Advanced Search
Hits
8980
Tanggal Dimuat: 2011/04/19
Ringkasan Pertanyaan
Diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa pada hajjat al-wida’ bersabda, “Allah Swt menolong setiap hamba yang mendengarkan ucapanku dan menjaganya kemudian menyampaikannya kepada orang yang tidak mendengarnya.” Apabila para sahabat tidak adil, lantas mengapa Rasulullah Saw mempercayai mereka?
Pertanyaan
Orang-orang Syiah meyakini bahwa para sahabat bukanlah orang adil dan benar. Namun dalam kitab-kitab Syiah kami juga dapatkan riwayat-riwayat yang menunjukkan keadilan para sahabat! Misalnya riwayat yang dinukil dari Rasulullah Saw ketika hajjatul wida’ bersabda, “nasharaLlâh ‘Abdan sami’a maqâlâti fawa’ah tsumma ballaghaha ila man lam yasma’uha.” (Semoga Allah Swt menolong setiap hamba yang mendengarkan ucapanku dan menjaganya kemudian menyampaikannya kepada orang yang tidak mendengarnya). Apabila para sahabat memang tidak adil, lantas mengapa Rasulullah Saw mempercayai mereka sehingga harus menyampaikan sabda-sabda beliau kepada orang yang belum mendengarnya?
Jawaban Global

Sahabat adalah orang yang berjumpa dengan Rasulullah Saw, beriman kepadanya dan meninggal dalam keadaan berstatus sebagai Muslim. Dalam pandangan ulama Ahlusunnah, keadilan sahabat, adalah sesuatu yang diterima sebagai satu prinsip pasti. Mereka memandang seluruh sahabat adil.

Namun Syiah memandang para sahabat semata-mata sebagai pembawa dan penukil syariat. Kondisi sahabat dari sudut pandang keadilan sama dengan yang lain. Di antara mereka terdapat orang yang adil dan tidak adil. Kriterianya adalah perilaku dan tindakan praksisnya. Apabila tindakan mereka sesuai dengan kriteria-kriteria Islam maka ia adalah seorang yang adil dan kalau tidak demikian ia bukanlah seorang yang adil.

Makna sabda Rasulullah Saw adalah bahwa dengarkanlah tuturanku dan sampaikanlah kepada generasi mendatang. Sabda ini merupakan motivasi kepada sahabat yang mendengarkan secara langsung hadis-hadis bueliau untuk menukil hadis-hadis bukan mendukung mereka seratus per seratus.

Jawaban Detil

Hadis ini termaktub pada kitab-kitab standar sejarah dan hadis Syiah dan Sunni. Seperti Sirah Ibnu Hisy â m, al-K â fi, Khish â l Shaduq, Bih â r al-Anw â r, Tuhaf al-Uq û l, Thabaq â t Ibnu Sa’ â d dan lain sebagainya. [1]

Namun persoalanya di sini adalah sehubungan dengan redaksi yang disebutkan dalam pertanyaan ihwal khutbah ini ihwal apakah penggalan sabda Rasulullah Saw ini menengarai tentang sahabat atau tidak?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, kiranya Anda perlu mengetahui beberapa hal penting sebagai berikut:

Jelas bahwa selama Rasulullah Saw hadir di tengah masyarakat dan masyarakat dapat kapan saja mengakses sumber emanasi kenabian (Nabi Muhammad Saw) dengan mudah, signifikansi hadis yang seharusnya diperhatikan, kurang mendapat perhatian. Namun tatkala Rasulullah Saw wafat, masyarakat merasakan kebutuhan yang lebih banyak kepada hadis-hadis Rasulullah Saw.

Dalam hal ini, Ahlusunnah melampirkan perbuatan sahabat (sunnah sahabat) di samping sunnah Rasulullah Saw; dengan alasan bahwa para sahabat bersama Rasulullah Saw dan mengamalkan apa yang mereka dengarkan dari Rasulullah Saw demikian juga Rasulullah Saw sendiri yang mengamati perbuatan-perbuatan mereka. Di samping itu, para sahabat dalam pandangan mayoritas kaum Muslimin adalah orang-orang adil di kalangan umat. Karena itu, perbuatan dan amalan mereka adalah hujjah (dapat dijadikan dasar dan asas dalam perbuatan) bagi orang lain; dengan demikian apa yang didengarkan oleh tingkatan thabi’in dari para sahabat, mereka nukil dan riwayatkan untuk orang lain. Dan demikian seterusnya, hadis mengalami perkembangan. Dikutip dan dinukil dari satu kepada yang lain. Kemudian menjadi selevel dan sederajat dengan al-Qur’an, menjadi kriteria amalan dan panduan umat. [2]   

Sha-ha-ba” adalah plural dari “sh â hib ” yang bermakna penolong. Dalam terminologi teknis ilmu Hadis, orang yang berjumpa dengan Rasulullah Saw dalam keadaan Muslim. Shahabi adalah sebuah perkataan yang disandarkan kepada sahabat. Namu n mengikut urf (tradisi masyarakat) sahabat disebut bagi seseorang yang lama bersamanya.” [3]

Banyak definisi yang dikemukakan terkait dengan definisi sahabat. Ibnu Hajar ‘Asqalani menulis, “Definisi yang paling benar yang aku temukan ihwal sahabat, bahwa sahabat adalah orang yang bertemu dengan Rasulullah Saw dan beriman kepadanya dan meninggal dunia dalam keadaan beriman kepada Islam.” [4]

Di kalangan ulama Ahlusunnah, keadilan sahabat, diterima sebagai sebuah prinsip pasti; hal itu bermakna bahwa siapa pun yang bersama Rasulullah Saw adalah adil dan mereka mengharamkan setiap kritikan yang dialamatkan kepada sahabat dan menghukumi kafir orang yang berbuat demikian. [5]

Adapun Syiah, di samping meyakini kaum Muslimin yang menjaga kehormatan para sahabat dan menghargai pengorbanan mereka, mereka memandang para sahabat sebagai pembawa dan penyebar syariat. Namun Syiah berpandangan   bahwa melihat dan menemani Rasulullah Saw sama sekali tidak mendatangkan kekebalan dan imunitas. Sebagian sahabat Rasulullah Saw adalah orang-orang munafik atau khawarij dan sebagian lainnya melakukan perbuatan dosa besar; seperti Abdullah bin Wahab Rasibi dan Khalid bin Walid, Abu Hurairah dan yang lainnya; [6] karena itu, Syiah tidak dapat menetapkan keadilan seluruh sahabat. Sahabat-sahabat besar seperti Ammar bin Yasir, Abu Dzar, Salman Parsi, Malik bin Nuwairah , dalam pandangan Syiah,  sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan orang-orang semisal Walid bin Uqbah peminum arak. Syiah menandaskan bahwa kita tidak dapat berpihak membela Walid hanya karena ia merupakan seorans sahabat. [7] Sementara para sahabat juga seperti manusia biasa.  Tidak fair dan tidak benar kalau kita membenarkan perbuatan salah seorang sahabat yang berbuat aniaya dan kejahatan, meminum arak namun kita tetap menyebutnya sebagai seorang yang adil dan berlaku benar.

 

Makna Sabda Rasulullah Saw

Riwayat ini sama sekali tidak membincangkan keadilan sahabat, melainkan bermakna bahwa hendaknya kalian menghafal hadis-hadis ini dan sampaikan kepada orang lain. Kalian semata-mata adalah pengutip dan penukil. Oleh itu, tujuan supaya sabda-sabdaku di sampaikan kepada orang-orang di masa mendatang dan merupakan sebuah motivasi untuk menukil hadis-hadis ini dari sisi para sahabat bukan sokongan seratus persen kepada seluruh sahabat.

Adapun Anda berkata bahwa apabila para sahabat itu tidak adil dan tidak benar lantas mengapa Rasulullah Saw mempercayai mereka sehingga beliau mengandalkan mereka untuk menyampaikan sabda beliau kepada orang-orang yang belum mendengarnya? Dalam menjawab pertanyaan ini harus dikatakan bahwa:

Pertama, dari mana kita dapat memahami bahwa ucapan Rasulullah Saw ini tengah bercerita tentang kepercayaan kepada satu per satu sahabat? Apabila Anda berkata kepada kebanyakan orang yang di antaranya mungkin terdapat beberapa orang pendosa dan tidak adil: Semoga Allah Swt menolong seorang hamba yang mendengar ucapanku dan menghafalnya kemudian menyampaikan kepada orang-orang yang belum mendengarnya. Apakah hal itu bermakna bahwa Anda mempercayai dan mengandalkan mereka semua? Apakah tidak mencukupi bahwa di antara mereka terdapat sejumlah sahabat yang dapat diandalkan? Dan kami (Syiah) juga tidak pernah menyalahkan seluruh sahabat.

Kedua, riwayat sama sekali tidak sedang bercerita tentang keadilan sahabat, melainkan menegaskan bahwa hendaklah kalian menghafal hadis-hadis ini dan sampaikanlah kepada orang lain. Boleh jadi Anda tidak memahami kedalaman ucapanku sama sekali namun orang lain yang mendengarnya, memahami hal tersebut. Kalian hanyalah seorang penukil dan pengutip. Karena itu, maksud dari ucapan Rasulullah Saw supaya sabda-sabdanya disampaikan kepada generasi-generasi mendatang lantaran boleh jadi mereka lebih baik memahami ucapan-ucapanku. Dan hal ini semata-mata merupakan motivasi kepada para sahabat untuk menukil hadis-hadis ini dan bukan untuk menyokong para sahabat seratus persen.

Karena itu, hal ini merupakan satu aturan umum bagi seluruh kaum Muslimin di dunia yang mendengar ucapan hak untuk menyampaikannya kepada orang lain. Dan pada hakikatnya, merupakan seruan untuk pergi menuntut ilmu dan pengetahuan. Dan itu pun ilmu dan pengetahuan agama, hadis-hadis nabawi dan disampaikan kepada orang lain hingga hari Kiamat. [8] Bukti dari ucapan ini dinukil di bawah riwayat, “Farubba h â mil fiqhin laisa bifaqihin wa rubba hamili fiqhin ila man huwa afqah minhu .” [9] [IQuest]



[1] . Al-Kafi, jil. 1, hal. 403. Pada sebagian nukilan disebutkan “nadhara” sebagai ganti “nashara” yang bermakna memperbaharui:

نَضَّرَ اللَّهُ عَبْداً سَمِعَ مَقَالَتِی فَوَعَاهَا وَ بَلَّغَهَا مَنْ لَمْ تَبْلُغْهُ یَا أَیُّهَا النَّاسُ لِیُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَیْسَ بِفَقِیهٍ وَ رُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْه.

[2] . Ilmu al-Hadits ,   Mudir Syaneci Kazhim, hal. 30, Daftar-e Intisyarat-e Islami, Jame’ Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qum, Cetakan 16, 1481 S. 

 

[3] .   Ibid. hal. 233.   

 

[4] . Al-Ishâbat fii Tamyizz al-Shahâba, Ibnu Hajar, jil. 1, hal. 4.  Indeks No. 7797 (Site: 7915) , bagian jawaban detil. 

 

5] . Indeks No. 7797 (Site: 7915) , bagian jawaban detil.

 

[6] . Al-Haqiqat Kam â hiya , Ja’far al-Hadi, hal. 22, Dar al-Hadi.   

[7] . Karena itu, para Imam Syiah memuji para sahabat misalnya Baginda Ali As bersabda, “Aku telah melihat para sahabat Muhammad Saw, tetapi aku tak menemukan seseorang yang menyerupai mereka. Mereka mengawali hari dengan debu di rambut dan wajah (dalam kesukaran hidup) serta melewatkan malam dalam sujud dan berdiri dalam salat. Kadang-kadang mereka letakkan (sujudkan) dahi mereka, dan terkadang pipi mereka. Dengan ingatan akan kebangkitan, mereka nampak seakan berdiri di atas bara menyala. Nampak seakan di antara mata mereka ada tanda-tanda seperti lutut kambing, akibat sujud yang lama. Bilamana nama Allah disebutkan, air mata mereka mengalir deras hingga kerah baju mereka basah. Mereka gemetar karena takut akan hukuman dan harapan akan pahala, seperti pohon gemetar pada hari angin topan.” Indeks No. 1015 (Site: 1167), Jawaban Global.   

 

[8] . Indeks No. 9487 (Site: 9479) , dengan ringkasan dan beberapa penambahan, Jawaban Detil.

Silahkan lihat, Majmu-e Ats â r , Murtadha Muthahhari, , jil. 17, hal. 6, Cetakan Kelima, 1380 S.   

 

[9] . Sekelompok penulis, Pay â mbar-e A’zh â m, Sirah wa T â rikh , Disusun oleh: Muhammad Baqir Amini, hal. 223 – 225. Nehad-e Nemayandegi Maqam Mu’azzham Rahbari dar Danesygah-ha, Nasyr-e Ma’arif, Cetakan Pertama, 1385 H.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261167 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246285 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230071 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214943 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176264 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171577 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168066 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158102 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140903 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134012 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...