Please Wait
20123
Dalam literatur-literatur Islam disebutkan pelbagai tipologi dan ragam manfaat atas keberadaan gunung-gunung. Di antaranya bahwa gunung-gunung tersebut laksana pasak yang tertancap di atas permukaan bumi dan laksana timbangan-timbangan yang menyeimbangkan bumi. Keberadaan gunung-gunung tersebut dan tersebarnya gunung-gunung tersebut di sana-sini di atas permukaan bumi telah mencegah berubahnya bumi menjadi sebuah tempat yang tidak dapat didiami.
Sebagian ilmuwan kontemporer juga memandang urgen peran penyeimbang gunung-gunung bagi kelangsungan hidup di muka bumi. Atas dasar itu, kita harus memandang pasti bahwa maksud al-Qur’an yang menyerupakan gunung-gunung sebagai pasak bukanlah bahwa bentuk gunung-gunung tersebut seperti pasak karena kita melihat dengan mudah bahwa kebanyakan gunung tersebut tidak dalam bentuk seperti pasak. Sejatinya apa yang menjadi obyek perhatian al-Qur’an adalah bahwa sebagaimana dengan memanfaatkan pasak-pasak dapat mencegah robohnya bagian-bagian yang bersambungan, maka gunung-gunung juga memainkan peran serupa di muka bumi.
Sebagai pendahuluan jawaban, kita harus menyebutkan ayat-ayat al-Qur’an yang menyinggung peran gunung-gunung di muka bumi dan kemudian mencermati ajaran-ajaran agama. Di samping itu, dengan menilik pelbagai fakta yang telah diterima di dunia hari ini.
Banyak ayat-ayat al-Qur’an mengetengahkan peran gunung-gunung di planet bumi dan menjelaskan pelbagai kegunaan dan tipologinya. Di antara ragam kegunaan dan tipologi itu adalah sebagai berikut:
1. Gunung-gunung dimanfaatkan sebagai rumah dan tempat perlindungan bagi manusia[1] dan makhluk hidup lainnya.[2]
2. Ragam jenis bebatuan dan tanah dengan aneka warna yang terdapat di dalamnya.[3]
3. Mereka juga bergerak berbeda dengan bentuk lahirnya yang tampak permanen.[4]
4. Gunung-gunung bertasbih dan memuji Allah Swt.[5]
5. Gunung-gunung memainkan peran sebagai pasak bagi bumi.[6]
6. Gunung-gunung memelihara kesatuan dan keseimbangan bumi.[7]
7. Dan terakhir banyak ayat lainnya yang membincang tentang keadaan dan hancurnya gunung-gunung di hari Kiamat.[8]
Bagian pertama dan kedua ayat-ayat yang menunjukkan kediaman manusia dan makhluk hidup lainnya. Demikian juga adanya ragam bebatuan di dalam gunung-gunung merupakan hal jelas yang tidak perlu penetapan dan pembuktian. Gerakan gunung-gunung juga meski pada masa lalu merupakan perkara aneh dan dipandang mustahil, namun dewasa ini dengan asumsi adanya gerakan pada planet-planet dan terpisahnya secara perlahan planet-planet tersebut dari satu dengan yang lain dan juga dalam kalkulasi yang lebih kecil, dengan menyaksikan goncangan gunung-gunung dan terciptanya sesar-sesar gunung maka bagian ketiga yang disebutkan pada ayat di atas juga dengan mudah akan dapat dibuktikan.
Pujian dan tasbih gunung-gunung juga sesuai dengan ungkapan lugas al-Qur’an laksana tasbih makhluk-makhluk lainnya yang tidak dapat dicerap dan dipahami oleh kebanyakan manusia.[9] Dan pengetahuan bagian ketujuh juga berada dalam wilayah kewenangan Allah Swt dan hanya sebagian yang disinggung pada dalam al-Qur’an tentangnya. Karena itu, kita tidak dapat menetapkan dan membuktikan hal tersebut melalui jalan dan metode material.
Namun sekaitan dengan ayat-ayat al-Qur’an dalam hubungannya dengan bagian kelima dan keenam, hal itu masih berada dalam jangkauan kita dan pertanyaan Anda juga berkenaan dengan bagian kelima dan keenam.
Harus dijelaskan bahwa pengetahuan manusia pada masa pewahyuan al-Qur’an tidak cukup memadai untuk mengetahui bagaimana terpancangnya gunung-gunung di atas bumi, ayat-ayat al-Qur’an yang menyinggung masalah ini dalam beberapa hal yang kemudian kebenarannya dapat ditetapkan. Di antara ayat tersebut bahwa Allah Swt menjadikan gunung laksana pasak, “wa al-jibâla awtada.”
Jelas bahwa yang dimaksud al-Qur’an bukanlah bahwa gunung-gunung tersebut memiliki bentuk seperti pasak, karena kebanyakan gunung yang dapat disaksikan dengan mudah oleh manusia, memiliki bentuk-bentuk yang lain. Sejatinya, al-Qur’an berada pada tataran menjelaskan bahwa gunung-gunung tersebut memainkan peran sebagaimana pasak. Hal ini juga ditandaskan pada ayat-ayat lainnya yang menyebutkan pemancangan gunung-gunung[10] di muka bumi dan peneguhan gunung-gunung tersebut di muka bumi.[11]
Pengetahuan manusia pada masa pewahyuan, hanya semata-mata melihat gunung dan tidak memiliki informasi tentang kelanjutan akar-akarnya hingga kedalaman sedimenter bumi. Namun dewasa ini jelas bahwa akar gunung-gunung laksana pasak yang menancap pada sebuah kayu dan memancang di atasnya. Hingga puluhan kilometer di dalam gunung bersambung dengan bumi. Kita tidak dapat memandang tertancapnya gunung laksana pasak sebagai persoalan yang sia-sia dan tanpa guna bagi bumi dan para penghuninya. Karena berdasarkan pengetahuan hari ini jelas bahwa betapa gunung-gunung memainkan peran penting dalam mengarahkan angin-angin dan air-air dalam ekosistem bumi. Namun persoalan lainnya juga disebutkan dalam al-Qur’an bahwa sekiranya gunung-gunung yang laksana pasak menancap di bumi itu tiada maka hal itu akan mengeluarkan bumi dari kondisi ekuilibrium. Dan sebagai hasilnya kehidupan tidak akan berlangsung di dalamnya.
Pada ayat-ayat ini, digunakan redaksi-redaksi seperti, “an tamida bikum” (supaya bumi itu (tidak) mengguncangmu)[12] dan “an tamida bihim” (supaya bumi itu (tidak) mengguncang mereka)[13] yang mengungkapkan tiadanya keseimbangan dan ekuilibrium. Sekarang apa yang dimaksud dengan tiadanya keseimbangan ini? Apakah bermakna tiadanya keseimbangan bumi dan penyimpangan dari lintasannya? Atau hantaman taufan yang sangat kencang dan pada akhirnya, tiadanya stabilitas segala sesuatu yang terdapat di muka bumi? Dan seterusnya?
Bagaimana pun, apa yang dipandang sebagai sesuatu yang pasti dalam al-Qur’an dan riwayat-riwayat juga menegaskan hal itu,[14] adalah bahwa ditancapnya bumi dengan gunung-gunung berguna sebagai penata perputaran kehidupan sistemik di dalamnya.
Banyak buku[15] dan ragam site[16] secara rinci dan detil menjelaskan masalah ini. Apabila Anda tertarik untuk menelaahnya lebih jauh kami persilahkan untuk membaca dan merujuk pada buku dan site yang dimaksud. [IQuest] .
[1]. “Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat berlindung di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memeliharamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (Qs. Al-Nahl [16]:81)
[2]. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.” (Qs. Al-Nahl [16]:68)
[3]. “Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.” (Qs. Fathir [35]:27)
[4]. “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan seperti jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat tiap-tiap sesuatu dengan kokoh; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat.” (Qs. Al-Naml [27]:88)
[5]. “Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud.” (Qs. Al-Anbiya [21]:79)
[6]. “Dan gunung-gunung sebagai pasak.” (Qs. Al-Naba [78]:7)
[7]. “Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak mengguncangmu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.” (Qs. Al-Nahl [16]:15)
[8]. “Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami menjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar, serta Kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.” (Qs. Al-Kahf [18]: 47); Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung. Maka katakanlah, “Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya.” (Qs. Thaha [20]:105); “Dan gunung benar-benar berjalan.”(Qs. Thur [52]:10); “Dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya.” (Qs. Al-Waqiah [56]:5); “Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang beterbangan).” (Qs. Al-Ma’arij [70]:9)
[9]. “Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Qs. Al-Isra [17]:44)
[10]. “Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan.” (Qs. Al-Ghasyiah [88]:19)
[11]. “Dan Dia memancangkan gunung-gunung dengan teguh.” (Qs. Al-Naziat [79]:32)
[12]. “Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak
engguncangmu.” (Qs. Al-Nahl [16]:15)
[13]. “Dan Kami telah jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) mengguncang mereka.” (Qs. Al-Anbiya [21]:31)
[14]. Nahj al-Balâgha, hal. 39, Khutbah Pertama
[15]. Tafsir Nemune, Nashir Makarim Syirazi, jil. 11, hal. 183..
[16]. http://www.quranology.com - www.quransc.com