Advanced Search
Hits
8756
Tanggal Dimuat: 2015/05/17
Ringkasan Pertanyaan
Bagaimana penafsiran ayat-ayat 164+166?
Pertanyaan
Bagaimana tafsir mufradat dan surah al ar”af ayat 164-166?
Jawaban Global
Ayat-ayat 164 hingga 166 surah al-A’raf (7) berkaitan dengan Bani Israel yang hidup pada masa Nabi Daud As. Populasi mereka kurang lebih dua belas ribu jiwa. Mereka diperintahkan untuk pergi mencari ikan pada hari Jumat dan menghindar dari kegiatan bernelayan pada hari Sabtu.
Dalam kaitannya dengan hukum Ilahi ini, mereka terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang menolak menjalankan perintah Ilahi ini. Kelompok kedua berusaha memberikan nasihat kepada mereka dan kelompok ketiga tidak peduli dan bersikap acuh tak acuh dengan perintah ini.
Mereka yang membangkang perintah mencari ikan pada hari Sabtu ini bersama mereka yang tidak peduli mendapatkan azab Ilahi. Adapun yang berusaha menasihati mereka (kelompok pertama) memperoleh keselamatan.
 
Jawaban Detil
Ayat-ayat 164 hingga 166 surah al-A’raf berkaitan dengan Bani Israel yang tinggal di tepi laut Eilat. Sebagian berpandangan bahwa mereka adalah orang-orang yang hidup di Madyan dan sebagian lainnya berpendapat bahwa mereka adalah orang-orang Tiberias.[1] Peristiwa ini terjadi pada masa Nabi Daud As.
Disebutkan bahwa Bani Israel diperintahkan untuk pergi mencari ikan pada hari Jumat dan dilarang untuk bernelayan pada hari Sabtu. Bani Israel diminta untuk menghormati hari Sabtu ini. Namun pada hari Sabtu, ikan-ikan putih dan besar sedemikian banyak bermunculan sehingga memenuhi permukaan laut. Beberapa lama mereka menahan diri untuk tidak menangkap ikan-ikan itu hingga setan dating menggoda mereka dan berkata bahwa mereka harus pergi menangkap ikan pada hari Sabtu. Buatlah kolam-kolam kecil dan pukat-pukat lalu tangkaplah ikan di dalamnya. Setelah itu pergilah mengambil ikan-ikan itu pada hari Minggu.   Mereka pergi menangkap ikan, melemparkan pukat dengan maksud supaya ikan terjaring dalam pukat itu sehingga pada hari Minggu mereka dapat mengambil ikan itu kemudian menyantapnya.  Orang-orang pun menyalahkan apa yang dilakukannya namun karena melihat tidak ada azab yang menimpanya, mereka juga turut melakukan hal yang sama.
Populasi mereka kurang lebih dua belas ribu jiwa dan terbagi menjadi tiga bagian. Kelompok yang memberikan nasihat kepada mereka memisahkan diri. Pada hari lainnya mereka tidak menyaksikan ada orang yang keluar rumah. Tatkala membuka pintu mereka berhadapan dengan sekawanan kera yang menangis.
“Apakah kami tidak melarang kalian?” Tanya mereka.
“Anak mudanya menjadi kera dan orang-orang tua telah berubah menjadi babi.” Jawabnya  sembari memberi isyarat dengan kepala mereka.[2]
Dengan penjelasan ini kini tiba saatnya untuk mengkaji ayat-ayat ini:
1. «وَ اِذْ قالَتْ اُمَّهٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْماً اللَّهُ مُهْلِکُهُمْ اَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذاباً شَدِیداً قالُوا مَعْذِرَهً اِلى‏ رَبِّکُمْ وَ لَعَلَّهُمْ یَتَّقُونَ»
“Dan (ingatlah) ketika segolongan umat di antara mereka berkata (kepada segolongan yang lain), “Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka (menerima kebenaran dan) bertakwa.” (Qs. Al-A’raf [7]:164)
Ummah «امّت»  berwasan fi’lah«فعله»   berasal dari klausul umm «امّ». Umm «امّ» bermakna perhatian dan maksud dan ummah bermakna mendapat perhatian, dari manapun dan ditujukan kepada orang-orang yang memperoleh perhatian.
Wa’zhah «وعظه»  dan wa’azh «وعظ»  serta mauizhah «موعظه» adalah memberikan petunjuk dan membimbing ke jalan benar dengan perantara peringatan dan warning yang sesuai disertai dengan takhwif, berita gembira dan nasihat dalam ucapan.
Ma’zhirat «معذرت» dan uzhr «عذر» adalah ungkapan untuk memperbaiki kesalahan dan perbuatan keliru yang dilakukan. Entah dalam ucapan atau dalam tindakan, pada pikiran atau perbuatan. Maksud dari kesalahan di sini adalah memandang enteng perbuatan amar makruf dan nahi mungkar atas tugas-tugas pada hari Sabtu dan lain sebagianya.[3]
Ayat ini menerangkan obrolang antara orang-orang yang diam dan orang-oragn yang memberi nasihat. Mereka berkata kepada orang-orang yang memberi nasihat bahwa kelompok yang pergi menangkap ikan ini telah melanggar kehormatan hari Sabtu, Tuhan kami, entah Engkau binasakan mereka semuanya atau timpakanlah azab pedih kepada mereka; karena itu mengapa mereka memberikan nasihat? Dengan kata lain, azab Ilahi pasti akan menimpa mereka dan nasihat tidak ada lagi gunanya.”
Mereka menjawab, “Perbuatan ini memiliki dua sebab; pertama mereka punya dalih di hadapan Tuhan atas tugas yang seharusnya mereka lakukan. Kata mereka, “Tuhan kami! Kami telah menunaikan tugas kami (memberikan nasihat). Kami menentang apa yang mereka lakukan. Kedua, dengan memberikan nasihat kepada mereka boleh jadi mereka urung melakukan pelanggaran karena tindakan berputus asa itu adalah perbuatan setan. Frase “kepada Tuhanmu” sebagai ganti “kepada Tuhan kami” menunjukkan bahwa kalian juga memiliki tugas.[4]
 
. 2 «فَلَمَّا نَسُوا ما ذُکِّرُوا بِهِ اَنْجَیْنَا الَّذِینَ یَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَ اَخَذْنَا الَّذِینَ ظَلَمُوا بِعَذابٍ بَئِیسٍ بِما کانُوا یَفْسُقُونَ»
"Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik." (Qs al-A’raf [7]:165)
Nisyan «نسیان» bermakna lalai dan lupa dari apa yang sebelumnya diingat.
Tadzakkur «تذکّر»  berarti mengingatkan sebagai lawan kata ghaflah dan lupa.
Bais «بئیس» dan ba’sa «باساء» keduanya merupakan sifat dari kata «باس» yang bermakna syiddah«شدّت»  keras dan pedih.[5]
Yang dimaksud melupakan apa yang diperingatkan adalah tiadanya pengaruh dalam hati-hati mereka dan pengabaian mereka terhadap firman Allah dan nasihat-nasihat orang lain; artinya sedemikian mereka abai sehingga seolah mereka lupa meski sekiranya mereka mengingat peringatan-peringatan itu; lantaran azab Ilahi turun disebabkan adanya pengabaian terhadap peritah-perintah dan berpaling dari peringatan-peringatan para nabi-Nya, kalau tidak demikian maksud melupakan, maka hukuman tidak ada maknnya; karena lupa itu sendiri sesuai dengan kondisi naturalnya merupakan penghalang teraktualkannya taklif dan turunnya azab.
Ayat ini berkata orang-orang selamat dari kalangan mereka adalah orang-orang yang melarang mereka untuk melakukan perbuatan mungkar (nahi mungkar), dan Allah Swt mengazab selain mereka yaitu orang-orang yang pergi menangkap ikan pada hari Sabtu dan orang-orang yang diam dan memprotes pada kelompok pertama mengapa kalian memberikan nasihat kepada mereka.
Demikian juga ayat menunjukkan bahwa Allah Swt mengelompokkan mereka sebagai orang yang zalim dan fasik karena diam mereka dan membiarkan begitu saja orang-orang pergi menangkap ikan.
Di samping itu, ayat ini menunjukkan satu sunnah umum Ilahi –tidak terkhusus pada Bani Israel – dan sunnah itu adalah akibat yang menimpa bagi orang yang tidak mencegah kejahatan para penjahat dan tidak memberikan nasihat kepada mereka sementara memiliki kemampuan, serta tidak memutuskan hubungan dengan mereka apabila tidak memungkinkan untuk memberikan nasihat, mereka semua digolongkan sama dalam perbuatan zalim. Azab yang turun dari sisi Allah Swt yang menimpa orang-orang yang berbuat kemungkaran juga menimpa orang-orang yang bersama mereka melakukan perbuatan zalim.[6]
Bagaimanapun tatkala mereka membangkang dan tidak mengindahkan peringatan-peringatan yang mengajak mereka kepada kebaikan, Allah Swt menurunkan azab pedih akibat perbuatan fasik mereka. Yang memperoleh keselamatan adalah orang-orang yang melakukan nahi mungkar sementara dua kelompok lainnya menerima azab Ilahi. Yaitu mereka yang pergi menangkap ikan pada hari Sabtu dan mereka yang tidak pergi menangkap ikan namun bersikap acuh tak acuh dan tidak menunaikan tugas mereka melakukan nahi mungkar.[7]
 
  1. «فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ ما نُهُوا عَنْهُ قُلْنا لَهُمْ کُونُوا قِرَدَهً خاسِئِینَ»
Tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya, “Jadilah kamu kera yang terusir.” (Qs. Al-A’raf [7]:166)
«عتوّ» Bermakna melanggar batasan dalam perbuatan buruk dan tercela. Kata ini adalah bentuk hiperbola (yang berarti sangat getol) dalam melakukan perbuatan buruk dan berkukuh dalam keburukan. «قرده» adalah bentuk jamak dari «قرد» yang bermakna kera. Asal kata ini bersumber dari bahasa Suryani قردا kemudian diserap menjadi bahasa Arab.
Orang-orang Yahudi dari sisi sifat batin (tamak, tipu, keterikatan erat pada materi [dunia]) mirip kera dan karena mereka berkukuh pada sifat-sifat ini sehingga karakter kera melekat dalam diri mereka dan hakikat maskh (perubahan bentuk menjadi hewan jejadian) menimpa mereka.
«خسا» bermakna terusir dengan hina.[8]
Dalam ayat ini, Allah Swt mengabarkan kepada Nabi Muhammad Saw bahwa karena sekelompok orang-orang Israel membangkang perintah Allah Swt dan apa yang dilarang untuk tidak pergi menangkap ikan di hari Sabtu mendapatkan kemurkaan Allah dan Kami katakan kepada mereka “Jadilah kera  yang terusir” dan Kami jadikan mereka kera sementara mereka adalah orang-orang yang telah jauh dari rahmat Allah Swt.
Diriwayatkan bahwa mereka yang telah menjadi kera tidak lebih dari tiga hari dapat bertahan hidup dan setelah tiga hari semuanya mati.[9]
«مسخ» atau dengan kata lain perubahan bentuk manusia menjadi hewan tentu saja berseberangan dengan proses natural dan proses ini terkadang terjadi dalam bentuk mukjizat para nabi dan suatu waktu dalam bentuk perbuatan adi kodrati yang dilakukan oleh sebagian orang. Apa yang ada, meski ia bukan seorang nabi, yang tentu saja berbeda dengan mukjizat, karena itu dengan menerima kemungkinan terjadinya mukjizat dan perbuatan adi kodrati maka tentu saja tidak ada halangan apabila terjadi perubahan dan maskh yang menimpa sebagian manusia.
Terjadinya tindakan adikodrati seperti ini bukanlah pengecualian dalam hukum kausalitas. Juga tidak bertentangan dengan akal melainkan hanyalah sebuah proses natural. Karena itu, tidak ada halangan kita menerima makna yang tersurat dari kata maskh dalam ayat ini dan sebagian ayat lainnya. Kebanyakan ahli tafsir juga menerima makna maskh ini.
Namun sebagian ahli tafsir berpandangan bahwa maskh bermakna maskh secara intrinsik dan perubahan sifat moral. Artinya bahwa sifat-sifat laksana kera atau babi terdapat dalam diri manusia sehingga muncul sifat pembangkang dan pemberontak, taklid buta dan menaruh perhatian lebih pada syahwat dan perut (rakus) yang merupakan salah satu sifat nyata dari kedua hewan ini.[10] [iQuest]
 

[1] Thabarsi, Fadhl bin Hasan, Majma’ al-Bayān fi Tafsir al-Qur’ān, Pendahuluan oleh Balaghi Muhammad Jawad, jil. 4, hal. 756, Tehran, Nasir Khusruw, Cetakan Ketiga, 1372 S.
[2] Ibid, hal. 759.
[3] Mustafawi, Hasan, Tafsir Rausyan, jil. 9, hal. 196, Tehran, Markaz Nasyr Kitab, Cetakan Pertama, 1380 S.
[4] Qarasyi, Sayid Ali Akbar, Tafsir Ahsan al-Hadits, jil. 4, hal. 30, Tehran, Bunyad Bi’tsat, Cetakan Ketiga, 1377 S.
[5] Tafsir Rausyan, jil. 9, hal. 198.
[6] Thabathabai, Sayid Muhammad Husain, al-Mizān fi Tafsir al-Qur’ān, jil. 8, hal. 295-296, Qum, Daftar Intisyarat Islami, Cetakan Kelima, 1417 H.
[7] Ja’fari, Ya’qub, Kautsar, jil. 4, hal. 255, Tanpa Tahun, Tanpa Nama Penerbit.
[8] Tafsir Rausyan, jil. 9, hal. 199-200.
[9] Syaikh Shaduq, Man Lā Yahdhuruhu al-Faqih, Riset dan edit oleh Ali Akbar Ghaffari, jil. 3, hal. 337, Qum, Daftar Intisyarat Islami, Cetakna Kedua, 1413 H.
[10] Silahkan lihat, Makarim Syirazi, Nasir, Tafsir Nemuneh, jil. 6, hal. 425-426, Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Pertama, 1374 S.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261083 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246230 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230030 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214886 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176215 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171533 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168007 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158043 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140830 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133980 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...