjizat Ilahi yang dipraktikan Rasulullah Saw.
2. Ash bin Wail mengata-ngatai Rasulullah Saw dengan abtar karena tidak memiliki putra. Rasulullah Saw menyebut Ash bin Wail sebagai abtar dan menyebut dirinya sebagai kautsar. Al-Qur’an menyatakan, “Sesungguhnya orang-orang yang membencimu, dialah yang terputus (keturunannya).”[4] Nubuat ini terlaksana dan generasi Ash bin Wail terputus setelah putranya namun generasi Rasulullah Saw senantiasa berlanjut.[5]
3. Berita tentang kemenangan bangsa Romawi setelah mereka menderita kekalahan telak dari pasukan Iran, “Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang”[6] (Qs. Al-Rum [30]:1-3)
Al-Qur’an memberitakan dua mukjizat yang terjadi bagi Rasulullah Saw sebagaimana berikut:
1. Isra dan Mikraj Rasulullah Saw:
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”[7] (Qs. Al-Isra [17]:1) Ayat ini berceritera tentang mikraj (isra) Rasulullah Saw bahwa setelah memperjalankan Rasulullah Saw ke Masjid al-Aqsha, Allah Swt mengangkatnya ke qaba al-qausain atau adna (yang lebih dekat darinya).[8]
Inti kejadian mikraj adalah mukjizat Rasulullah Saw. Pasca mikraj juga Rasulullah Saw menjelaskan berita-berita gaib yang tiada bandingannya dalam perjalanan ini. Masalah mikraj dijelaskan seluruh ulama terkemuka Islam yang terjadi sebelum hijrah Rasulullah Saw dari Mekkah ke Madinah meski terdapat perbedaan pendapat seputar tahun kejadiannya. Sebagian dari ulama menyebutkan bahwa mikraj terjadi pada tahun kedua bi’tsat (pengutusan resmi) atau ketiga atau kelima atau keenam. Sebagian lainnya menyebutkan pada tahun selain empat kemungkinan ini.
Karena itu, apa yang disebutkan dalam ayat, “Untuk kesekian kalinya ia (Muhammad) menyaksikan-Nya di Sidrat al-Muntaha”[9] demikian juga dari beberapa riwayat Ahlulbait As dapat disimpulkan bahwa mikraj Rasulullah Saw terjadi dua kali.[10]
Sesuai dengan penegasan al-Qur’an, isra dan mikraj bermula dari Masjid al-Haram meski sebagian ulama menyebutkan rumah Ummu Hani atau Syi’b Abu Thalib sebagai tempat permulaan perjalanan Rasulullah. Terdapat kemungkinan pertama kalinya bermula dari Masjid al-Haram dan untuk kedua kalinya bermula dari rumah Ummu Hani. Namun terdapat beberapa dalil yang menampik Syi’b Abu Thalib sebagai tempat permulaan perjalanan Rasulullah Saw.[11]
Hal penting lainnya yang harus disampaikan terkait dengan mikraj Rasulullah Saw adalah cara naiknya beliau. Apakah beliau mengalami mikraj ruhani atau baik mikraj jasmani dan ruhani?
Terdapat banyak pendapat yang disampaikan para penafsir terkait dengan masalah ini bahwa mikraj yang dijalani Rasulullah Saw adalah mikraj ruhani dan jasmani.”[12] Artinya Rasulullah Saw diperjalankan dari Masjid al-Haram ke Bait al-Muqaddas dengan badan materialnya dan dari Bait al-Muqaddas naik ke langit dengan badan dan ruhnya. Dan selama dalam perjalanannya Rasulullah Saw menukil banyak berita ghaib.[13] Untuk memperoleh informasi lebih jauh ihwal hakikat mikraj Rasulullah Saw kami persilahkan Anda untuk merujuk pada kitab-kitab tafsir.
2. Syaq al-Qamar (Terbelahnya Bulan)
Pada permulaan surah al-Qamar, Allah Swt menyebutkan mukjizat agung Rasululah Saw ini dan menyatakan, “Kiamat telah dekat dan bulan telah terbelah”[14] Peristiwa terbelahnya bulan sebagai buah dari permintaan kaum Musyrikin Mekkah (sebelum hijrah) kepada Rasulullah Saw berupa ayat dan sebuah tanda lalu berkata, “Apabila engkau adalah benar-benar seorang nabi Allah belahlah bulan untuk kami dan ubahlah menjadi dua bagian. Rasulullah Saw berkata kepada mereka, “Apabila aku melakukan hal itu untuk kalian apakah kalian akan beriman? “Iya.” Pungkas mereka. Malam itu, malam badar yaitu purnama penuh. Rasulullah Saw memohon kepada Allah Swt supaya bulan terbagi menjadi dua bagian. Dengan isyarat Rasulullah Saw membelah bulan menjadi dua bagian dan banyak orang yang menyaksikan mukjizat ini namun orang-orang musyrik kembali mengingkari mukjizat besar ini dan berkata Muhammad telah menyihir kita.[15] Al-Qur’an menjelaskan pengingkaran kaum musyrikin ini sebagai adat yang selalu mereka lakukan, “Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, “(Ini adalah) sihir yang terus menerus. Mereka mendustakan (ayat-ayat Allah) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.”[16]
Demikianlah sebagian hal yang telah disebutkan di atas dalam kaitannya dengan mukjizat-mukjizat Rasulullah Saw. [IQuest]
[1]. (Qs. Al-Baqarah [2]:23)
" وَ إِن کُنتُمْ فىِ رَیْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلىَ عَبْدِنَا فَأْتُواْ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَ ادْعُواْ شُهَدَاءَکُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن کُنتُمْ صَادِقِین".
[2]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 17, hal. 199.
[3]. (Qs. Al-Hujurat [49]:14)
"قَالَتِ الْأَعْرَابُ ءَامَنَّا قُل لَّمْ تُؤْمِنُواْ وَ لَاکِن قُولُواْ أَسْلَمْنَا وَ لَمَّا یَدْخُلِ الْایمَانُ فىِ قُلُوبِکُمْ...".
[4]. (Qs. Al-Kautsar [108]:3)
"إِنَّ شَانِئَکَ هُوَ الْأَبْتر."
[5]. Bihâr al-Anwâr, jil. 17, hal. 203.
[6]. (Qs. Al-Rum [30]:2-3)
غُلِبَتِ الرُّومُ،فىِ أَدْنىَ الْأَرْضِ وَ هُم مِّن بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَیَغْلِبُون.
[7]. (Qs. Al-Isra [17]:1)
" سُبْحَانَ الَّذِى أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَیْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلىَ الْمَسْجِدِ الْأَقْصَا الَّذِى بَارَکْنَا حَوْلَهُ لِنرُیَهُ مِنْ ءَایَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِیعُ الْبَصِیر".
[8]. (Qs. Al-Najm [53]:7-9)
وَ هُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلىَ، ثمَُّ دَنَا فَتَدَلىَ،فَکاَنَ قَابَ قَوْسَینِْ أَوْ أَدْنىَ، فَأَوْحَى إِلىَ عَبْدِهِ مَا أَوْحَى.
Untuk menelaah tafsiran ayat ini lebih jauh silahkan lihat Husain Thabathabai, Terjemahan Persia al-Mizân, jil. 19, hal. 38 dan seterusnnya, Intisyarat-e Daftar Islami.
[10]. Abdu Ali Arusi Huwaizi, Nûr al-Tsaqalaîn, jil. 3, hal. 98, Intisyarat-e Ismailiyan, Qum.
[11]. Sayid Mahmud Alusi, Ruh al-Ma’âni fi Tafsir al-Qur’ân al-‘Azhim, jil. 8, hal. 8, Intisyarat Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut.
[12]. Terjemahan Persia al-Mizan, jil. 19, hal. 39.