"Makar" bermakna pengaturan (perencanaan) dan pencarian alternatif dalam perbuatan-perbuatan baik atau buruk. Dan atas alasan ini penggunaan redaksi ini dalam al-Qur'an disebutkan beserta ajektif (sifat) "as-sayyi’u."
Makar Ilahi: Terdapat banyak ayat yang menyandarkan "makar" kepada Tuhan dan maksud ayat-ayat tersebut adalah pengaturan universal Ilahi. Lantaran Dia merupakan pemilik pengaturan dan tiada satu pun pengaturan yang ada di luar pengaturan-Nya. Oleh karena itu, Allah Swt di atas seluruh pengatur sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an, "Allah sebaik-baik pembuat makar." Dan berfirman, "Dan sungguh orang-orang kafir yang sebelum mereka telah mengadakan tipu daya, tetapi semua tipu daya itu adalah dalam kekuasaan Allah. Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh setiap diri, dan orang-orang kafir akan mengetahui untuk siapa tempat kesudahan (yang baik dan buruk) di dunia sana itu." (Qs. Al-Ra'ad [13]:54)
Ayat ini secara jelas menegaskan bahwa pengaturan universal adalah milik Tuhan dan pengaturan yang lain tidak dapat terlaksana di hadapan pengaturan Ilahi.
Makna "makar" secara leksikal bermakna pengaturan. Termasuk pengaturan yang baik atau yang buruk. Atau pengaturan ini dalam perbuatan buruk atau perbuatan baik.[1] Kendati sebagian makar diartikan sebagai tipu daya dan jika disandarkan kepada Tuhan, maka maknanya adalah ganjaran dan hajaran tipu daya dan kelicikan.[2]
Adapun makar Ilahi dengan memperhatikan ayat-ayat yang menggunakan redaksi makar akan kita jumpai bahwa yang dimaksud dengan makar adalah pengaturan dan pencarian alternatif.[3] Namun terkadang baik, juga kadang-kadang buruk. Sebagai contoh
pada ayat, " Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." (Qs. Al-Anfal [08]:30)
Maksud dari redaksi yamkurun di sini adalah tipu daya dan pengaturan kaum musyrikin yang ingin membunuh Nabi Muhammad Saw atau memenjarakannya. Adapun maksud "yamkurullah" adalah pengaturan Ilahi yang menitahkan Nabi Saw untuk hijrah. Dan apa yang kita lihat pada redaksi "makar" disertai dengan ajektif (sifat) "al-sayyi'u"[4] yang digunakan dalam al-Qur'an adalah dalil bahwa "makar" terkadang digunakan untuk perbuatan buruk dan terkadang untuk perbuatan baik.
Oleh karena itu banyak ayat yang menyandarkan "makar" kepada Tuhan maksudnya adalah bahwa pemilik pengaturan universal adalah Tuhan dan tidak satu pun yang berada di luar pengaturan-Nya.[5] Atas alasan ini, Allah Swt berada di atas seluruh pengatur.[6] Dan ayat pada surah al-Ra'ad secara tegas menunjukkan bahwa pengaturan universal adalah milik Tuhan dan pengaturan yang lain tidak dapat terlaksana di hadapan pengaturan Ilahi.[7][]
[1]. Lihat, Sayid Ali Akbar Qarasyi, Qamus Qur'an, jil. 6, hal. 265
[2]. Lihat, Muhammad Bandar Riki, terjemahan, al-Munjid, jil. 20, hal. 1820
[3]. Misalnya pada Qs. Al-A'raf (7):99&123; Qs. Al-Ra'ad (13):33 & 42, Qs. Saba (34):33; Qs. Ali Imran (3):54; Qs. Al-Nahl (16):26 & 45; Qs. Al-Naml (27):50 & 51; Qs. Nuh (71):22; Qs.Ibrahim (14):46; Yusuf (12):13; Qs. Al-Ghafir (40):45.
[4]. Lihat Qs. Fatir (35):43
[5]. Qs. Ali Imran (3):54
[6]. Lihat Qs. Al-Ra'ad (13):42
[7]. Lihat, Allamah Sayid Husain Thaba-thabai, al-Mizan, terj. Musawi Hamadani, jil. 12, hal. 355.