Advanced Search
Hits
12002
Tanggal Dimuat: 2015/01/04
Ringkasan Pertanyaan
Apakah makna dari kata rafidhi itu? Dan mengapa orang-orang Syiah disebut rafidhah?
Pertanyaan
Assalamu'alaikum wr wb. Dalam dunia maya (website) sering disebut Syiah Rafidha/Rafidi. Bisakah dijelaskan siapakah kelompok tsb sebenarnya, dimana sering menunjukkan keburukan terhadap syiah secara umum. Wassalamu'alaikum wr wb
Jawaban Global
Rafidhah secara leksikal akar katanya dari ra-fa-dh yang bermakna meninggalkan dan melepaskan seseorang atau sesuatu. Secara teknis, penggunaan kata rafidhi dilekatkan pada orang-orang yang meyakini imamah Ahlulbait As dan para pengingkar khilafah para khalifah sebelum Imam Ali As.
Bani Umayah dan Bani Abbas serta para pemikir paranoid, senantiasa menuding orang-orang Syiah dan orang-orang yang meyakini wilayah, imamah dan wishâyah (washi) Ahlulbait As sebagai rafadh. Gelar ini disematkan kepada orang-orang Syiah dengan maksud untuk menghina dan memojokkan mereka.
Namun muatan negatif kata ini, pada dasarnya tidak mempersoalkan kebenaran Syiah; karena ayat-ayat al-Quran menyatakan bahwa orang-orang yang beriman lainnya juga memperoleh pelecehan dan penghinaan seperti ini dari para penentangnya.
Dalam sejarah kita membaca bahwa para pembesar kaum Nuh, yang tidak menerima seruan dan dakwah Nabi Nuh yang mengajak mereka kepada penyembahan Tuhan yang esa, menuduh orang-orang beriman dan para pengikut Nabi Nuh As sebagai ganster lugu dan pendusta, padahal orang-orang yang condong dan beriman kepada Nuh bukanlah gangster lugu, bukan juga orang-orang hina dan pendusta!
 
Jawaban Detil
Rafidhah, rafidhi dan rawâfidh adalah kata-kata yang digunakan semenjak dulu untuk merendahkan dan menghina orang-orang Syiah yang dilakukan oleh para penentangnya.
Rafidhah secara leksikal akar katanya dari ra-fa-dh bermakna meninggalkan dan melepaskan seseorang atau sesuatu.[1] Secara teknis, kata ini digunakan untuk beberapa hal sebagai berikut:
  1. Orang-orang yang meyakini imamah Ahlulbait As dan pengingkar legalitas kepemimpinan para khalifah sebelum Imam Ali As.
  2. Orang-orang yang meyakini akan keunggulan Imam Ali As atas para khalifah sebelumnya namun tidak menerima adanya nash dalam masalah imamah.
  3. Para pecinta atau orang-orang yang menyatakan mencintai keluarga Nabi Saw.[2]
 
Namun dari tiga penggunaan terma dan kata rafidh adalah makna pertama sebagaimana Asy’ari menilai bahwa terma rafidhih ini sepadan dengan terma imamiyah dan menafsirkan bahwa mereka adalah orang-orang yang meyakini akan adanya nash atas khilafah Imam Ali As.[3]
Bagaimanapun, kebanyakan orang-orang yang menggunakan terma ini untuk orang-orang Syiah atau para pecinta Ahlulbait As, pada tingkat tertentu bermaksud untuk mencela dan merendahkan mereka. Dengan kata lain, menurut mereka bahwa terma ini berkonotasi pada kesalahan, kesesatan dan penyimpangan Syiah.
Namun hal ini jelas bahwa makna negatif dan pejoratif sebuah terma atau kata yang dilontarkan oleh sebagian orang terkait dengan sekelompok orang dengan sendirinya tidak dapat menjadi dasar mempersoalkan kebenaran mereka, karena al-Quran juga menegaskan hal ini dalam beberapa ayatnya:
«فَقالَ الْمَلَأُ الَّذینَ کَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ ما نَراکَ إِلاَّ بَشَراً مِثْلَنا وَما نَراکَ اتَّبَعَکَ إِلاَّ الَّذینَ هُمْ أَراذِلُنا بادِیَ الرَّأْیِ وَما نَرى‏ لَکُمْ عَلَیْنا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّکُمْ کاذِبینَ»
"Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, ‘Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.’”(Qs. Hud [11]:27)
Akan tetapi tidak diragukan bahwa orang-orang yang condong dan beriman kepada Nabi Nuh, bukanlah orang-orang yang lekas percaya, bukan juga orang-orang hina dan pendusta! Melainkan orang-orang yang menyambut seruang para nabi mengikut nabi-nabi sebelumnya yang berjuang untuk membela orang-orang mustadhafin dan melawan para mustakbirin adalah orang-orang yang terpinggirkan, miskin, berupah rendah sehingga dalam pandangan kaum mustakibirin yang hanya melihat manusia dengan harta dan pangkatnya sehingga menilai para pengikut nabi sebagai orang-orang rendah dan hina.[4]
 
Asal-muasal Kemunculan Terma Rafidhi
Terkait dengan sejarah dan asal-muasal kemunculan terma ini disebutkan beberapa alasan sebagai berikut:
  1. Kata dan terma ini dilekatkan kepada para Syiah Kufah tatkala isu perlawanan Zaid bin Ali bin Husain tersebar. Mereka adalah orang-orang yang pertama kali berbaiat kepada Zaid, namun karena ia menyebut Abu Bakar dan Umar dengan baik dan tidak berlepas diri dari keduanya, orang-orang Syiah Kufah melanggar janji dan baiat mereka kemudian menarik diri dari Zaid. Karena perbuatan menarik diri dari Zaid ini sehingga orang-orang Syiah disebut sebagai rafidhah.[5]
Sebagian sejarawan dan teolog melontarkan beberapa kritikan terkait dengan pendapat ini;[6] krtikan yang dilontarkan seperti ini: Sejarawan kawakan dan diakui hanya berbicara tentang kebangkitan dan perlawanan Zaid serta kesyahidannya, hanya karena orang-orang Kufah meninggalkannya sendirian dan tidak setia kepadanya. Adapun dalil pelanggaran baiat mereka bukanlah karena Zaid menyebut Abu Bakar dan Umar dengan baik kemudian tidak berlepas diri dari kedaunya.[7]
  1. Dari sebagian riwayat dapat disimpulkan bahwa pada masa Bani Umayah, musuh-musuh Ahlulbait As dan Syiahnya menggunakan terma ini sebagai alat untuk melancarkan permusuhannya kepada orang-orang Syiah.
Abu Bashir meriwayatkan, “Saya berkata kepada Imam Shadiq As , ‘Mereka menyebut orang-orang kita sebagai Rafidhah.’ ‘Demi Allah! Mereka tidak menyebut kalian sebagia rafidhah melainkan Allah Swt sendiri yang memberikan gelar ini kepada kalian, sebagaimana 70 orang terbaik dari Bani Israil beriman kepada Nabi Musa dan saudaranya. Karena itu mereka menyebutnya sebagai rafidhah. Wahai Aba Bashir! Mereka meninggalkan kebaikan dan engkau meninggalkan keburukan. Orang-orang telah bercerai berai dan terbagi menjadi beberapa cabang. Dan engkau telah menjadi cabang keluarga Nabimu dan ketahuilah jalan yang mereka (keluarga Nabi) tempuh adalah jalan yang kini engkau lewati. Dan karena Allah Swt telah memilihmu dan apa yang diinginkan Tuhan menjadi kehendakmu. Selamat bagimu. Sekali lagi selamat bagimu karena demi Allah kalian dirahmati oleh Allah karena setiap perbuatan yang diterima dari orang-orang yang berbuat kebaikan dan akan melupakan perbuatan-perbuatan burukmu.”[8]
 
Kata Rafidhah dalam Hadis-hadis Ahlulbait
Meski banyak penentangan dari para musuh, kaum Syiah dan orang-orang yang meyakini wilayah, imamah dan wishayah Ahulbait As tetap dituding rafidhah dan dengan gelar  ini mereka berusaha melontarkan tuduhan dan penghinaa kepada mereka. Namun anehnya, kita saksikan banyak ahli hadis (muhaddits) Ahlusunnah – di antaranya sebagian penulis kitab shahih – meski terdapat beberapa orang yang dituduh sebagai rafidhah atau condong kepada Syiah, namun demikian mereka mengutip riwayat dari orang-orang ini. Hal ini sendiri adalah dalil bahwa mereka itu adalah orang-orang adil atau tsiqah.’[9] Orang-orang itu seperti Ismail bin Musa Farazi (w 245) yang tentangnya Ibnu Hajar Asqalani berkata, “Ia tertuduh sebagai rafadh.[10] Namun demikian dalam Sunan Abi Daud Ismail bin Musa adalah salah satu periwayat hadis yang dikutip hadi-hadisnya.[11] [iQuest]
 

[1]. Khalil Ahmad Farahidi, Kitâb al-‘Ain, jil. 7, hal. 29, Intisyarat  Hijrat, Cetakan Kedua, Qum, 1410 H; Shahib bin Ibad, al-Muhith fi al-Lughah, jil. 8, hal. 8, Alim al-Kitab, Cetakan Pertama, Beirut, 1414 H.  
[2]. Abu al-Hasan Asy’ari, Maqâlât al-Islâmiyin wa Ikhtilâf al-Mushallin, hal. 16-17, Cetakan Ketiga, Frans Stace, Wiesbaden, 1400 H; Ja’far Subhani, Buhuts fi al-Milal wa al-Nihal, jil. 1, hal. 120, Muassasah al-Nasyr al-Islami, Muassasah al-Imam al-Shadiq As, Qum; Ali Asghar Ridwani, Syiah Syinâsi wa Pâsukh be Syubahât, jil. 1, hal. 111, Tehran, Nasyr Masy’ar, Cetakan Kedua, 1384 S.
[3]. Maqâlât al-Islâmiyin wa Ikhtilâf al-Mushallin, hal. 16.  
[4]. Nasir Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jil. 9, hal. 71-72, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Pertama, 1374 S, Tehran.  
[5]. Abu Said bin Nisywan Himyari, al-Hurr al-Ain, hal. 184, Tanpa Penerbit, Tehran, 1972 M; Sayid Muhsin Amin, Muqaddamah A’yân al-Syi’ah (Aqaid al-Syiah), jil. 1, hal. 21, Beirut, Dar al-Ta’arif, 1406 H.  
[6]. Silahkan lihat, Buhuts fi al-Milal wa al-Nihal, jil. 1, hal. 122; Sayid Muhammad Katsiri, al-Salafiyah bain Ahlusunnah wa al-Imamiyah, hal. 86, Al-Ghadir, Cetakan Pertama, Beirut, 1418 H.  
[7]. A’yân al-Syiah, jil. 1, hal. 21; Syiah Syinâsi wa Pâsukh be Syubahât, jil. 1, hal. 112.  
[8]. Syaikh Mufid, Muhamad   bin Muhammad, al-Ikhtishâsh, hal. 104-105, Al-Mu’tamar al-‘Alami lil Alfiyah al-Syaikh al-Mufid, Cetakan Pertama, 1413 H.
[9]. Syiah Syinâsi wa Pâsukh be Syubuhât, jil. 1, hal. 114-115.  
[10]. Ahmad bin Ali Asqalani, Taqrib al-Tahdzib, hal. 110, Dar al-Rasyid, Cetakan Pertama, Suriah, 1406 H.  
[11]. Abu Daud Sulaiman bin Asy’ats, Izadi Sajistani, Sunan Abi Daud, jil. 3, hal. 481 dan jil. 6, hal. 536, Dar al-Risalah al-‘Alamiyah, Cetakan Pertama, 1430 H.  
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261167 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246285 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230071 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214943 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176264 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171577 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168066 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158102 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140903 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134012 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...