Arena Kiamat merupakan arena pagelaran dan penampakan kehebatan dan kebesaran Tuhan. Dalam al-Qur’an sebagian peristiwa hari Kiamat disebutkan misalnya, gunung-gunung akan digulung dan seluruh manusia akan bangkit dari kuburnya, bumi akan menumpahkan segala apa yang dikandungnya. Seluruh amalan manusia akan nampak di hadapannya dan seluruh anggota badannya dan bumi yang menjadi tempat segala amalan dikerjakan akan menjadi saksi dan mengungkap segala fakta yang ada. Sebab ketakutan banyak orang pada hari itu adalah perilaku yang tidak terpuji yang dilakukannya semasa hidup di dunia. Sebagai kebalikannya terdapat orang-orang bertakwa dan saleh yang merasa aman dari segala prahara dan gelegar Kiamat.
Dalam menjawab pertanyaan ini kita dapat menyebutkan dua poin sebagai berikut:
1. Arena Kiamat merupakan arena pagelaran dan penampakan kehebatan dan kebesaran Tuhan. Allah Swt dalam mendeskripsikan hari Kiamat berfirman, “Supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat). (yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lantas datang seruan), “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Qs. Al-Ghafir [40]:1516) Pada ayat-ayat lainnya dijelaskan tipologi dari beberapa tipologi hari Kiamat yang masing-masing menunjukkan kehebatan dan keagungan Allah Swt.
Pertama, halangan-halangan materi seperti gunung-gunung akan menjadi datar dan sesuai tuturan al-Qur’an bumi akan berbentuk datar tak berair dan tak bertumbuhan (qa’an shafshafa).[1]
Kedua, seluruh manusia akan keluar dari kuburnya masing-masing.
Ketiga, seluruh rahasia yang terpendam dalam batin manusia akan terkuak semuanya.[2] Bumi akan mengeluarkan segala apa yang dikandungnya.[3]
Keempat, seluruh catatan amal manusia akan dibuka dan isi catatan amalan tersebut akan dibeberkan.[4]
Kelima, amalan-amalan yang dikerjakan manusia akan nampak nyata di hadapannya.[5]
Keenam, masalah-masalah yang disembunyikan manusia secara diam-diam akan nampak terang.[6]
Ketujuh, bumi sebagai tempat amalan-amalan dikerjakan dan anggota-anggota badan akan bangkit memberikan kesaksian dan membeberkan segala hakikat yang ada.[7] Seluruh manusia dengan seluruh keberadaan dan eksistensinya akan hadir dalam gelanggang akbar tersebut dan tiada sesuatu pun yang tersembunyi.[8] Untuk mengetahui gelegar dan prahara apa yang akan terjadi di tempat itu cukup bagi kita memikirkan bahwa apabila gelanggang seperti itu terjadi di dunia dalam satu menit, dan seluruh batin dan lahir, kesendirian dan keramaian manusia menjadi satu, prahara apa yang akan terjadi di tengah-tengah makhluk? Dan bagaimana seluruh jalinan dan hubungan manusia akan terputus?
2. Sebab kebanyakan ketakutan dan rasa gentar pada hari itu adalah berakar pada seluruh perbuatan dan perilaku manusia. Hal ini disebabkan lantaran perilaku tidak pantas yang dilakukan manusia di dunia ini. Di samping itu, karena banyaknya perbuatan dosa dan penyimpangan dalam diri mereka sehingga mengalami ketakutan dan kepanikan. Sedemikian sehingga Allah Swt, dalam mendeskripsikan kondisi yang dihadapi manusia, berfirman, “(Yaitu) pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, semua wanita yang menyusui anaknya lalai akan anak yang disusuinya, kandungan seluruh wanita yang hamil gugur, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. Tetapi azab Allah itu sangat keras.” (Qs. Al-Hajj [22]:2) Artinya sekelompok manusia tatkala menyaksikan perbuatan dan perilaku buruknya dan dari sisi lain memandang kekuasaan nir-batas Ilahi, kondisi-kondisi mengerikan dan panik seperti ini akan mereka alami.
Namun sebagai bandingan kelompok di atas adalah orang-orang yang bertakwa dan saleh dimana Allah Swt berfirman tentang mereka, “Barang siapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik darinya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari kejutan yang dahsyat pada hari itu.” (Qs. Al-Naml [27]:89) Demikian juga orang-orang beriman yang mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, “Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata), “Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu.” (Qs. Al-Anbiya [21]:103) Karena itu, seluruh ketakutan, kepanikan dan kedahsyatan ini berpulang kepada amal dan perbuatan manusia.
Pada hakikatnya, ketakutan manusia pada hari Kiamat seperti ketakutan seorang penjahat di hadapan mahkamah adil dan para eksekutor. Adapun mereka yang tidak melakukan tindak kejahatan akan merasa tenang dan aman di hadapan mahkamah keadilan. Apabila manusia, beriman dan bertakwa melakukan amalan saleh, maka ia tidak akan pernah merasa takut tatkala nyawanya terlepas dari badannya juga tidak merasa gentar pada malam pertama kubur juga tidak merasa kuatir ketika gelanggang Kiamat digelar. Imam Hasan As ditanya, “Apakah kematian itu yang orang-orang tidak ketahui?” Imam Hasan As bersabda, “Kebahagian terbesar yang dirasakan oleh orang-orang beriman.”[9]
Alangkah bahagianya aku beranjak dari kediaman runtuh ini
Jiwa lega melangkah menuju kepada Tuhan
Alangkah cerianya mereka yang bersua dengan Tuhan
Hingga tepi mata surya nan cerlang melangkah menuju Tuhan
Demikian juga Imam Shadiq As bersabda, “Kiamat adalah malam pertama (pengantin) dan mempelai wanita orang-orang bertakwa.”[10] [IQuest]
Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat:
1. Indeks: Takut Para Wali Allah, No. 6995 (Site: 7105).
2. Indeks: Tuhan, Takut atau Cinta, No. 4305 (Site: 4572)
[1]. “Lalu Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar tak berair dan tak bertumbuhan.” (Qs. Thaha [20]:106)
[2]. “Pada hari dinampakkan segala rahasia.” (Qs. Thariq [86]:9)
[3]. “Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya.” (Qs. Al-Zalzalah [99]:2)
[4]. “Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka.” (Qs. Al-Takwir [81]:10)
[5]. “ Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu siksa yang dekat. Azab itu akan terjadi pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya, dan orang kafir berkata, “Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah (sehingga aku tidak menghadapi azab semacam ini).” (Qs. Al-Naba [78]:40)
[6]. “(Sebenarnya mereka tidak menyesal). Tetapi, (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia (lagi), tentulah mereka kembali melakukan apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah para pendusta belaka.” (Qs. Al-An’am [6]:28)
[7]. “Pada hari itu bumi menceritakan seluruh beritanya.” (Qs. Al-Zalzalah [99]:4)
[8]. “Dan semua mereka (di Padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah. Lalu orang-orang yang lemah (para pengikut yang bodoh) berkata kepada orang-orang yang sombong (para pemimpin yang sesat), “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami azab Allah (walaupun) sedikit saja?” Mereka menjawab, “Seandainya dulu Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.” (Qs. Ibrahim [14]:21)
[9]. Bihâr al-Anwâr, Allamah Majlisi, jil. 6, hal. 153.
[10]. Ibid, jil. 7, hal. 176, “al-qiyamah ‘arus al-muttaqin.”