Disebutkan bahwa Imam Kesebelas As disebabkan oleh pengawasan ketat di kota Samarra sehingga beliau tidak dapat menunaikan kewajiban haji dan dalam pada itu, laporan sejarah juga tidak ada yang menceritakan bahwa beliau pernah meninggalkan kota Samarra.
Namun demikian kita tidak dapat menjelaskan secara definitif hal ini karena terdapat juga bukti-bukti yang bercerita sebaliknya.
Pertama-tama harus kita ketahui bersama bahwa dalam masalah-masalah sejarah, sebagiamana kita membutuhkan dalil untuk menetapkan sebuah persoalan, kita juga tidak dapat menolak masalah-masalah sejarah secara keseluruhan dan definitif tanpa bukti standar yang mendukung.
Sebagai contoh kita tidak dapat secara definitif menolak bahwa tiada seorang nabi pun yang diutus di benua Amerika dan sandaran ucapan seperti ini hanyalah karena tiadanya bukti-bukti pada ayat-ayat dan riwayat-riwayat. Namun apabila terdapat ayat dan riwayat yang secara tegas menafikan masalah tersebut maka ia harus diterima sebagai sebuah realitas sejarah.
Sehubungan dengan haji para Imam Maksum As juga harus menggunakan metode seperti ini. Artinya bahwa apabila terdapat sebuah referensi sejarah dan riwayat yang secara tegas dan lugas menjelaskan bahwa seorang imam di antara para Imam Maksum As tidak pergi menunaikan ibadah haji di Mekah maka hal itu dapat diterima.
Namun kita juga tidak dapat menjadikan sandaran secara definitif hanya karena tiadanya laporan sejarah terkait dengan haji imam tersebut kemudian kita mengumumkan bahwa imam tersebut tidak pernah menunaikan ibadah haji, melainkan boleh jadi beliau juga menunaikan ibadah haji namun tidak tercatat dalam laporan-laporan sejarah.
Dengan pendahuluan ini kami kembali kepada pertanyaan Anda:
Di antara masyarakat awam dan khususnya para haji tersebar berita bahwa Imam Hasan Askari As tidak pernah menunaikan haji dan atas dasar itu, sebagian haji menunaikan ibadah haji dengan niat menggantikan (niyâbah) haji Imam Hasan Askari As.
Dalam hal ini harus dikatakan bahhwa kami hingga kini tidak menjumpai dokumen standar sejarah yang menyatakan secara tegas bahwa Imam Hasan Askari tidak pernah menunaikan ibadah haji[1] dan sebagaimana yang telah dijelaskan tiadanya laporan sejarah dalam hal ini juga tidak dapat menjadi dalil untuk menetapkan bahwa Imam Hasan Askari tidak pernah pergi menunaikan haji dan boleh jadi keyakinan seperti ini kemudian menyebar yang berdasarkan sumber-sumber sejarah apakah tempat kelahiran Imam Askari di kota Samarra atau beliau semenjak kecil pindah ke tempat ini mengikut ayahandanya.[2]
Mengingat bahwa dari satu sisi, Imam Hasan Askari As tinggal di Samarra hingga akhir hayatnya dan diawasi secara ketat oleh para antek Bani Abbasiyah dan dari sisi lain, tiada satu pun laporan sejarah yang ditemukan menyatakan bahwa beliau pernah keluar meninggalkan kota Samarra, maka tentu saja Imam Kesebelas tidak pernah pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji.
Penalaran seperti ini tidak dapat dibenarkan secara keseluruhan; karena:
Pertama: Imam Hasan Askari meski dengan adanya pengawasan ketat, namun pada kebanyakan waktu, Imam Hasan Askari As tidak termasuk sebagai tahanan resmi melainkan pihak pemerintah berusaha supaya secara lahir memperlakukan beliau secara hormat dan beliau juga hadir pada acara-acara umum dan kerajaan.[3]
Imam Hasan Askari terkadang keluar kota dan setelah itu kembali[4] dan berdasarkan hal ini boleh jadi beliau berangkat bersama sebuah karavan haji dan berada di bawah pengawasan pemerintah beliau pergi menunaikan ibadah haji.
Kedua: Terdapat riwayat dan laporan sejarah yang isinya menyatakan bahwa seseorang menukil riwayat dari beliau di kota Mekkah. Teks sempurna riwayat ini akan kami suguhkan kehadapan Anda untuk dijadikan sebagai bahan telaah:
"حدثنا أبو نصر أحمد بن الحسين بن أحمد بن عبيد الضبي قال حدثنا أبو القاسم محمد بن عبيد الله بن بابويه الرجل الصالح قال حدثنا أبو محمد أحمد بن محمد إبراهيم بن هاشم قال حدثنا الحسن بن علي بن محمد بن علي بن موسى بن جعفر أبو السيد المحجوب إمام عصره بمكة[5] قال حدثني أبي علي بن محمد النقي قال حدثني أبي محمد بن علي التقي قال حدثني أبي علي بن موسى الرضا قال حدثني أبي موسى بن جعفر الكاظم قال حدثني أبي جعفر بن محمد الصادق قال حدثني أبي محمد بن علي الباقر قال حدثني أبي علي بن الحسين السجاد زين العابدين قال حدثني أبي الحسين بن علي سيد شباب أهل الجنة قال حدثني أبي علي بن أبي طالب سيد الأوصياء قال حدثني محمد بن عبد الله سيد الأنبياء ص قال حدثني جبرئيل سيد الملائكة قال قال الله سيد السادات عز و جل إني أنا الله لا إلا أنا فمن أقر لي بالتوحيد دخل حصني و من دخل حصني أمن من عذابي". [6]
Kita tahu bahwa berdasarkan paradigma-paradigma fikih, kehadiran Imam Hasan Askari di kota Mekkah tidak mungkin terlaksana tanpa mengerjakan amalan-amalan umrah. Karena itu, apabila kita menerima riwayat ini maka tentu saja beliau menunaikan ibadah umrah dan kemungkinan besar kewajiban Ilahi ini (haji) belum lagi gugur dari beliau. [iQuest]
Untuk telaah lebih jauh Anda dapat merujuk pada kitab Hajj al-Anbiya wa al-Aimmah yanng disusun dan diterbitkan oleh Deputi Pendidikan dan Penelitian Bi’tsat Maqam Mu’azzam Rahbari (Representasi Pemimpin Agung Revolusi di Medinah).
[1]. Apabila kami menjumpai dokumen seperti ini tentu kami akan sampaikan kepada Anda. Apabila Anda memiliki literatur khusus dalam hal ini yang diperkenalkan kepada Anda silahkan kirimkan kepada kami untuk kami kaji lebih jauh.
[2]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihar al-Anwar, jil. 50, hal. 236, Muassasah al-Wafa, Beirut, 1404 H.
[3]. Ibid, hal. 265, Hadis 25; hal. 269, Hadis 34; hal. 270, Hadis 37 dan seterusnya.
[4]. Ibid, hal. 260, Hadis 20.
[5]. Pada bagian riwayat ini disinggung tentang kehadiran Imam Kesebelas As di Mekkah.
[6]. Syaikh Shaduq, “Uyun Akhbar al-Ridha As, jil. 2, hal. 135, Hadis 3, Intisyarat-e Jahan, 1378 S.