Manusia adalah makhluk sosial dan dalam kehidupannya memerlukan hubungan dan persahabatan dengan manusia lainnya. Namun dengan memilih sahabat yang pantas dan bersikap proporsional dalam mengekspresikan pelbagai kecintaan dan menjaga batasan-batasan serta hukum-hukum Ilahi serta menghindar dari sikap ekstrem, manusia dapat menyiapkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sehubungan dengan isyq (kecintaan berlebihan), isyq merupakan puncak kesukaan dan kecintaan terhadap seseorang atau sesuatu. Isyq ini terbagi menjadi tiga bagian:
- Isyq hakiki: Isyq yang terpendam dalam jiwa manusia, sumber dan arah tujuannya adalah Allah Swt yang juga disebut dengan pelbagai ungkapan seperti isyq akbar.
- Isyq majasi: Isyq majasi adalah isyq (kecintaan berlebihan) terhadap pelbagai bentuk lahir dan ciptaan Tuhan seperti isyq terhadap manusia dan pelbagai kesempurnaannya. Isyq ini terkadang disebut dengan “isyq ashgar.”
- Isyq kadzib atau cinta gadungan yang mengandung syahwat dan unsur sensual yang dapat menguasai nafs ammarah sehingga dengan menguatnya nafs ammarah dan dominasi syahwat atas fakultas rasional manusia pada akhirnya akan menjatuhkan dan menghancurkan manusia.
Setiap isyq (kecintaan berlebihan) selain isyq kepada Allah dan para maksum adalah lancung dan gadungan.
Jalan untuk mengantisipasi atau mencari keselamatan dari persahabatan ekstrem, cinta-cinta gadungan dan non-Ilahi dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:
- Cermat dalam memilih teman dan menjaga rambu-rambu syariat (sesama jenis dan lawan jenis).
- Cermat terhadap pelbagai konsekuensi negatif setiap persahabatan ekstrem.
- Menguatkan cintai hakiki yang apabila cinta seperti ini tercapai dalam diri manusia maka secara otomatis segala cinta gadungan akan hilang.
Dalam menjawab pertanyaan ini kirannya kita harus menyebutkan beberapa poin penting sebagai berikut:
- Kedudukan dan pentingnya Memilih Teman:
Dengan dalil adanya mental sosial pada dirinya, setiap manusia dalam hidupnya senantiasa membutuhkan persahabatan dan pertemanan dengan manusia lainnya. Mengingat bahwa para muda dan mudi berada pada tataran ingin memasuki kehidupan sosial, memilih teman dan sahabat yang baik baginya senantiasa menjadi hal yang penting baginya. Namun harap diperhatikan bahwa kebanyakan penyimpangan moral dan sosial terjadi buah dari persahabatan yang tidak benar dan berpotensi menyimpangkan manusia. Karena itu, memilih teman yang baik dan berinteraksi dengannya dapat menjadi media berseminya pelbagai potensi dan kepribadian kaum muda serta penguatan pelbagai dimensi kemanusiaan dan nilai-nilai moral dan spiritualnya.
Dengan kata lain, pelbagai pertemanan apabila dilandasi dengan prinsip-prinsip logika dan berdasarkan instruksi-instruksi dan nasihat-nasihat cerlang al-Quran dan Ahlulbait As serta dalam kerangka syariat suci jauh dari pelbagai sikap ekstrem maka hal itu dapat menjelma menjadi satu peluang emas bagi manusia dan menentukan nasibnya ke depan. Selain itu, manusia tidak akan mencicipi kesudahan yang baik dalam hidupnya (unhappy ending).
Allah Swt berfirman dalam al-Quran, “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku).” (Qs. Al-Furqan [25]:27-28)
Rasulullah Saw juga dalam menjelaskan kedudukan seorang sahabat bersabda, “Manusia akan mengikuti agama sahabatnya. Karena itu perhatikanlah dengan siapa Anda bersahabat.”[1]
Karena itu, cermat dalam memilih teman dan sahabat yang baik adalah penjamin kebahagian moral manusia di dunia dan kesudahan yang baik di akhirat.
- Menjaga batasan-batasan dan sikap proporsional:
Poin yang sangat urgen dalam pertemanan adalah bersikap proporsional dalam mengekspresikan pertemananan atau kecintaan kepada seseorang, menjaga batasan-batasan dan hukum-hukum Ilahi serta menghindar dari segala bentuk sikap ekstrem.
Lantaran terkadang pertemanan keluar dari batasan proporsional dan berubah menjadi kecintaan yang menyimpang. Supaya batasan dan demarkasi ideal antara pertemanan ideal dan ekstrem kiranya kita perlu memberikan beberapa penjelasan terkait dengan isyq dan bagian-bagiannya:
Secara leksikal, “is-yq” bermakna cinta dan kesukaan berlebihan,[2] dan kata ‘i-sy-q ini derivatnya dari ‘a-sya-qa yang bermakna tumbuhan menjalar yang melilit pepohonan.[3] Kesukaan dan kecintaan berlebihan terhadap seseorang atau sesuatu tatkala sampai pada puncaknya, sedemikian mendominasi diri manusia dan menjadi penguasa mutlak atas dirinya disebut sebagai isyq. Isyq (cinta berlebihan) ini terbagi menjadi tiga bagian:
- Isyq hakiki: Dalam kebudayaan Islam isyq hakiki adalah penyembahan kepada Tuhan dan sesuai dengan tuturan Imam Ali As, “Alangkah bahagianya mereka yang asyik beribadah dan mencintainya dengan sepenuh hati dan mengerjakannya dengan raganya.”[4]
Allamah Thabathabai Ra dalam memberikan definisi tentang isyq menyebutkan, “Isyq artinya proses penempatan entitas pencari kesempurnaan (manusia) dalam lintasan tarikan kesempurnaan mutlak Allah Swt yang Mahasempurna dan tidak membutuhkan.. sosok yang dicintai yang semua perhatian tertuju pada-Nya...”[5] Karena itu, isyq hakiki adalah isyq (cinta) terhadap keindahan atau kebaikan mutlak yang merupakan derajat tertinggi isyq. Isyq ini adalah isyq yang terpendam dalam jiwa manusia, sumber dan arah tujuannya adalah Allah Swt yang juga disebut dengan pelbagai ungkapan seperti isyq hakiki atau isyq akbar.[6]
- Isyq majasi: Para arif dan filosof memberikan klasifikasi dua jenis isyq yang lain yaitu isyq majasi dan isyq gadungan. Isyq majasi: Isyq majasi adalah isyq terhadap pelbagai bentuk lahir dan ciptaan Tuhan seperti isyq terhadap manusia dan pelbagai kesempurnaannya. Isyq ini terkadang disebut dengan “isyq ashgar.” Namun demikian berhenti dan bertahan pada isyq ini, meski lebih baik daripada tidak memiliki isyq sama sekali, namun isyq ini tidak dapat menuai pelbagai hasil yang diperoleh isyq hakiki.[7] Isyq majasi yang suci dan mulia adalah laksana tangga dan jembatan atau lintasan untuk memasuki isyq hakiki.
- Isyq kâdzib atau cinta gadungan yang mengandung syahwat dan unsur sensual. Dalam kategori isyq ini, seorang pecinta (âsyiq) tenggelam dalam pelbagai bentuk dan corak lahir orang yang dicinta (ma’syuq). Jenis isyq ini (yang agak lancang menggunakan kata isyq) menyebabkan munculnya dominasi nafs ammarah dan penguatannya serta dominasi syahwat atas fakultas rasional manusia dan sebagai akhirnya kehancuran dan kejatuhan manusia. Isyq gadungan ini tidak lain hasilnya adalah pelampiasan syahwat, sebuah cinta yang bersumber dari unsur sensual dan hewani.[8]
Ustad Muthahari berkata tentang isyq seperti ini, “Seorang pemuda yang takjub terhadap pemandangan indah (wanita cantik) dan bergetar tatkala meraba sebuah tangan halus harus tahu bahwa yang ada hanyalah sentuhan material dan binatang. Jenis cinta-cinta seperti ini akan datang secepat kilat dan pergi secepat kilat. Cinta seperti ini tidak dapat diandalkan dan tidak mendapat anjuran karena akan membunuh kemuliaan dan keutamaan. Hanya dengan bantuan kesucian (ifaf), ketakwaan dan tidak tunduk di hadapannya orang-orang dapat memperoleh manfaat darinya.” [9]
Karena itu manusia harus menghindar dari jenis cinta gadungan seperti ini yang bersumber dari nafsu binatang lantaran cinta-cinta seperti ini berujung pada kekerasan, kejahatan, perpisahan dan penyesalan.
Jalan untuk memperoleh keselamatan dari cintah seperti ini adalah menguatkan cinta hakiki dalam diri manusia yang apabila isyq hakiki bersemi dalam diri manusia maka secara otomatis cinta-cinta gadungan akan hilang dengan sendirinya dan manusia memahami bahwa cinta selain Tuhan tidak akan ada nilainya dan alih-alih menaruh perhatian pada bentuk lahir baiknya manusia mencari keindahan hakiki yang menciptakan semua ini.
Manusia untuk dapat memperoleh isyq hakiki harus menyediakan pelbagai ruang dalam dirinya yang apabila ruang ini tidak tersedia maka manusia tidak akan memiliki kecendrungan kepada Tuhan.
Orang bejat bertemankan orang bejat... Orang budiman berkawankan orang budiman
Merpati terbang bersama merpati... setiap jenis unggas terbang sesama jenisnya..
Akan tetapi untuk mencegah terciptanya pertemanan yang berlebihan dan cinta-cinta gadungan serta non-Ilahi beberapa poin berikut harus mendapat perhatian:
- Cermat dalam memilih teman dan menjaga rambu-rambu syariat (sesama jenis dan lawan jenis). Orang-orang yang kita pilih sebagai teman adalah yang terdepan dalam bidang keyakinan, moralitas, keilmuan dan sesuai dengan sabda Rasulullah Saw, “Melihatnya akan mengingatkan kita kepada Allah Swt, pembicaraannya akan menambahkan ilmu bagi kita dan perilakunya membuat kita teringat akan akhirat.”[10] Imam Hasan al-Mujtaba berkata kepada putranya, “Wahai putraku! Jangan engkau berteman dengan siapa pun kecuali engkau tahu kemana ia pergi dan dengan siapa ia bergaul dan ketika engkau tahu keadaannya dan menerima perilakunya maka bertemanlah dengannya! Pertemananmu adalah untuk supaya engkau mencegahnya tidak tergelincir dan engkau dapat menolongnya dalam kondisi susah.”[11]
Dengan kata lain, dalam memilih teman, kita memperhatikan rambu-rambu syariat (sesama jenis dan lawan jenis) dan menjaga batas-batas pertemanan. Sebagian dari batas-batas itu di antaranya:
- Pertemanan untuk Allah Swt dan untuk meraih keridhaan Allah Swt (karena akan bersifat langgeng) bukan untuk dunia dan memuaskan hawa nafsu semata.[12]
- Bersikap proporsional dalam berteman dan menghindari sikap ekstrem.[13]
- Tidak memilih teman tanpa menguji dan menelitinya terlebih dahulu.[14]
- Tidak mengungkapkan rahasia-rahasia pribadi dan penting bahkan kepada teman dekat.[15]
- Tidak meneliti dan mencari tahu melebihi batasan yang mencakup rahasia-rahasia pribadi teman.[16]
- Tidak berteman dengan orang-orang yang terang-terangan melakukan maksiat dan memperindah maksiatnya di hadapan Anda.[17]
- Tidak berteman dengan teman pendusta, fasik, bakhil, dungu, pemutus tali silaturahmi, suka mengumpat, jahat.[18]
- Cermat terhadap pelbagai konsekuensi negatif setiap persahabatan ekstrem. Hal ini harus diilakukan karena:
- Teman-teman terbaik kita boleh jadi mengalami penyimpangan dan apabila kita tidak mampu menjaga jarak dengannya maka suatu waktu kita juga akan mengalami hal yang sama.
- Hidup merupakan pelataran pelbagai peristiwa yang memisahkan dan menjauhkan teman-teman. Apabila pertemanan bersifat ekstrem maka tatkala seseorang berpisah dari sahabat yang dicintainya maak ia akan merasa bersedih dan pada kebanyakan peristiwa disertai dengan pelbagai gundah gulana dan tidak dapat dikompensasi.
Terkadang dalam pertemanan ekstrem, orang-orang mengutarakan hal-hal yang paling rahasia dari kehidupan pribadinya satu sama lain dan hal ini akan meninggalkan konsekuensi buruk bagi keduanya.[19]
- Terkadang cinta ekstrem ini sedemikian serius sehingga terkadang disalahgunakan secara moral oleh seseorang atau masing-masing kedua belah pihak, yang menyisakan pelbagai kerugian-kerugian moral dan afeksi bagi keduanya.
- Pertemanan-pertemanan ekstrem menjadi penghalang kematangan pikiran dan sosial setiap orang terkhusus bagi kalangan muda dan ABG; karena akan menyebabkan kurangnya hubungan mereka dengan keluarga dan yang lainnya di tengah masyarakat. Demikian juga mereka akan lalai terhadap masalah-masalah pembelajaran sosial, ritual, spiritual dan lalai dari mengingat Allah Swt.[20]
- Harap dicermati bahwa segala cinta selain cinta kepada Allah Swt dan para maksum adalah cinta gadungan dan akan lekang ditelan waktu. [iQuest]
Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat beberapa indeks terkait berikut:
- Indeks: Akal Kalkulatif, Hati, Iman dan Cinta, Pertanyaan 6699 (Site: id6838)
- Indeks: Cinta dalam Perspektif Irfan dan Filsafat, Pertanyaan 23569 (Site: fa963)
[2]. Diadaptasi dari Indeks, Akal Kalkulatif, Hati, Iman dan Cinta, Pertanyaan 175 (Site: 937). Aqrab al-Mawarid, jil. 2, hal. 786.
العشق افراط الحب و يكون فى عفاف و فى الاساس «اشتقاق العشق من العشق...»
[3]. Jibran Mas’ud, al-Râid, terjemahan Persia oleh Ridha Atrabi Nejad, jil. 2, hal. 1190, Cetakan Kedua, 1376 S, Muassasah Cap wa Intisyarat Astan-e Quds Radhawi.
[4]. Ushûl al-Kâfi, jil. 2, hal. 38.
«طوبي لمن عشق العبادة و احبها بقلبه و باشرها بجسده»
[5]. Allamah Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân, hal. 411.
[6]. Silahkan lihat, Pursesy-hâ wa Pasukhhâ-ye Dânesyju, ‘Irfân wa Tashawwuf, jil. 12, hal-hal. 231 dan 232.
[7]. Silahkan lihat, Pursesy-hâ wa Pâsukhhâ-ye Dânesyju, Irfân wa Tashawwuf, jil. 12, hal-hal. 231 dan 232, dengan sedikit perubahan.
[8]. Ibid, dengan sedikit perubahan.
[9] . Murtadha Muthahhari, Jâdzabah wa Dâfi’ah ‘Ali As, Qum, Intisyarat-e Sadra, hal. 56.
[10]. Bihâr al-Anwâr, jii. 74, hal. 186.
" قال (ص): من ذكركم بالله رؤيته، ..."
[11]. Muhammad Jawad Thabasi, Huqûq Farzandân dar Maktab Ahlulbait As, hal. 176.
[12]. Ghurar al-Hikam, jil. 2, Hadis 1795 dan 1796.
[13]. Nahj al-Balâgha, Hikmah 268.
[14]. Ghurar al-Hikam, jil. 2, hal. 86 dan 810.
[15]. Bihâr al-Anwâr, jil. 74, hal. 177.
[16]. Bihâr al-Anwâr, jil. 74, hal. 190.
[17]. Khishâl al-Shaduq, jil. 1, hal. 244; Ushûl al-Kâfi, jil. 4, hal. 453; Kanz al-Ummâl, jil. 9, Hadis 24844.
[18]. Nahj al-Balâghah, Hikmah 268.
[19]. Fashl Name Pazyuhesy Shabah, No. 7 & 8, 1382, hal- 24-26.
[20]. Diadaptasi dari Indeks: Cinta dan Akal Manusia, Pertanyaan 1822 (Site: 2935)