Advanced Search
Hits
9168
Tanggal Dimuat: 2012/04/14
Ringkasan Pertanyaan
Thomas Alva Edison dengan menemukan listrik ia telah memberikan kontribusi terbaik kepada umat manusia; milyaran manusia memanfaatkan temuan tersebut. Akan tetapi seorang ruhani yang hanya membaca al-Qur’an di salah satu sudut masjid dan belajar Fikih atau Filsafat atau menyampaikan pelajaran tafsir, apa pengaruhnya bagi masyarakat?
Pertanyaan
Terkadang orang-orang di luar berkata, misalnya, Thomas Alva Edison dengan menemukan listrik ia telah memberkan kontribusi terbaik dan terbesar kepada umat manusia; milyaran manusia memanfaatkan temuan tersebut. Akan tetapi seorang ruhani hanya dengan membaca al-Qur’an di salah satu sudut masjid dan belajar fikih atau filsafat atau menyampaikan pelajaran tafsir, apa pengaruhnya bagi masyarakat? Atau mereka berkata, seorang ruhani hanya duduk, menyampaikan pelajaran dan paling maksimal menulis sebuah risalah Fikih. Kontribusi apa yang telah ia lakukan untuk masyarakat? Namun lihatlah seorang pastor alangkah besarnya sumbangsih yang mereka lakukan untuk umat manusia. Alangkah banyaknya orang-orang sakit memperoleh kesembuhan dan masih banyak tindakan kemanusiaan lainnya. Kira-kira jawaban apa yang harus diberikan dalam menghadapi ucapan-ucapan seperti ini?
Jawaban Global

Dalam klasifikasi ilmu, dari sudut pandang kedudukan dan tingkatan, tingkatan pertama adalah ilmu-ilmu Ilahi.  Ilmu-ilmu Ilahi adalah ilmu-ilmu yang marak dipelajari di seminari-seminari dan hauzah-hauzah ilmiah. Kemudian setelah itu, giliran ilmu-ilmu lainnya.

Menurut hemat kami, pekerjaan-pekerjaan kaum ruhaniawan, dosen-dosen, guru-guru dan cendekiawan ilmu-ilmu humaniora tentu lebih tinggi kontribusinya (keilmuan) dari kontribusi yang hanya berdimensi material (meski pekerjaan mereka juga tetap mengandung nilai); karena kebutuhan-kebutuhan mental, psikologikal dan spiritual manusia lebih prioritas daripada kebutuhan-kebutuhan material.

Pekerjaan kaum ruhaniawan adalah mengerangka dan membangun dimensi mental dan spiritual manusia dan masyarakat. Apabila sebuah komunitas mengalami kemajuan yang sangat pesat dari sudut pandang material, namun pada sisi moral dan spiritual berada pada derajat sedimenter dan rendah, tentu sangat tidak berharga. Dan boleh jadi produk-produk material yang mereka ciptakan alih-alih mendatangkan manfaat malah menimbulkan bencana bagi masyarakat. Karena itu, jenis perkerjaan para alim dan cendekiawan tentu berbeda satu sama lain. Dan kita harus secara proporsional menilai mereka berdasarkan jenis pekerjaannya masing-masing.

Jawaban Detil

Kebutuhan-kebutuhan manusia terdiri dari dua jenis, kebutuhan material dan kebutuhan spiritual. Setiap orang atau kelompok dengan memperhatikan kemampuan, minat dan bakatnnya, masing-masing memilih dua bidang kebutuhan ini. Dengan melakukan penelitian dan usaha dalam bidang tersebut mereka memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa dalam klasifikasi ilmu, dari sudut pandang kedudukan dan tingkatan, tingkatan pertama adalah ilmu-ilmu Ilahi. Ilmu-ilmu Ilahi adalah ilmu-ilmu yang marak dipelajari di seminari-seminari dan hauzah-hauzah ilmiah. Kemudian setelah itu, giliran ilmu-ilmu lainnya.

Menurut hemat kami, pekerjaan-pekerjaan kaum ruhaniawan, dosen-dosen, guru-guru dan cendekiawan ilmu-ilmu humaniora tentu lebih tinggi kontribusinya (keilmuan) dari kontribusi yang hanya berdimensi material (meski pekerjaan mereka juga tetap mengandung nilai); karena kebutuhan-kebutuhan mental, psikologikal dan spiritual manusia lebih prioritas daripada kebutuhan-kebutuhan material.

Apabila sebuah komunitas mengalami kemajuan yang sangat pesat dari sudut pandang material, namun pada sisi moral dan spiritual berada pada derajat sedimenter dan rendah, tentu tidak akan ada nilai dan harganya. Dan boleh jadi produk-produk material yang mereka ciptakan alih-alih mendatangkan manfaat malah menimbulkan bencana bagi masyarakat. Karena itu, jenis perkerjaan para alim dan cendekiawan tentu berbeda satu sama lain. . Dan kita harus secara proporsional menilai mereka berdasarkan jenis pekerjaannya masing-masing.

Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa para nabi datang untuk mengobati pelbagai penyakit mental, moral dan spiritual masyarakat, “Nabi Saw adalah tabib yang berkelana yang telah menyiapkan obat-obatannya dan memanaskan peralatannya. Beliau menggunakannya bilamana timbul keperluan untuk menyembuhkan hati yang buta, telinga yang tuli, dan lidah yang kelu. Beliau menyelamatkan manusia dari kematian spiritual.”[1]

Al-Qur’an dalam hal ini menyatakan, “Wa man ahyâha fakannama ahyânnâsa jami’ân.“Barang siapa yang memelihara kehidupan seseorang maka seolah-olah ia telah menghidupkan seluruh manusia.” (Qs. Al-Maidah [5]:32)

Yang dimaksud dengan “menghidupkan” (ahyâ) pada ayat ini bukanlah, “menghidupkan satu manusia hidup atau menghidupkan seorang manusia yang telah mati, melainkan yang dimaksud adalah menghidupkan dalam kebiasaan orang-orang berakal. Tatkala dokter mengobati sebuah penyakit atau menyelamatkan seseorang supaya tidak tenggelam atau melepaskan seorang tawanan dari tangan musuh, orang-orang berakal berkata bahwa ia telah menghidupkan seseorang (atau berkata memberikan hak hidup kepadanya).

Allah Swt juga dalam firman-Nya menggunakan ungkapan-ungkapan misalnya membimbing kepada kebenaran sebagai “ahyâ” (menghidupkan) dan menyatakan,”Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia.” (Qs. Al-An’am [6]:122)[2]

Apabila demikian adanya sebagaimanya yang telah mengemuka dalam pertanyaan maka dapat diambil kesimpulan bahwa ayah dan ibu yang mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan baik, para guru dan dosen juga yang sibuk dengan ilmu-ilmu humaniora tentu mereka tidak melakukan pekerjaan baik dan memberikan kontribusi berharga kepada masyarakat. Orang-orang yang melakukan kebaikan dan memberikan kontribusi berharga hanyalah orang-orang yang mempersembahkan sesuatu dari sisi material saja dan mengabaikan sisi-sisi lainnya. Tentu saja penilaian seperti ini tidak dapat dibenarkan.

Karena itu, pekerjaan kaum ruhaniawan harus ditinjau dan dianalisa dari sisi risalah dan tugas kaum ruhaniawan, tidak seperti penilaian sebagian orang, karena kalau demikian adanya, harus dikatakan (naudzubillah) bahwa para nabi Ilahi, para imam, para guru, arif besar juga tidak melakukan pekerjaan positif dan tidak memberikan kontribusi berharga kepada masyarakat; karena mereka hanya membenahi sisi moral dan spiritual masyarakat. [iQuest]

 

 


[1]. Nahj al-Balâghah, hal. 156, Fitnah Bani Umayyah.

[2]. Sayid Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân, terjemahan Persia oleh Sayid Musawi Hamadani, jil. 5, hal. 317, Intisyarat Islami, Qum.

 

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261083 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246230 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230030 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214886 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176215 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171533 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168007 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158043 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140830 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133980 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...