Please Wait
8475
Masalah reinkarnasi atau hulul dalam Islamic school of thouhgt karena meniscayakan beberapa hal seperti pengingkaran surga, neraka dan hari kiamat, dipandang sebagai sebuah masalah yang tertolak. Tertolaknya dan invaliditas konsep ini dapat dijumpai dan dikaji pada jawaban-jawaban yang ada pada site ini. Karena itu, pada kesempatan ini kami hanya akan membahas invaliditas teori ini dalam pandangan riwayat yang akan diulas pada jawaban detil.
Bertautnya ruh, pasca kematian, ke badan yang lain, adalah keyakinan yang tertolak, yang umumnya dikenal di kalangan ulama dengan nama tanasukh atau reinkarnasi.
Ihwal invaliditas reinkarnasi dapat Anda kaji dan telaah pada jawaban-jawaban 689 (Site: 736), Reinkarnasi dalam Pandangan Islam, 1099 (Site: 1154), Pandangan Islam tentang Reinkarnasi, 8268 (Site: 8869), Reinkarnasi dan Hubungannya dengan Arwah.
Karena itu, pada kesempatan ini kami hanya akan membahas invaliditas teori ini dalam pandangan riwayat yang akan diulas pada jawaban detil.
Dalam riwayat-riwayat Ahlulbait As mengemuka pembicaraan tentang reinkarnasi (tanâsukh). Namun terkadang dikemukakan secara eksplisit dan lugas, terkadang secara implisit. Imam Ridha As dalam menjawab pertanyaan seseorang ihwal reinkarnasi, bersabda, “Barang siapa yang meyakini reinkarnasi, ia telah kafir kepada Allah Swt dan mengingkari surga dan neraka.”[1] Terdapat beberapa riwayat lainnya, yang di samping menunjukkan tentang kebatilan reinkarnasi yang kandungannya kurang lebih adalah satu,”
1. Abul Hasan bersabda, “Barang siapa yang meyakini reinkarnasi (tanasukh) maka ia adalah kafir.”[2]
2. Abul Hasan al-Ridha bersabda, “Barang siapa yang meyakini maka ia adalah kafir.”[3]
3. Seorang Zindiq bertanya, “Apabila sekelompok orang meyakini adanya reinkarnasi arwah, darimana mereka meyakini masalah ini? Apa dalil mereka akan adanya reinkarnasi seperti ini?” Imam bersabda, “Orang-orang yang meyakini reinkarnasi telah memutarbalikkan jalan agama yang terang dan jelas serta memilih jalan kesesatan. Mereka membuat jiwa mereka untuk terdominasi oleh syahwat dan meyakini bahwa langit adalah kosong dan berbeda dengan apa yang dijelaskan tentangnya. Pengatur alam semesta ini adalah berbentuk makhluk. Dalil mereka adalah riwayat, Allah Swt menciptakan Adam sesuai dengan bentuk-Nya. Tidak ada surga dan neraka. Tidak ada pengutusan dan pengiriman nabi. Kiamat dalam pandangan mereka adalah keluarnya ruh dari peraduannya menjadi bentuk yang lain. Apabila dalam bentuk pertamanya ruh tersebut adalah seorang budiman maka ia akan muncul dalam bentuk yang lebih tinggi derajatnya di dunia dari sisi keutamaan dan kebaikan. Apabila bentuk pertamanya merupakan seorang bejat atau bukan seorang arif maka ia akan muncul sesuai dengan model pertamanya dalam bentuk hewan di dunia atau makhluk buruk. Kelompok ini tidak meyakini salat dan puasa. Mereka tidak memiliki pengetahuan tentang keburukan dan kewajiban. Seluruh syahwat dunia dibolehkan bagi mereka. Semenjak bersenggama dengan saudari dan putrinya hingga bibi dan wanita-wanita yang telah bersuami. Demikian juga memakan bangkai, meminum minuman keras dan darah dibolehkan bagi mereka.[4] Seluruh mazhab tidak menyukai akidah mereka. Setiap umat melaknat mereka. Dan karena mereka berpaling dan menolak memberikan jawaban ketika ditanya tentang argumentasi dan dalil. Taurat mendustakan akidah mereka dan al-Qur’an melaknat mereka. Dengan semua ini, mereka meyakini bahwa tuhan mereka bermetamorfosis dari satu bentuk ke bentuk yang lain dan arwah azali adalah apa yang terdapat pada Adam. Kembali ruh yang tertarik dari salah satu ruh dan berpindah ke ruh yang lain hingga sampai pada masa kita. Karena itu, pencipta berbentuk makhluk. Tapi bagaimana salah satu dari makhluk dapat ditetapkan sebagai penciptanya? Mereka juga meyakini para malaikat adalah anak-anak Adam. Siapa saja yang sampai pada derajat tertinggi telah lolos dari ujian dan telah murni dan telah menjadi malaikat. Pada sebagian hal, orang-orang Kristen berkeyakinan sama dengan mereka (seperti keyakinan terhadap reinkarnasi dan bahwa arwah setelah sampai pada kesempurnaan akan bersambung dengan objek-objek selestial). Dan Dahriyah meyakini, segala sesuatu tidak memiliki pencipta dan pengatur. Dengan keyakinan seperti ini, mereka tidak boleh memakan daging, karena seluruh hewan dalam pandangan mereka adalah anak-anak Adam yang melakukan reinkarnasi melalui wajahnya. Karena itu, mereka tidak boleh memakan daging kerabat dan keluarga sendiri!![5]
4. Sebagaimana yang nampak secara lahir pada riwayat, Imam Ali As di samping menetapkan adanya surga dan neraka, juga menegaskan bahwa hanya kematian yang membentang antara kita, surga dan neraka.[6] Dan hal ini bermakna bahwa apa yang dikatakan oleh orang-orang yang meyakini reinkarnasi atas kembalinya ruh dalam cetakan jasmani lainnya adalah tertolak.
Disebutkan bahwa riwayat-riwayat dengan kandungan seperti ini sangat banyak jumlahnya. Dari sisi lain, riwayat-riwayat yang berbicara tentang kiamat, secara umum menetapkan kiamat, surga dan neraka, yang secara eksplisit menolak teori reinkarnasi. [iQuest]
[1]. Syaikh Hurr ‘Amili, Wasâil al-Syiah, jil. 28, hal. 341, Hadis 34909, Muassasah Ali al-Bait, Qum, 1409; Syikh Shaduq, ‘Uyûn Akhbâr al-Ridhâ, jil. 1, hal. 218. Silahkan lihat Syaikh Abbas Qummi, Safinat al-Bihar, Bab Naskh (Fi Ibthal al-Tanasukh), jil. 8, hal. 237.
"مَنْ قَالَ بِالتَنَاسُخِ فَهُوَ کَافِرٌ بِاللَّهِ الْعَظیمِ، مُکَذّبٌ بِالْجَنَّةِ وَ النَّارِ
[2]. Wasâil al-Syiah, jil. 28, hal. 341, Hadis 34910:
قال أبو الحسن الرضا (ع) من قال بالتناسخ فهو کافر.
[3]. ‘Uyûn Akhbâr al-Ridhâ, jil. 2, hal. 202; Allamah Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 4, hal. 320, Muassasah al-Wafa, Beirut, 1404 H.
[4]. Boleh jadi tipologi-tipologi ini menyangkut sekelompok orang yang meyakini reinkarnasi tidak semuanya.
[5]. Ahmad bin Ali Thabarsi, al-Ihtijâj, jil. 2, hal. 344, Nasyr Murtadha, Masyhad Muqaddas, 1403 H.
[6]. Bihâr al-Anwâr, jil. 6, hal. 270, Hadis 128.
دَعَوَاتُ الرَّاوَنْدِیِّ، قَالَ أَمِیرُ الْمُؤْمِنِینَ (ع) لَیْسَ بَیْنَنَا وَ بَیْنَ الْجَنَّةِ أَوِ النَّارِ إِلَّا الْمَوْتُ