Please Wait
8009
Yang dapat diserap dari hadis-hadis, berkaitan dengan peperangan Imam Mahdi As melawan orang-orang yang zalim adalah bahwa peperangan tersebut akan berlangsung selama delapan bulan. Delapan bulan setelah kemunculan Imam Mahdi As, pelbagai negara akan berada dalam kekuasaannya sehingga akan terwujud sebuah pemerintahan adil di seantero jagad. Kekafiran, syirik dan kemunafikan akan musnah. Dengan demikian kezaliman tidak akan lagi mendominasi sebuah masyarakat dan sarana maksiat akan dilenyapkan, terlebih perbuatan dosa secara kolektif dalam sebuah masyarakat. Kelak, bumi akan mengeluarkan harta karun tambang dan tumbuh-tumbuhan. Hak-hak kaum fakir akan dikembalikan dan diambil dari kaum tiran dan konglomerat. Kemudian dibagikan kepada mereka yang fakir dan miskin, sehingga tak ada lagi orang yang akan menerima sedekah dan zakat. Sebab semua orang telah menjadi mampu dan berkecukupan.
Meyakini Imam Mahdi As dan fenomena-fenomena pasca kemunculannya merupakan salah satu misdak (obyek) iman kepada yang ghaib. Dan hal ini tidak dapat diperoleh kecuali melalui wahyu dan nash-nash tekstual sehingga dapat menerima dan mengenal tipologi keimanan ini.[1] Namun seiring dengan bergulirnya waktu, terasa tidak mungkin mengetahui sepenuhnya fenomena-fenomena sebelum maupun pasca kemunculan Imam Mahdi As sesuai rasa kuriositas terhadap kebenaran dari para pengikut syiah. Hal ini disebabkan karena adanya pelbagai kendala seperti taqiyah yang harus dilakukan oleh orang-orang syiah, pemalsuan dan perubahan hadis oleh musuh-musuh serta kelalaian maupun sikap sembrono yang dilakukan para perawi dalam mencatat hadis. Dengan demikian hadis-hadis tersebut akan punah dan hilang, mengingat tidak adanya publikasi dan dokumentasi. Apalagi dalam hal ini, kita temukan adanya kontradiksi dalam sebagian hadis-hadis. Oleh karena itu, jawaban dari pertanyaan di atas, khususnya pada bagian awalnya adalah jawaban asumtif dan memerlukan analisa serta telaah yang jeluk.
Untuk itu secara terpisah, kita akan menjawab bagian-bagian tersebut sebagai berikut: Terkait dengan pertanyaan berapa lamakah akan terbentuk pemerintahan adil pasca kemunculan Imam Mahdi As, Imam Bagir As berkata: “Imam Kedua Belas memerangi musuh-musuh Allah selama delapan bulan hingga Allah ridha atasnya.”[2] Sesuai riwayat yang kita dapatkan bahwa Imam Mahdi As akan muncul di
Tak lama kemudian, seluruh negara-negara Eropa, Turkia, Cina, Afganistan dan negara lainnya akan berada di bawah kekuasaannya. Pemerintahan adil, kedamaian dan ketentraman dunia akan terwujud setelah masa delapan bulan peperangan berlangsung.[3]
Terdapat banyak perbadaan riwayat-riwayat terkait dengan masa berlangsungnya pemerintahan Imam Mahdi As. Ada yang mengatakan masa pemerintahan tersebut, berlangsung selama sembilan belas tahun dan beberapa bulan, tujuh tahun, empat puluh tahun, sepuluh tahun dan tiga ratus sembilan tahun dimana setiap tahunnnya sama dengan dua puluh atau empat puluh tahun. Dikatakan bahwa empat puluh hari setelah kesyahidan (syahadah) Imam Mahdi As, akan nampak tanda-tanda kiamat dengan hancurnya langit dan bumi dan terjadilah kiamat.[4]
Apakah setelah terbentuknya pemerintahan Imam Mahdi As, masih akan ditemukan seorang fakir?
Tatkala kebangkitan Imam Mahdi As dan terbentuknya sebuah pemerintahan adil, bumi akan mempersembahkan harta karun berupa tambang dan tumbuh-tumbuhan kepada beliau. Beliau As akan mengembalikan hak-hak kaum lemah dan fakir dari para penguasa zalim serta akan membagikannya secara adil kepada mereka. Dengan demikian tidak akan dapat ditemukan lagi seorang fakir pun juga tidak ada lagi seorang pun yang mau menerima zakat dan sedekah. Imam Shadiq As berkata: “ Dunia akan berbahagia dengan ditegakkannya keadilan, langit akan menurunkan hujan, pepohonan akan menampakkan buahnya dan bumi akan memunculkan tumbuhan-tumbuhan untuk menghiasi para penghuninya.[5] Imam Mahdi As menyuruh seorang untuk mengumumkan kepada orang-orang bahwa barang siapa yang membutuhkan harta, supaya berdiri namun hanya satu orang diantara mereka yang berdiri dan berkata: “ Saya membutuhkan harta”. Imam Mahdi as berkata: “ Pergilah ke seorang penjaga dan katakan bahwa aku menyuruhnya untuk memberikan uang kepadamu”, setelah seorang tadi, menyampaikan perintah Imam Mahdi As kepada penjaga tersebut. Penjaga tersebut menyuruh untuk memenuhi karungnya dengan uang dan kemudian setelah ia mengemas karung berisi uang tersebut, dan hendak memikulnya ia merasa menyesal dan berkata: “ Kenapa diantara umat Muhammad Saw aku harus menjadi orang yang paling rakus harta? Mengapa aku tidak mempunyai harga diri sebagaimana yang dimiliki orang lain? Setelah itu ia hendak mengembalikan uang tersebut kepada penjaga tadi, akan tetapi penjaga tadi menolaknya. Kemudian Imam Mahdi As berkata: “Aku tidak akan mengambil kembali uang yang telah aku berikan kepadamu”.[6] Rasulullah Saw bersabda: “Orang-orang akan mencari seseorang yang mau menerima pemberian, zakat dan sedekah mereka, namun mereka tidak mendapatkannya sebab pada saat nanti, semua orang akan menjadi kaya dengan anugerah Ilahi”.[7]
Apakah setelah berjalannya pemerintahan Imam Mahdi As masih akan ditemukan kezaliman di tengah masyarakat?
Keistimewaan pemerintahan Imam Mahdi As ialah sebagaimana tujuan utama seluruh para nabi, dengan tercipatanya kedamaian, ketenteraman dan keadilan di seluruh dunia dan hancurnya kebejatan, penyimpangan, kezaliman dan tindakan kriminal.
Akan tetapi, keberhasilan para nabi dan wasi mereka pada saat itu, tidak begitu nampak. Terciptanya kedamaian, ketenteraman dan keadilan dunia ini merupakan tujuan mereka semua dan fitrah suci semua orang di sepanjang sejarah pun menanti saat-saat sepeti ini. Maka dari itu, dikarenakan Allah Swt menjadikan para Nabi dan wasi sebagai seorang maksum yang mana mereka tidak akan pernah mengingkari janji mereka dan tidak akan membuat orang berharap atau menanti kesiasiaan. Maka sudah pasti, janji Allah akan terealisasikan dengan kriteria transendental ini dan bahkan terwujudnya janji Allah tersebut dapat dianggap sebagai tujuan penciptaan manusia.
Kelak dengan rahmat Ilahi seluruh umat akan bersatu berada di bawah panji tauhid sedangkan kekafiran, syirik dan kemunafikan akan mengalami kehancuran.[8] Terdapat banyak hadis baik yang tersurat maupun yang tersirat, menyinggung hal tersebut. Di antara hadis-hadis tersebut ialah ucapan Imam Hasan al Askari kepada anaknya yang berbunyi: “Hai anakku, seakan-akan aku melihat pada suatu saat nanti tatkala pertolongan Allah datang padamu, engakau berada di puncak keagungan, lalu surya kebenaran bersinar dan menelan gelapnya kebatilan. Allah Swt akan menghancurkan kekuatan para penguasa zalim melaluimu dan syiar-syiar agama akan dihidupkan kembali. Ufuk dunia akan menjadi terang, kedamaian dan ketenteraman akan tercipta di segala penjuru dunia. Musuh-musuhmu akan kalah dan terhina sedangkan para pembelamu akan menjadi mulia dan menang. Tidak ada satu pun dari para penguasa zalim, penentang dan para pelanggar hak-hak manusia yang akan tersisa di muka bumi ini, sebab barang siapa yang bertawakal kepada Allah Swt, maka Allah akan mencukupinya sebagaimana Allah akan menyelesaikan urusanNya dengan mewujudkan janji, keputusan dan takdir-Nya.[9]
Apakah dosa masih akan dilakukan di masa pemerintahan al Mahdi As?
Faktor perbuatan dosa yang paling urgen ialah kerakusan dan ketergantungan manusia kepada harta dunia. Tatkala manusia menggunakan hartanya secara cukup, mampu menjaga kemuliaan serta harga diri nya di tengah masyarakat dan mengarahkan pandangan dunianya ke arah pandangan dunia Ilahi, maka baginya harta dunia menjadi tak bernilai. Sebab dia percaya bahwa janji-janji Allah Swt adalah benar dan akan terwujud meskipun musuh-musuh tidak akan menerima dan tidak akan membiarkan hal tersebut terealisasi. Ketika manusia meyakini adanya hari kebangkitan, penghitungan amal, surga dan segala isinya di
Dengan bersandarkan pada hadis Nabi Saw yang berbunyi: “Iblis yang terkutuk akan disembelih oleh Nabi di Baitul Maqdis, sehingga bisikan, gangguan, rayuan dan perangkapnya pun akan lenyap.”[10] Sementara dari sisi lain, adanya pemerintahan adil dan merata, lingkungan sehat dan tenteram yang mencegah masyarakat dari kerusakan, penyimpangan dan perbuatan dosa merupakan benteng untuk perbuatan dosa. Dengan demikian benteng tersebut akan mencegah motifasi perbuatan dosa. Terdapat banyak hadis yang berkaitan dengan hal tersebut, diantaranya ialah hadis dari Imam Ja`far Shadiq dalam menandai pemerintahan Imam Mahdi As yang berbunyi: “Ikatan-ikatan yang tidak sah, minuman-minuman yang memabukkan dan mengkonsumsi barang riba akan tiada sementara orang-orang menuju ke arah ibadah dan ketaatan, amanat-amanat dipelihara dan disampaikan dengan baik, kejahatan-kejahatan manusia akan musnah, sedangkan orang-orang saleh akan tetap ada.[11] Rasulullah Saw bersabda: “ Allah Swt akan menghilangkan kesulitan-kesulitan umat dengan perantara Imam Mahdi As dan akan memenuhi hati hamba-hambaNya dengan ibadah dan ketaatan. Keadilan-Nya meliputi segala sesuatu. Allah Swt akan memberantas kebohongan dan para pembohong melalui Imam Mahdi As. Allah swt akan menghancurkan jiwa-jiwa pemangsa, penentang dan pemicu permusuhan serta mengeluarkan mereka dari perbudakan yang hina.[12] []
Daftar Pustaka:
1. Al-Qur’an al-Karim.
2. Ibrahim Amini, Dâd Gustâre Jahân, hal 388, 447.
3. Haidar Kasyani, Hukumâte Adle Gustâr, hal 225, 301.
4. Muhammad Jawad Khurasani, Mahdi Muntazar As, hal 188, 273.
5. Ali Kurani, Ashre Zhuhur, hal 351, 370.
6. Jam’e Newsyandagân Adle muntazar, Guftâr-e 1, 11
7. Shafi Gulpaigani,Lutfillah, Muntakhâbul Atsâr
8. Shafi Gulpaigani Lutfillah, Imâmat wa Mahdawiyat, jil. 3
9. Kamil Sulaiman, Ruzegâr Rahâ`i, penerjemah Ali Akbar Mahdi Pur, jil 1 dan 2
10. Allamah Majlisi, Bihâr, jil. 51 dan 52.
11. Muhammad Husain Thabathabai, Tafsir al-Mizân, jil.14 hal 160 dan 170.
[1]. Lutfullah Shafi Golpaigani, Nawide Amn wa Aman( Imamat wa Mahdawiyat ), jil. 3 hal. 28-42.
[2]. Ilzâm an Nâshib, hal. 189. Ghaibâte Nu`mani, hal. 165. Besyâratul Islâm, hal. 199. Nukilan dari kitab Ruzegâr Rahâ`i, jil. 1 hal. 478.
[3]. Ruzegâr Rahâ`i jilid 2 hal. 536 dan 470. Bihâr al-Anwâr, jil. 52, hal. 309 dan 392.
[4]. Ruzegâr Rahâ`i, jil. 2 hal. 601-658. Bihâr al-Anwâr, jil. 2, hal. 279 dan 392.
[5]. Besyâratul Islâm, hal. 71. Dinulik dari kitab “Ruzegâr Rahâ`i, hal. 639.
[6]. Al-Muntakhâb al-Âtsar, hal. 147. Musnad Ahmad, jil. 3 hal, 37. Al-Shawâ`iq al-Muhriqah, hal. 164. Yanâbi` al-Mawaddah jil. 3, 135.
[7]. Ilzâm al-Naashib, hal. 230. Besyâratul Islâm, hal. 256. Ruzegar Raha`i, hal. 598.
[8]. Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. (Pengetahuan tentang rahasia) yang gaib di langit dan di bumi hanyalah kepunyaan Allah, dan kepada-Nya-lah dikembalikan seluruh urusan. Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Hud [11]: 118 & 123).
[9]. Bihâr al-Anwâr, jil. 5, hal. 35. Wafâtul Askari, hal. 49 nukilan dari Ruzegâr Rahâ’i, jil.1 hal. 530-531. “Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya.” (Qs. Al-Thalaq [65]:3)
[10]. Al Mizân, jil. 14 terkait Qs. Hajar:36, hal. 160-161-175.
[11]. Al-Muntakhâb al-Atsâr, hal. 474. Ilzâmu al-Nâshib, 228. Al-Malâhim wal Fitan, hal. 54
[12].