Jibril hanya mendatangi dan mengunjungi Rasulullah tatkala ia turun menyampaikan wahyu; karena dalam banyak hal kita jumpai dalam riwayat misalnya Rasulullah Saw tengah sibuk melakukan sebuah pekerjaan kemudian Jibril turun mendatanginya. Hal ini dapat dijadikan sebagai dalil bahwa Jibril tidak senantiasa bersama Rasulullah Saw pada setiap keadaan, sekiranya Jibril senantiasa bersama Rasulullah Saw maka makna nuzûl (turun) tidak akan berguna; karena nuzûl (turun) bermakna turunnya seseorang dari tingkatan yang lebih tinggi ke tingkatan yang lebih rendah dan apabila Jibril senantiasa bersama Rasulullah Saw maka tentu saja nuzûl ini tidak akan memiliki makna.
Jibril bersama atau tidak bersama Rasulullah Saw tidak berpengaruh pada unsur kemanusiaan Rasulullah Saw. Bukankah Jibril adalah pembawa wahyu bagi Rasulullah Saw? Lantas keniscayaan dan kemestian apa yang terdapat pada penyertaan Jibril dan (karena penyertaan Jibril maka) Rasulullah Saw dipandang sebagai malaikat?
Pertanyaan Anda terdiri dari beberapa pembahasan yang akan kami jawab secara berurutan sebagaimana berikut ini:
1. Jibril hanya mendatangi dan mengunjungi Rasulullah tatkala ia turun menyampaikan wahyu; karena dalam banyak hal kita jumpai dalam riwayat misalnya Rasulullah Saw tengah sibuk melakukan sebuah pekerjaan kemudian Jibril turun kepadanya.[1] Hal ini dapat dijadikan sebagai dalil bahwa Jibril tidak senantiasa bersama Rasulullah Saw pada setiap keadaan, sekiranya Jibril senantiasa bersama Rasulullah Saw maka makna nuzûl (turun) tidak akan berguna; karena nuzûl (turun) bermakna dari turun tingkatan yang lebih tinggi ke tingkatan yang lebih rendah dan apabila Jibril senantiasa bersama Rasulullah Saw maka tentu saja nuzûl ini tidak akan memiliki makna. Sebaliknya harus dikatakan misalnya bahwa Jibril menyertai Rasulullah Saw tatkala ia menyampaikan wahyu kepada Rasulullah Saw; misalnya pada ayat 19 surah Maryam (19), ayat-ayat pada surah al-Dhuha yang disebutkan pada kitab-kitab tafsir, dan kondisi pewahyuan (sya’n al-nuzul) ayat berkaitan dengan terlambatnya turun wahyu dan diriwayatkan bahwa wahyu tidak turun di antara dua puluh lima atau empat puluh lima hari.[2]
2. Jawaban bagian kedua pertanyaan Anda: Tidak dapat diragukan bahwa sesuai dengan ajaran-ajaran agama, Allah Swt telah mengangkat seorang malaikat untuk mengajarkan akhlak-akhlak mulia kepada Rasulullah Saw.[3] Namun apakah ketika Rasulullah Saw disertai dan ditemani oleh seorang malaikat dapat dijadikan sebagai dalil bahwa Rasululah Saw itu adalah seorang malaikat? Anda katakan bahwa apabila Jibril senantiasa menyertai Rasulullah Saw karena itu Rasulullah Saw bukanlah seorang manusia. Bukankah Jibril itu adalah seorang pembawa wahyu dan perantara dalam menyampaikan wahyu kepada Rasulullah Saw? Tidak jelas keniscayaan dan kemestian apa yang terdapat antara penyertaan Jibril dan kemalaikatan Rasulullah Saw (bahwa Rasulullah Saw itu adalah seorang malaikat)? Artinya tidak dapat dipahami bagaimana penyertaan Jibril pada setiap kondisi bersama Rasulullah Saw dapat disimpulkan bahwa Rasulullah Saw itu adalah seorang malaikat. Memangnya penyertaan seseorang pada setiap kondisi meniscayakan kesatuan jenis dan status seseorang? Apabila sebuah cincin yang melekat senantiasa di jari dan senantiasa menemani kita maka hal itu meniscayakan bahwa kita ini adalah sebuah cincin? Allah Swt senantiasa bersama dan menyertai kita; apakah dapat disimpulkan bahwa kita ini adalah Tuhan atau Tuhan seperti kita? Atau para malaikat yang senantiasa bersama dan menyertai manusia, mencatat dan merekam seluruh perbuatan manusia, apakah hal itu meniscayakan bahwa manusia itu adalah malaikat? Model argumentasi seperti ini tidak memiliki landasan dan pijakan rasional. Dan bahkan sekiranya Rasulullah Saw senantiasa bersama dan disertai oleh Jibril maka hal itu tidak akan menciderai status kemanusiaan Rasulullah Saw dan tidak bertentangan dengan ayat al-Qur’an.[4]
3. Masalah lainnya adalah bahwa sebab mengapa Jibril turun mendatangi Rasulullah Saw dan tidak mendatangi orang lain adalah karena kemaksuman yang dimiliki Rasulullah Saw. Artinya bukan karena turunnya Jibril yang menyebabkan kemaksuman nabi. Sepanjang seorang maksum dari dosa dan kesalahan, kemudian ia layak meraih makam kenabian dan wahyu diturunkan kepadanya. Ketika demikian adanya, kehadiran atau ketidakhadiran Jibril tidak ada sangkut pautnya dengan kemaksuman Nabi Saw; karena Jibril adalah malaikat kepercayaan Tuhan dan ia juga merupakan pembawa wahyu.
Jibril hanya memiliki peran pembawa wahyu. Peran pembawa wahyu ini tidak berpengaruh pada kemaksuman nabi juga tidak menyebabkan munculnya kewajiban taat kepada Rasulullah Saw semata-mata karena turunnya Jibril kepadanya. Karena itu, sunnah-sunnah kenabian tidak dapat diutak-atik dan diganti. Karena bersumber dari perilaku Rasulullah Saw yang senantiasa terjaga dari segala jenis kesalahan dan menduduki puncak tertinggi kesempurnaan insaniah sedemikian sehingga Allah Swt menanugerahkan derajat qurb (kedekatan) kepadanya yang berjarak kurang dari dua busur anak panah. [iQuest]
[1]. Kulaini, al-Kâfi, jil. 6, hal. 52, Cetakan Keempat, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1365 S; Ibid, jil. 5, hal. 304; Allamah Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 17, hal. 378, Bab 52, al-Yaqin wa al-Shabr ‘ala al-Syadâid, Muassasah al-Wafa, Beirut.
[2]. Sayidah Nusrat Amin Banu Isfahani, Makhzan al-‘Irfân dar Tafsir al-Qur’ân, jil. 15, hal. 169, Nehdhat Zanan Musalman, Teheran, 1361 S; Mulla Fathullah Kasyani, Tafsir Minhâj al-Shâdiqin fi Ilzâm al-Mukhâlifin, jil. 10, hal. 269, Kitab Furusy Muhammad Hasan ‘Ilmi, Teheran, 1366 S; Husain bin Ahmad, Husaini Syah Abdul ‘Azhimi, Tafsir Itsnâ ‘Asyar, jil. 14, hal. 249, Intisyarat Miqat, Teheran, Cetakan Pertama, 1363 S; Ahmad bin Abi Sa’d, Kasyf al-Asrâr wa Iddat al-Abrâr, jil. 6, hal. 140, Intisyarat-e Amir Kabir, Teheran, Cetakan Kelima, 1371 S.
[3]. Nahj al-Balâghah, Khutbah 192, Intisyarat Dar al-Hijrah, Qum: Imam Ali As bersabda: “Semenjak waktu penyapihannya, Allah telah menempatkan seorang malaikat yang kuat bersama beliau untuk membawa beliau sepanjang jalan akhlak yang luhur dan perilaku yang baik, siang dan malam.”
[4]. Tentang Peran Malaikat dan Jibril dalam memberikan emanasi ilmu, silahkan lihat Jawaban No. 1853 (Site: 1922, Kedudukan Eksistensial Para Malaikat).