Please Wait
6847
Dalam menjawab orang-orang yang berargumen ihwal determinisme melalui ilmu azali Tuhan maka harus dijawab demikian:
“Tuhan semenjak azal mengetahui bahwa manusia dengan kebebasan dan ikhtiar yang dimilikinya akan melakukan perbuatan-perbuatan.” Jawaban ini tidak berseberangan dengan pengetahuan menyeluruh dan azali Tuhan. Karena Tuhan semenjak azal mengetahui bahwa manusia dengan kebebasan dan ikhtiar yang dimilikinya akan melakukan sebuah perbuatan. Sebagaimana hal ini juga tidak bertentangan dengan kepenciptaan Tuhan. Lantaran Tuhan semenjak azal berkehendak demikian bahwa perbuatan ini akan terlaksana sesuai dengan kehendak dan kebebasan manusia. Jawaban seperti ini juga tidak akan menciderai kebebasan manusia.
Nampaknya dalil ucapan yang Anda kemukakan ”jawaban ini tidak selaras dengan ilmu menyeluruh Tuhan dan menunjukkan adanya kekurangan pada ilmu Tuhan” adalah bahwa ilmu Tuhan karena merupakan Dzat Tuhan itu sendiri, juga merupakan sebab. Karena itu contoh yang dijelaskan di atas tidak sesuai karena ilmu selain Tuhan sekali-kali tidak akan menjadi sebab bagi perbuatan-perbuatan orang lain.
Namun sebagaimana yang telah kami singgung, ilmu Tuhan kendati merupakan Dzat Tuhan itu sendiri, ia juga merupakan sebab bagi akibat. Akan tetapi harus diperhatikan bahwa ilmu Tuhan yang merupakan sebab bagi terwujudnya seluruh fenomena adalah ilmu yang menyeluruh dan sempurna. Artinya ilmu terhadap keseluruhan sebab dan syarat-syarat terjadinya sebuah fenomena atau kejadian.
Terkait dengan perbuatan manusia karena merupakan salah satu bagian dan syaratnya adalah kebebasan manusia sedemikian sehingga apabila perbuatan tersebut terjadi tidak didasari dengan kebebasan dan ikhtiar maka hal ini akan bertentangan dengan ilmu azali Tuhan. Karena itu, ilmu menyeluruh dan sempurna Ilahi bukan hanya tidak bertentangan dengan kebebasan, akan tetapi justru menetapkan kebebasan manusia.
Adapun perumpamaan yang dikemukakan harus diperhatikan bahwa perumpamaan yang diberikan tidak memperhatikan seluruh dimensi. Perumpamaan yang diberikan seperti ini hanya untuk menjelaskan sisi bahwa pengetahuan dan ilmu (orang-orang seperti kepala sekolah) tidak akan menjadi sebab ternafikannya kebebasan. Namun secara hakiki karena Tuhan tidak ada yang menyerupainya, “laisa kamtsilihi syai” (Qs. Syura [42]:11) maka terkait dengan setiap perumpamaan dan contoh untuk Tuhan disebutkan:
Wahai (Engkau) yang jauh dari waham dan omonganku
Celakalah diriku dan permisalanku. []