Please Wait
Hits
9180
9180
Tanggal Dimuat:
2014/05/08
Kode Site
id23437
Kode Pernyataan Privasi
36756
- Share
Ringkasan Pertanyaan
Apakah yang disebutkan dalam buku Haqqul Yaqin yang menyebutkan bahwa Imam Mahdi Ajf akan keluar dalam keadaan telanjang itu ada benarnya?
Pertanyaan
Apakah hadis ini dari sisi sanad dan matannya benar bahwa Imam Mahdi akan keluar dalam keadaan telanjang dimana Imam Ridha As bersabda, “Di antara tanda-tanda keluarnya Imam Mahdi adalah ia tampak telanjang di poros matahari.” (Haquul Yaqin hal 347).
Jawaban Global
Berdasarkan sejumlah riwayat, salah satu tanda kemunculan Imam Zaman Ajf adalah munculnya seruan-seruan dari langit. Salah satu seruan ini adalah seruan yang disertai dengan tampaknya sebuah gambar di poros matahari. Riwayat yang menyebutkan hal ini adalah riwayat yang terkadang salah diterjemahkan.
Terjemahan yang tepat adalah “Dan pada seruan ketiga orang-orang melihat sosok dengan jasmani yang kuat dan perkasa dimana keperkasaannya nampak dan terlihat di poros matahari yang berseru, “Inilah Amirul Mukminin yang kembali supaya melenyapkan orang-orang zalim.”
Terjemahan yang tepat adalah “Dan pada seruan ketiga orang-orang melihat sosok dengan jasmani yang kuat dan perkasa dimana keperkasaannya nampak dan terlihat di poros matahari yang berseru, “Inilah Amirul Mukminin yang kembali supaya melenyapkan orang-orang zalim.”
Jawaban Detil
Banyak tanda yang disebutkan dalam hadis-hadis para maksum As terkait dengan kemunculan Imam Mahdi Ajf. Tanda-tanda ini bermunculan dalam masa yang cukup lama secara perlahan satu-demi satu. [1]
Sepanjang ini sebagian dari tanda akan semakin dekatnya kemunculan Imam Zaman Ajf telah terlihat dan sebagian lainnya boleh jadi setelah masa-masa kemunculannya.
Sesuai dengan beberapa riwayat, salah satu tanda yang terjadi mendekati dan terus berlanjut pada masa kemunculan Imam Mahdi Ajf adalah seruan langit[2] dimana pada pelbagai peristiwa kemunculan Imam Mahdi Ajf akan terdengar seruan-seruan beragam.
Salah satu seruan ini disertai dengan munculnya sebuah gambar di poros matahari. Riwayat yang menyebutkan masalah ini adalah sebuah riwayat yang terjemahannya tidak tepat dan harus dikaji serta dikoreksi.
Riwayat itu menyebutkan bahwa Imam Ridha As bersabda, “Dan pada seruan ketiga orang-orang melihat sosok dengan jasmani yang kuat dan perkasa dimana keperkasaannya nampak dan terlihat di poros matahari yang berseru, “Inilah Amirul Mukminin yang kembali supaya melenyapkan orang-orang zalim.”[3]
Apabila kita mengamati teks Arab hadis ini maka apa yang harus dicermati adalah terjemahannya. Redaksi “badanan bârizan” yang diterjemahkan “badan telanjang.” Supaya maknanya ini dapat dipahami secara tepat dan akurat, kita harus menjelaskan terlebih dahulu makna leksikal “badan” dan “bâriz.”
Badan bermakna tubuh dan jasmani. Disebutnya jasmani sebagai badan karena besarnya bodinya. Namun disebut sebagai jasad karena faktor warna badan seperti ketika disebutkan, “Tsaubun mujassadun wa imraatun badinun wa badin” artinya pakaian yang telah diwarnai dan wanita kuat lagi perkasa. Unta yang dipotong sebagai hewan kurban dikarenakan fisiknya kuat dan perkasa juga disebut badanah.[4] Demikian juga badan bermakna kuat dan perkasa.”[5]
Bâriz akar katanya dari ba-ra-za yang bermakna yang ditampakkan, yang diperlihatkan dan dipertontonkan.[6] Namun dengan memperhatikan nampak dan terlihat bukanlah sebagai lawan kata (antonim) secara mutlak kata butun dan segala yang tersembunyi di batin. Bâraza juga bermakna nampak dan terlihatnnya segala sesuatu dari seluruh dimensi, melainkan nampak dan terlihatnya sesuatu dengan sifat menonjol dan jarang ada samanya.[7] Apabila kita memperhatikan al-Quran dan ucapan para ahli tafsir kita akan memahami persoalan ini dengan baik. Misalnya ayat berikut ini:
«یَوْمَ هُمْ بارِزُونَ لا یَخْفى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَیْءٌ»
“(yaitu) hari (ketika) mereka nampak dan keluar (dari kubur); tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lantas datang seruan), “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Qs. Al-Mukmin [40]:16)[8]
Di dunia ini manusia berupaya untuk menutupi sisi-sisi negatif dan tindakan pelanggarannya atas hak-hak orang lain bahkan berusaha untuk menipu dirinya sendiri serta memberikan pembenaran dan justifikasi pada nuraninya sehingga dapat kabur dari cengkeraman keadilan. Namun seluruh keyakinan, ucapan dan perbuatan manusia pada hari itu akan tampak dan terlihat sedemikian sehingga tiada satu pun yang dapat menyembunyikannya.[9]
«وَ تَرَى الْأَرْضَ بارِزَةً وَ حَشَرْناهُمْ»
“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami menjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar, serta Kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Qs. al-Kahf [18]:47)
Hari yang memiliki ciri khas tersendiri dimana ketika itu gunung-gunung bergerak dari tempatnya sendiri, bumi rata, tidak ada lagi tempat tinggi dan rendah. Pada hari itu tiada seorang pun memiliki kemampuan untuk mengelolah dan turut campur dalam urusan bumi.[10]
Karena itu, dengan memperhatikan makna leksikal dua kata “badan” dan “bâriz” yang telah disebutkan di atas; terjemahan yang tepat untuk frase “badanan barizan” adalah orang-orang melihat sosok dengan jasmani yang kuat dan perkasa dimana keperkasaannya nampak dan terlihat di poros matahari yang berseru, “Inilah Amirul Mukminin yang kembali untuk melenyapkan orang-orang zalim.”
Untuk diketahui bahwa pada riwayat lainnya, kata “bariz” tidak disebutkan. Misalnnya pada riwayat ini, “Seruan (seseorang) kuat yang terlihat pada pancaran pertama sinar matahari berkata, “Sesungguhnya Allah Swt mengutus fulan maka dengarkanlah (perintahnya) dan patuhilah titahnya. Kemudian datanglah masa kelapangan bagi masyarakat dan orang-orang berharap duhai sekiranya mereka hidup dan Allah Swt menyembuhkan dada-dada orang-orang beriman.”[11]
Berdasarkan hal yang disebutkan di atas, terjemahan riwayat yang diajukan pada pertanyaan sebagai “badan telanjang” bukanlah terjemahan tepat dan akurat. [iQuest
Sepanjang ini sebagian dari tanda akan semakin dekatnya kemunculan Imam Zaman Ajf telah terlihat dan sebagian lainnya boleh jadi setelah masa-masa kemunculannya.
Sesuai dengan beberapa riwayat, salah satu tanda yang terjadi mendekati dan terus berlanjut pada masa kemunculan Imam Mahdi Ajf adalah seruan langit[2] dimana pada pelbagai peristiwa kemunculan Imam Mahdi Ajf akan terdengar seruan-seruan beragam.
Salah satu seruan ini disertai dengan munculnya sebuah gambar di poros matahari. Riwayat yang menyebutkan masalah ini adalah sebuah riwayat yang terjemahannya tidak tepat dan harus dikaji serta dikoreksi.
Riwayat itu menyebutkan bahwa Imam Ridha As bersabda, “Dan pada seruan ketiga orang-orang melihat sosok dengan jasmani yang kuat dan perkasa dimana keperkasaannya nampak dan terlihat di poros matahari yang berseru, “Inilah Amirul Mukminin yang kembali supaya melenyapkan orang-orang zalim.”[3]
Apabila kita mengamati teks Arab hadis ini maka apa yang harus dicermati adalah terjemahannya. Redaksi “badanan bârizan” yang diterjemahkan “badan telanjang.” Supaya maknanya ini dapat dipahami secara tepat dan akurat, kita harus menjelaskan terlebih dahulu makna leksikal “badan” dan “bâriz.”
Badan bermakna tubuh dan jasmani. Disebutnya jasmani sebagai badan karena besarnya bodinya. Namun disebut sebagai jasad karena faktor warna badan seperti ketika disebutkan, “Tsaubun mujassadun wa imraatun badinun wa badin” artinya pakaian yang telah diwarnai dan wanita kuat lagi perkasa. Unta yang dipotong sebagai hewan kurban dikarenakan fisiknya kuat dan perkasa juga disebut badanah.[4] Demikian juga badan bermakna kuat dan perkasa.”[5]
Bâriz akar katanya dari ba-ra-za yang bermakna yang ditampakkan, yang diperlihatkan dan dipertontonkan.[6] Namun dengan memperhatikan nampak dan terlihat bukanlah sebagai lawan kata (antonim) secara mutlak kata butun dan segala yang tersembunyi di batin. Bâraza juga bermakna nampak dan terlihatnnya segala sesuatu dari seluruh dimensi, melainkan nampak dan terlihatnya sesuatu dengan sifat menonjol dan jarang ada samanya.[7] Apabila kita memperhatikan al-Quran dan ucapan para ahli tafsir kita akan memahami persoalan ini dengan baik. Misalnya ayat berikut ini:
«یَوْمَ هُمْ بارِزُونَ لا یَخْفى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَیْءٌ»
“(yaitu) hari (ketika) mereka nampak dan keluar (dari kubur); tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lantas datang seruan), “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Qs. Al-Mukmin [40]:16)[8]
Di dunia ini manusia berupaya untuk menutupi sisi-sisi negatif dan tindakan pelanggarannya atas hak-hak orang lain bahkan berusaha untuk menipu dirinya sendiri serta memberikan pembenaran dan justifikasi pada nuraninya sehingga dapat kabur dari cengkeraman keadilan. Namun seluruh keyakinan, ucapan dan perbuatan manusia pada hari itu akan tampak dan terlihat sedemikian sehingga tiada satu pun yang dapat menyembunyikannya.[9]
«وَ تَرَى الْأَرْضَ بارِزَةً وَ حَشَرْناهُمْ»
“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami menjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar, serta Kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Qs. al-Kahf [18]:47)
Hari yang memiliki ciri khas tersendiri dimana ketika itu gunung-gunung bergerak dari tempatnya sendiri, bumi rata, tidak ada lagi tempat tinggi dan rendah. Pada hari itu tiada seorang pun memiliki kemampuan untuk mengelolah dan turut campur dalam urusan bumi.[10]
Karena itu, dengan memperhatikan makna leksikal dua kata “badan” dan “bâriz” yang telah disebutkan di atas; terjemahan yang tepat untuk frase “badanan barizan” adalah orang-orang melihat sosok dengan jasmani yang kuat dan perkasa dimana keperkasaannya nampak dan terlihat di poros matahari yang berseru, “Inilah Amirul Mukminin yang kembali untuk melenyapkan orang-orang zalim.”
Untuk diketahui bahwa pada riwayat lainnya, kata “bariz” tidak disebutkan. Misalnnya pada riwayat ini, “Seruan (seseorang) kuat yang terlihat pada pancaran pertama sinar matahari berkata, “Sesungguhnya Allah Swt mengutus fulan maka dengarkanlah (perintahnya) dan patuhilah titahnya. Kemudian datanglah masa kelapangan bagi masyarakat dan orang-orang berharap duhai sekiranya mereka hidup dan Allah Swt menyembuhkan dada-dada orang-orang beriman.”[11]
Berdasarkan hal yang disebutkan di atas, terjemahan riwayat yang diajukan pada pertanyaan sebagai “badan telanjang” bukanlah terjemahan tepat dan akurat. [iQuest
[1]. Silahkan lihat, Tanda-tanda Kemunculan Imam Madhi Ajf, Pertanyaan 49; Peristiwa Suara dari Langit bagi Kemunculan Imam Mahdi Ajf, Pertanyaan 28681.
[2]. Silahkan lihat, Kemunculan Imam Mahdi Ajf dan Seruan dari Langit, Pertanyaan 29331.
[3]. Syaikh Thusi, Kitâb al-Ghaibah, Riset dan edit oleh Ibadullah Tehrani dan Ali Ahmad Nasih, hal. 440, Dar al-Ma’arif al-Islamiyah, Qum, Cetakan Pertama, 1411 H; Sa’id ibnu Abdillah Quthb al-Din Rawandi, al-Kharâij wa al-Jarâih, jil. 3, hal. 1169, Muassasah Imam Mahdi Ajf, Qum, Cetakan Pertama, 1409 H; Syaikh Hurr al-Amili, Itsbât al-Hudâ bi al-Nushush wa al-Mu’jizat, jil. 5, hal. 355, A’lami, Beirut, Cetakan Pertama, 1425 H.
«... وَ الصَّوْتُ الثَّالِثُ یَرَوْنَ بَدَناً بَارِزاً نَحْوَ عَیْنِ الشَّمْسِ هَذَا أَمِیرُ الْمُؤْمِنِینَ قَدْ کَرَّ فِی هَلَاکِ الظَّالِمِین»
«... وَ الصَّوْتُ الثَّالِثُ یَرَوْنَ بَدَناً بَارِزاً نَحْوَ عَیْنِ الشَّمْسِ هَذَا أَمِیرُ الْمُؤْمِنِینَ قَدْ کَرَّ فِی هَلَاکِ الظَّالِمِین»
[4]. Husain bin Muhammad Raghib Isfahani, Mufradat Alfâz al-Qur’ân, hal. 112, Dar al-Qalam, Beirut, Cetakan Pertama.
[5]. Muhammad bin Mukarram Ibnu Manzhur, Lisân al-‘Arab, jil. 13, hal. 48, Dar Shadir, Beirut, Cetakan Ketiga; Fuad Afram Bastani dan Mahyar Ridha, Farhanggi Abjadi ‘Arabi-Fârsi, hal. 179, Intisyarat Islami, Tehran, Cetakan Kedua, 1375 S.
[6]. Ahmad Ibnu Faris, Mu’jam Maqâyis al-Lugha, Riset dan edit oleh Abdusalam Harun, jil. 1, hal. 218, Maktabah al-A’lam al-Islami, Qum, Cetakan Pertama, 1404 H; Fakhruddin Thuraihi, Majma’ al-Bahrain, Riset oleh Ahmad Husaini Isykawari, jil. 4, hal. 7-8, Kitabpurusyi Murtadhawi, Tehran, Cetakan Ketiga, 1375 S; Lughat Name Dekhada, klausul ba-ra-za.
[7]. Husain Mustafawi, al-Tahqiq fi Kalimât al-Qur’ân al-Karim, jil. 1, hal. 251, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Markaz Nasyr Atsar Alllamah Mustafawi, Beirut, Kairo, London, Cetakan Ketiga.
[8]. al-Tahqiq fi Kalimât al-Qur’ân al-Karim, jil. 1, hal. 251; Hasan Mustafawi, Tafsir Rausyan, jil. 12, hal. 244, Markaz Nasyr Kitab, Tehran, Cetakan Pertama, 1380 S.
[9]. Sayid Muhammad Taqi Mudarrisi, Min Hudâ al-Qur’ân, jil. 12, hal. 39-40, Dar Muhibb al-Husain, Tehran, Cetakan Pertama, 1419 H.
[10]. Al-Tahqiq fi Kalimât al-Qur’ân al-Karim, jil. 1, hal. 251-252; Tafsir Rausyan, jil. 13, hal. 269.
[11]. Kitâb al-Ghaibah, hal. 440; Al-Kharâij wa al-Jarâih, jil. 3, hal. 1169; Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 52, hal. 289-290, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Beirut, Cetakan Kedua, 1403 H.
«وَ الصَّوْتُ بَدَنٌ یُرَى فِی قَرْنِ الشَّمْسِ یَقُولُ إِنَّ اللَّهَ بَعَثَ فُلَاناً فَاسْمَعُوا لَهُ وَ أَطِیعُوا وَ قَالا جَمِیعاً فَعِنْدَ ذَلِکَ یَأْتِی النَّاسَ الْفَرَجُ وَ تَوَدُّ النَّاسُ لَوْ کَانُوا أَحْیَاءً وَ یَشْفِی اللَّهُ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِینَ»
«وَ الصَّوْتُ بَدَنٌ یُرَى فِی قَرْنِ الشَّمْسِ یَقُولُ إِنَّ اللَّهَ بَعَثَ فُلَاناً فَاسْمَعُوا لَهُ وَ أَطِیعُوا وَ قَالا جَمِیعاً فَعِنْدَ ذَلِکَ یَأْتِی النَّاسَ الْفَرَجُ وَ تَوَدُّ النَّاسُ لَوْ کَانُوا أَحْیَاءً وَ یَشْفِی اللَّهُ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِینَ»
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar