Please Wait
Hits
10591
10591
Tanggal Dimuat:
2010/10/03
Kode Site
fa10135
Kode Pernyataan Privasi
39462
- Share
Ringkasan Pertanyaan
Apakah Imam Husain As memiliki putri bernama Ruqayyah atau Sukainah yang meninggal di Damaskus pada usia tiga atau empat tahun?
Pertanyaan
Apakah Imam Husain As memiliki putri bernama Ruqayyah atau Sukainah yang meninggal di Damaskus pada usia tiga atau empat tahun?
Sepanjang yang saya tahu hal ini belum lagi diterangkan secara tuntas dan jelas pada salah satu literatur sejarah misalnya al-Irsyad. Bahkan periwayat pertama masalah ini; yaitu Imaduddin Thabari pengarang buku Kamil Bahai menyebutkan hal ini secara kabur tanpa menyebut nama putri kecil ini (anggaplah periwayat ini adalah perawi yang tsiqah namun mengapa dalam silsilah perawi yang memberikan sanad, status tsiqah dan dapat diandalkan tidak dapat ditemukan). Dari sisi lain sesuai dengan beberapa literatur seperti, Thabaqât al-Kubrâ dan lain sebagainya disebutkan bahwa Sukainah binti Imam Husain memiliki kesempatan untuk hidup lebih lama dan bahkan memiliki anak. Dengan membaca hal ini saya cukup terkejut. Apakah menurut Anda terdapat bukti-bukti yang memadai yang menegaskan adanya putri dan kisah ini?
Jawaban Global
Meski kebanyakan sejarawan dalam buku-bukunya tidak menyebutkan putri kecil Imam Husain yang bernama Ruqayyah, Fatimah Sughra atau dengan nama lainnya, namun pada sebagian literatur dijelaskan tentang biografi putri belia ini dan tragedi yang menimpanya di Suriah.
Dalam literatur-literatur riwayat dan sejarah kita terdapat juga bukti-bukti yang menyokong hal ini. Sebagai contoh kami akan menyebutkan dua bukti tersebut sebagaimana berikut:
Bukti pertama: Tatkala Zainab Sa di Kufah berhadapan dengan kepala saudaranya Imam Husain As yang terpenggal, beliau menggubah syair-syair yang di dalamnya disebutkan, "Duhai saudaraku! Berbicaralah dengan Fatimah Sughra sehingga hatinya menjadi lapang."
Bukti kedua: Imam Husain As pada detik-detik terakhir kehidupannya, tatkala berhadapan dengan Syimir, berkata demikian, "Zainabku! Sukainahku! Anak-anakku, selepasku siapakah yang akan mengasuh kalian! Ruqayyahku! Ummu Kultsumku! Kalian adalah amanah Tuhanku! Hari ini adalah janji kian dekat."
Syaikh Mufid menulis, "Sukainah adalah salah seorang putri Imam Husain As dan ibunya bernama Rubab."
Syaikh Thusi mengutip, "Sukainah binti Imam Husian As pada hari Asyura berusia sepuluh tahun."
Dengan demikian, banyak literatur yang menyebut bahwa Sukainah adalah putri Imam Husain As.
Dari riwayat ini dapat disimpulkan bahwa putri Imam Husain As lainnya Sukainah yang pada masa itu – sebelum tragedi Karbala – telah menginjak usia pernikahan.
Dari keseluruhan persoalan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa salah satu putri Imam Husain As (Ruqayyah dan Fatimah) mencapai kesyahidan di Suriah di samping makam kepala suci ayahandanya Imam Husain As dan kedua putri ini bukanlah Sukainah yang hidup hingga beberapa tahun kemudian setelah kesyahidan ayahandahnya.
Dalam literatur-literatur riwayat dan sejarah kita terdapat juga bukti-bukti yang menyokong hal ini. Sebagai contoh kami akan menyebutkan dua bukti tersebut sebagaimana berikut:
Bukti pertama: Tatkala Zainab Sa di Kufah berhadapan dengan kepala saudaranya Imam Husain As yang terpenggal, beliau menggubah syair-syair yang di dalamnya disebutkan, "Duhai saudaraku! Berbicaralah dengan Fatimah Sughra sehingga hatinya menjadi lapang."
Bukti kedua: Imam Husain As pada detik-detik terakhir kehidupannya, tatkala berhadapan dengan Syimir, berkata demikian, "Zainabku! Sukainahku! Anak-anakku, selepasku siapakah yang akan mengasuh kalian! Ruqayyahku! Ummu Kultsumku! Kalian adalah amanah Tuhanku! Hari ini adalah janji kian dekat."
Syaikh Mufid menulis, "Sukainah adalah salah seorang putri Imam Husain As dan ibunya bernama Rubab."
Syaikh Thusi mengutip, "Sukainah binti Imam Husian As pada hari Asyura berusia sepuluh tahun."
Dengan demikian, banyak literatur yang menyebut bahwa Sukainah adalah putri Imam Husain As.
Dari riwayat ini dapat disimpulkan bahwa putri Imam Husain As lainnya Sukainah yang pada masa itu – sebelum tragedi Karbala – telah menginjak usia pernikahan.
Dari keseluruhan persoalan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa salah satu putri Imam Husain As (Ruqayyah dan Fatimah) mencapai kesyahidan di Suriah di samping makam kepala suci ayahandanya Imam Husain As dan kedua putri ini bukanlah Sukainah yang hidup hingga beberapa tahun kemudian setelah kesyahidan ayahandahnya.
Jawaban Detil
Kebanyakan sejarawan dalam buku-bukunya menyebutkan putri kecil Imam Husain yang bernama Ruqayyah, Fatimah Sughra;[1] sebagian menambahkan nama Zainab,[2] sebagian lainnya juga dalam buku-buku mereka, biografi putri belia ini dan tragedi yang menimpanya di Suriah.[3]
Kebanyakan penulis mengutip peristiwa ini dari buku "Kamil Bahai" yang ditulis pada abad ketujuh Hijriah.
Dalam beberapa literatur riwayat dan sejarah kita terdapat beberapa bukti atas masalah ini. Sebagai contoh kami akan menyebutkan satu hal yang berkaitan sebagaimana berikut:
"Tatkala di Kufah, Zainab Sa berhadapan dengan kepala terpenggal saudaranya Imam Husain As. Ia menggubah syair-syair yang di dalamnya menyebutkan, "Duhai saudaraku! Berbicaralah dengan Fatimah Sughra karena hampir saja hatinya melebur (hampir saja ia meninggal)."[4] Hal ini menunjukkan bahwa Imam Husain As memiliki seorang putri belia yang bersedih atas kehilangan ayahandanya.
Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat indeks, "Ruqayyah Putri Imam Husain As, No. 26909 (Site: 7318).
Dengan mencermati dan meneliti pada literatur-literatur sejarah dan maqatil kita saksikan, sejarawan Syiah dan Sunni mencatat adanya seorang putri bernama Sukainah bagi Imam Husain As. Syaikh Mufid menulis, "Sukainah adalah salah seorang putri Imam Husain As dan ibunya bernama Rubab."[5] Syaikh Thabarsi juga menyebut hal dengan berkata, "Imam Husain As menikahkannya dengan Abdullah bin al-Hasan – kemenakannya – yang gugur sebagai syahid pada hari Asyura.[6]
Dalam kitab Maqtal al-Husain disebutkan, "Ia (Sukainah) menikah dengan putra pamannya (Abdullah bin al-Hasan) yang gugur sebagai syahid pada hari Asyura sebelum pernikahan itu benar-benar berlangsung di antara keduanya dan tiada seorang keturunan pun yang lahir dari pernikahan tersebut.[7] Demikian juga Thabarsi meriwayatkan, "Sukainah binti al-Husain pada hari Asyura berusia sepuluh tahun."[8]
Dzahabi dalam kitabnya Târikh al-Islâm menilai bahwa Sukainah itu adalah putri Imam Husain As dan mengutip senarai kitab-kitab yang menyebutkan nama Sukainah binti al-Husain As yang kurang lebih dua puluh kitab;[9] karena itu tidak sedikit kitab yang menyebutkan bahwa Sukainah adalah putri Imam Husain As yang sebagian nama kitab tersebut akan kami sebutkan pada catatan kaki.[10]
Adapun sehubungand dengan usia Sukainah binti al-Husain As tidak terdapat ucapan jelas dalam hal ini dan dari keseluruhan ucapan sejarawan dapat disimpulkan bahwa Sukainah binti al-Husain telah menikah pada peristiwa Karbala atau paling tidak telah memasuki usia pernikahan.
Dari riwayat dapat disimpulkan bahwa putri Imam Husain As Sukainah pada masa itu – sebelum tragedi Karbala – telah memasuki usia pernikahan.[11]
Dari keseluruhan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa salah satu putri Imam Husain As (Ruqayyah dan Fatimah) mencapai kesyahidan di Suriah di samping makam kepala suci ayahandanya Imam Husain As dan kedua putri ini bukanlah Sukainah yang hidup hingga beberapa tahun kemudian setelah kesyahidan ayahandahnya. [iQuest]
Kebanyakan penulis mengutip peristiwa ini dari buku "Kamil Bahai" yang ditulis pada abad ketujuh Hijriah.
Dalam beberapa literatur riwayat dan sejarah kita terdapat beberapa bukti atas masalah ini. Sebagai contoh kami akan menyebutkan satu hal yang berkaitan sebagaimana berikut:
"Tatkala di Kufah, Zainab Sa berhadapan dengan kepala terpenggal saudaranya Imam Husain As. Ia menggubah syair-syair yang di dalamnya menyebutkan, "Duhai saudaraku! Berbicaralah dengan Fatimah Sughra karena hampir saja hatinya melebur (hampir saja ia meninggal)."[4] Hal ini menunjukkan bahwa Imam Husain As memiliki seorang putri belia yang bersedih atas kehilangan ayahandanya.
Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat indeks, "Ruqayyah Putri Imam Husain As, No. 26909 (Site: 7318).
Dengan mencermati dan meneliti pada literatur-literatur sejarah dan maqatil kita saksikan, sejarawan Syiah dan Sunni mencatat adanya seorang putri bernama Sukainah bagi Imam Husain As. Syaikh Mufid menulis, "Sukainah adalah salah seorang putri Imam Husain As dan ibunya bernama Rubab."[5] Syaikh Thabarsi juga menyebut hal dengan berkata, "Imam Husain As menikahkannya dengan Abdullah bin al-Hasan – kemenakannya – yang gugur sebagai syahid pada hari Asyura.[6]
Dalam kitab Maqtal al-Husain disebutkan, "Ia (Sukainah) menikah dengan putra pamannya (Abdullah bin al-Hasan) yang gugur sebagai syahid pada hari Asyura sebelum pernikahan itu benar-benar berlangsung di antara keduanya dan tiada seorang keturunan pun yang lahir dari pernikahan tersebut.[7] Demikian juga Thabarsi meriwayatkan, "Sukainah binti al-Husain pada hari Asyura berusia sepuluh tahun."[8]
Dzahabi dalam kitabnya Târikh al-Islâm menilai bahwa Sukainah itu adalah putri Imam Husain As dan mengutip senarai kitab-kitab yang menyebutkan nama Sukainah binti al-Husain As yang kurang lebih dua puluh kitab;[9] karena itu tidak sedikit kitab yang menyebutkan bahwa Sukainah adalah putri Imam Husain As yang sebagian nama kitab tersebut akan kami sebutkan pada catatan kaki.[10]
Adapun sehubungand dengan usia Sukainah binti al-Husain As tidak terdapat ucapan jelas dalam hal ini dan dari keseluruhan ucapan sejarawan dapat disimpulkan bahwa Sukainah binti al-Husain telah menikah pada peristiwa Karbala atau paling tidak telah memasuki usia pernikahan.
Dari riwayat dapat disimpulkan bahwa putri Imam Husain As Sukainah pada masa itu – sebelum tragedi Karbala – telah memasuki usia pernikahan.[11]
Dari keseluruhan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa salah satu putri Imam Husain As (Ruqayyah dan Fatimah) mencapai kesyahidan di Suriah di samping makam kepala suci ayahandanya Imam Husain As dan kedua putri ini bukanlah Sukainah yang hidup hingga beberapa tahun kemudian setelah kesyahidan ayahandahnya. [iQuest]
[1]. Mufid Muhammad bin Nu'man, al-Irsyâd, Silsilah Muallafat Syaikh Mufid, jil. 2, hal. 135, Dar al-Mufid, Beirut, 1414 H. Ibnu Syahr Asyub, Manâqib Âli Abi Thâlib, hal. 77, Muassasah Intisyarat Allamah, Cetekan Ilmiah Qum. Thabarsi, I'lâm al-Warâ, jil. 1, hal. 478, Muassasah Alu al-Bait, Cetakan Pertama, 1417 H. Mush'ab al-Zubairi, Nasab Quraisy, hal. 59, Dar al-Ma'arif, Kairo, Cetakan Ketiga. Baladzuri, Ansâb al-Asyrâf, jil. 3, hal. 1288, Dar al-Fikr, Beirut, Cetakan Pertama, 1417 H. Sibth bin Jauzi, Tadzkirat al-Khawwâs, hal. 249, Muassasah Ahlu al-Bait, Beirut, Cetakan Pertama, 1401 H.
[2]. Al-Arbali, Kasyf al-Ghummah fi Ma'rifat al-Aimmah, jil. 2, hal. 38, riset oleh Rasuli Tabrizi.
[3]. Syaikh Abbas Qummi, Nafas al-Mahmum, hal. 415 & 416, Intisyarat Maktabat al-Haidariyyah, Cetakan Pertama, 1379 S. Al-Iqad, Syah Abdulazhimi, hal. 179, Riset oleh Rahdawi, Mansyurat Firuz Abadi, Cetakan Pertama, 1411 H; Hairi, Ma'âli al-Sibtain, jil. 2, hal. 170, Muassasah al-Nu'man, Beirut, 1412 H;Syaikh Abbas Qummi, Muntahâ al-Amal, jil. 1, hal. 807, Muassasah Intisyarat Hijrat, Cetakan Keempat, 1411 H; Imaduddin Thabari, Kâmil Bahâi, jil. 2, hal. 179, Maktabah al-Mustafawi.
[4]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 45, hal. 115…
« …یا اخی فاطم الصغیرة کلمّا فقد کاد قلبها ان یذوبا»پ
Al-Qunduzi, Yanâbi' al-Mawaddah, jil. 2, hal. 421, Intisyarat al-Syarif al-Radhi, Cetakan Pertama, 1371 S.
[5]. Mufid Muhammad Nu'man, al-Irsyâd, jil. 2, hal. 37, Intisyarat 'Ilmiyah Islamiyah.
[6]. Thabarsi, I'lâm al-Warâ, jil. 1, hal. 418, Nasyr Alu al-Bait; Mufid Muhammad Nu'man, al-Irsyâd, hal. 25; Arbali, Kasyf al-Ghummah, hal. 157.
[7]. Musawi Abdurrazzaq, Maqtal al-Husain, hal. 397, Mansyurat Bashrati
[8]. Ibid.
[9]. Al-Dzahabi, Târikh al-Islâm, jil. 7, hal. 371, Dar al-Kitab al-'Arabi, Beirut, Libanon.
[10]. Abu al-Faraj al-Isfahani, Maqtal al-Thâlibin, hal. 94, 119, 133, dan 167; al-Baladzuri, Ansâb al-Asyrâf, jil. 3, hal. 362; Ibnu Hannan, al-Tsiqât, jil. 4, hal. 351, Muassasah al-Kutub al-Tsaqafah; al-Bukhari, al-Târikh al-Shaghir, jil. 1, hal. 273, Dar al-Ma'rifat, Libanon, Beirut; al-'Usfhuri, Târikh Khalifah bin Khayyâth, hal. 274, Dar al-Fikr, Beirut; Muhammad bin Sa'ad, al-Thabaqât al-Kubrâ, jil. 8, hal. 475, Beirut; al-Mazni, Tahdzib al-Kamâl, jil. 6, hal. 397, Muassasah al-Risalah; Ibnu Amir, Târikh al-Madinah, jil. 2, hal. 52 dan jil. 29, hal. 69 dalam beberapa halaman, Damaskus, Dar al-Fikr; Ibnu Makula, Ikmâl al-Kamâl, jil. 4, hal. 316 dan jil. 7, hal. 107, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Kairo; Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 45, hal. 169, Beirut; Syaikh Abbas Qummi, Muntahâ al-Amal, jil. 1, hal. 547, Mathbu'at Husaini.
[11]. Mufid Muhammad Nu'man, al-Irsyâd, jil. 2, hal. 22, Intisyarat 'Ilmiyah Islamiyah. Silahkan lihat Anak-anak Imam Husain As.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar