Seorang beriman pada seluruh dimensi hidupnya harus bekerja sama dengan orang lain dalam interaksi sosial atau berusaha maksimal dalam memperoleh kekayaan legal dan halal. Dalam pada itu, ia harus senantiasa menjalin hubungannya dengan Tuhan atau tidak lalai mengingat Tuhan dan memohon kepada Allah Swt supaya terkabulkan permintaannya. Harap diperhatikan poin penting ini bahwa Allah Swt dengan menganugerahkan karunia akal dan pengetahuan pada diri manusia mengendaki bahwa manusia dengan memanfaatkan anugerah Ilahi ini dan dengan menunaikan tuntutan-tuntutan syariat harus berupaya keras untuk sampai pada apa yang dicita-citakannya. Doa-doa dan dzikir-dzikir yang telah dijelaskan dalam masalah ini semata-mata berfungsi untuk menunjukkan kepada kita model hubungan yang lebih baik dengan Allah Swt; bukan untuk memperoleh kekayaan secara kilat tanpa kerja keras dan usaha hanya dengan memanfaatkan doa-doa atau dzikir-dzikir seperti ini.
Karena kita tahu bahwa para nabi Allah Swt yang merupakan para pembawa wahyu Ilahi, juga pada kebanyakan urusan, tidak memperoleh kekayaan dan kekuasaan secara kilat melainkan dengan kerja keras dan upaya tak kenal lelah. Lantas bagaimana kita dapat berharap kepada Allah Swt untuk memperoleh kekayaan dan kekuasaan tanpa kerja dan usaha.
Pertama-tama yang harus dicamkan baik-baik adalah bahwa Allah Swt telah sedemikian menata kehidupan dunia kita sehingga pada kebanyakan hal pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan adalah berdasarkan aturan natural dan konvensional. Setiap tujuan diperoleh dengan media-media dan perantara-perantara normal dan naturalnya dalam kerangka hukum kausalitas.[1]
Meski hubungan permanen dengan Allah Swt dan memohon pertolongan dari-Nya sangat dianjurkan, namun hal itu tidak bermakna bahwa tanpa melalui proses natural seluruh pekerjaan dan semata-mata berandalkan pada doa dan dzikir kita dapat sampai pada apa yang kita idam-idamkan.
Berdasarkan hal ini, bagi setiap pekerjaan penting di antaranya bekerja sama dengan orang-orang dan memperoleh kekayaan dan modal, pertama-tama kita harus meninjau seluruh sisi pekerjaan tersebut dan jenis kerjasama yang ingin dilakukan bersama. Di samping itu, kita harus yakin bahwa hal tersebut telah sesuai dengan tuntutan-tuntutan syariat dan agama. Karena selain itu dan apabila berusaha dalam memperoleh kekayaan melalui jalan-jalan ilegal atau orang-orang yang ingin kita ajak kerjasama menyalahgunakan kita untuk mencapai tujuan-tujuan ilegalnya maka pada dasarnya kita tidak boleh membina hubungan kerja sama dengan orang-orang seperti ini dan memperoleh kekayaan dengan cara seperti ini.
Namun apabila kerisauan kita terkait dengan sesuai tidaknya dengan syariat telah sirna maka pada tingkatan selanjutnya kita harus meninjau dari pelbagai sisi kekuatan dan kelemahan duniawinya dan dengan memohon kebaikan dan keberkahan dari Allah Swt. Di samping itu, melakukan musyawarah dengan orang-orang ahli dan para pakar dan menggali pengalaman dari mereka sehingga kita akan sampai pada satu kesimpulan yang jelas dan terarah. Mengingat sabda Rasulullah Saw yang disampaikan kepada Amirul Mukminin Ali As, “Barang siapa yang memohon kebaikan dari Allah Swt maka ia tidak akan gagap dan ragu. Dan barang siapa yang bermusyawarah maka ia tidak akan pernah menyesal.”[2]
Karena itu, orang-orang beriman, dalam menunaikan segala kegiatan yang dikerjakannya harus memperhatikan empat prinsip pokok dan asasi sebagai berikut:
1. Tawakkal kepada Allah Swt dan memohon kebaikan dari-Nya.
2. Cermat dalam menyelaraskan kegiatan tersebut dengan tuntutan-tuntutan agama.
3. Bermusyawarah dengan orang lain.
4. Sampai pada satu kesimpulan tertentu dengan memanfaatkan kekuatan pikir dan akal yang diamanahkan Allah Swt kepadanya.
Karena itu, kita tidak dapat berharap banyak tanpa melintasi empat tingkatan di atas. Semata-mata bersandar pada sebuah ayat al-Qur’an atau dzikir dan doa tertentu tidak akan mengantarkan kita sampai pada tujuan. Namun apabila seseorang menunaikan segala apa yang disebutkan di atas dan memutuskan untuk mengerjakan sebuah perbuatan atau memperoleh kekayaan legal maka ia harus mencermati bahwa hubungannya dengan Tuhan dan permohonan pertolongan dari-Nya tidak pernah putus dan hubungan ini tidak mesti dilakukan dengan dzikir dan doa tertentu!
Apa yang dijelaskan dalam beberapa riwayat sehubungan dengan ragam doa semata-mata ingin menunjukkan obyek yang lebih baik dan sempurna untuk menjalin hubungan dengan Tuhan. Dan kita tidak dapat berharap bahwa Anda dengan bersandar padanya, dengan membaca dzikir dan doa tanpa usaha dan kegiatan, menantikan sebuah mukjizat,[3] bahkan kita harus memperhatikan poin penting ini bahwa untuk memperoleh kekayaan legal di samping memerlukan usaha dan kita juga mengharapkan kemurahan Ilahi.[4]
Oleh itu, untuk menjalin hubungan dengan Allah Swt Anda dapat melakukannya dengan jalan yang paling sederhana sekali pun. Segala pekerjaan yang Anda lakukan Anda memulainya dengan menyebut nama Allah Swt; karena Rasulullah Saw sesuai nukilan dari Allah Swt bersabda bahwa segala pekerjaan penting tanpa menyebut nama Allah Swt maka ia tidak akan mendapatkan hasil yang diinginkan.”[5] Anda jangan pernah memandang diri Anda mandiri dalam setiap kegiatan yang Anda lakukan, melainkan menyandarkannya kepada Allah Swt.[6] Dan sebelum melakukan setiap pekerjaan penting Anda kerjakan dua rakaat salat seperti salat Subuh karena Rasulullah Saw bersabda: Tatkala Anda memutuskan mengerjakan setiap pekerjaan penting maka kerjakanlah dua rakaat salat dan sampaikanlah shalawat kepada Muhammad dan Keluarga Muhammad kemudian ungkapkan kebutuhan dan hajat Anda kepada Allah Swt.[7] Dan apabila Anda ingin lebih banyak berdoa dan bermunajat Anda juga dapat memanfaatkan doa-doa yang terdapat dalam kitab-kitab doa standar[8] dan yakinlah bahwa doa Anda tidak akan sia-sia. Meski permohonan Anda belum lagi terkabulkan.[9]
Dalam pada itu, apabila dengan segala upaya, Anda tetap hidup dalam kesempitan dari sisi keuangan maka hal itu bukan merupakan tanda bahwa Allah Swt tidak memperhatikan permohonan Anda. Boleh jadi hal itu disebabkan karena Allah Swt lebih mengetahui kebaikan dan kemaslahatan orang-orang beriman dan mungkin saja sebagaimana Nabi Sulaiman As yang memiliki kekuasaan ekonomi berada di tangannya dan juga bisa saja sebagaimana Nabi Ayyub As yang didera dengan pelbagai cobaan dan penderitaan. Apabila kita meninjaunya dengan pandangan Ilahi maka di balik semua itu terpendam kebaikan dan keberkahan di dalamnya.[10] [IQuest]
[1]. Muhammad Ya’qub Kulaini, al-Kâfi, jil. 1, hal. 183, Hadis 7, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1365 S.
[2]. Muhammad bin al-Hasan Hurr ‘Amili, Wasâil al-Syiah, jil. 8, hal. 78, Hadis 10125, Muassasah Ali al-Bait, Qum, 1409 H.
[3]. Meski terkadang Allah Swt untuk menunjukkan kekuasaan-Nya Allah Swt menjadikan sebagian orang miskin menjadi orang kaya melalui jalan-jalan adikodrati atau orang kaya menjadi orang miskin.
[4]. Dalam hal ini kami anjurkan Anda untuk menelaah juga jawaban 3541 (Site: 3779) dan 3783 (Site: 4007)
[5]. Muhammad bin al-Hasan Hurr ‘Amili, Wasail al-Syiah, jil. 7, hal. 170, Hadis 9032.
[6]. (Qs. Al-Kahf [18]:23-24)
"و لا تقولن لشیء انی فاعل ذلک غدا الا ان یشاء الله...".
[7]. Muhammad Ya’qub Kulaini, al-Kâfi, jil. 3, hal. 479, Hadis 10.
[8]. Dalam jawaban 871 (Site: 1087) telah disinggung sebagian dari doa-doa ini.
[9]. Jawaban 6101 (Site: 6298) akan disuguhkan kepada Anda informasi penting dan bermanfaat dalam kaitannya dengan tips bagaimana doa dapat dikabulkan.
[10]. Apabila berminat, Anda juga dapat menelaah jawaban 2619 (Site:3040) yang terdapat pada site ini.