Please Wait
10289
Secara leksikal, Islam bermakna pasrah dan berserah diri. Dengan demikian, agama Islam disebut Islam lantaran program universalnya adalah berserah dirinya manusia di hadapan Tuhan semesta sehingga berdasarkan penyerahan diri manusia tidak menyembah selain Tuhan dan tidak menerima titah selain dari Allah Swt.
Agama Islam sejatinya merupakan mutiara seluruh agama Ilahi yang dalam hal ini Islam menampilkan bentuk universal dan sempurnanya agama-agama Ilahi yang telah lalu. Sebagaimana agama-agama Ilahi lainnya, Islam memiliki tiga domain, akidah, hukum-hukum (ahkam) dan akhlak. Akidah adalah keyakinan kepada keesaan Tuhan, keadilan (‘adalah), kenabian (nubuwwah), kepemimpinan (imamah) dan hari kiamat (ma’âd).
Dengan bersandar pada ayat dan riwayat, Islam sejati termanifestasi pada mazhab Ahlulbait (Syiah). Syiah meyakini bahwa Nabi Saw setelahnya tidak membiarkan umat begitu saja dan untuk menjaga agama Islam beliau memperkenalkan khalifahnya, dua belas Imam Maksum kepada umat yang imam pertamanya adalah Imam Ali bin Abi Thalib As sedangkan Imam Pamungkasnya adalah Imam Mahdi Ajf yang sedang menjalani masa kegaiban (gaibah). Dengan kemunculannya kelak, beliau akan menyudahi seluruh kezaliman, pelanggaran dan kejahatan dan sebagai gantinya memenuhi dunia dengan keadilan.
Pada wilayah ahkâm (plural: hukum) juga harus dikatakan bahwa dalam pandangan Islam setiap perbuatan yang dilakukan seorang mukalaf tidak keluar dari hukum wajib, haram, mustahab, makruh dan mubah.
Dalam domain ini, segala cabang agama disebut juga sebagai tataran impelementasi agama seperti (shalat, puasa, haji, zakat, khumus, jihad, amar makruf, nahi mungkar, tawalli dan tabarri).
Akhlak juga seperti dua domain di atas. Akhlak merupakan beberapa perkara yang dalam masalah ini Islam menyodorkan aturan praktis yang paling manusiawi kepada dunia yang pada tataran tertinggi selaras dengan fitrah dan nurani manusia dan hasilnya tidak lain kecuali kebahagiaan dunia dan akhirat manusia.
Agama Islam adalah agama pamungkas dan paling sempurna yang diturunkan Tuhan melalui Muhammad Rasulullah Saw untuk kebahagiaan dan petunjuk manusia. Agama yang dibawa oleh para nabi-nabi terdahulu memberikan berita gembira dan nubuat tentang kenabiannya. Al-Qur’an merupakan mukjizat perenial Nabi Islam yang menyatakan, “Para nabi sebelumnya memberikan berita gembira ihwal kedatangan Nabi Islam Saw dan bahkan para Ahlulkitab menantikan kedatangan Nabi Islam.” [1] Khususnya ucapan Nabi Isa bin Maryam yang diabadikan dalam al-Qur’an, Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Hai Bani Isra’il, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (QS. Ash-Shaf [61]:6) [2]
Sebagaimana agama-agama Ilahi lainnya, Islam memiliki tiga domain akidah, akhlak dan hukum-hukum (ahkam). Bedanya, pada domain yang sama, dibandingkan dengan agama-agama lain, ketiga domain di atas lebih lengkap dan menyeluruh dalam Islam. Karena Islam merupakan satu-satunya agama yang diturunkan oleh Tuhan kepada Adam As, Khatam (Nabi Muhammad Saw) dan nabi-nabi lainnya. Seluruh yang termaktub pada Suhuf Ibrahim, Zabur Daud, Taurat Musa Kalimullah dan Injil Isa termuat secara menyeluruh dan paripurna dalam al-Qur’an Muhammad Saw [3] serta terpelihara dari pelbagai jenis penyimpangan dan distorsi.
Akidah adalah keyakinan kepada keesaan Allah Swt, keadilan (bahwa Tuhan itu Mahaadil), kenabian (pengutusan para nabi dari sisi Tuhan untuk membimbing manusia), imamah dan ma’âd.
Pada dimensi keyakinan, seorang Muslim di samping harus memberikan kesaksian atas keesaan Tuhan, ia juga harus memberikan testimoni atas risalah Muhammad Mustafa Saw. Apabila tidak demikian adanya, maka ia bukanlah seorang Muslim. Ia pun menyatakan kesaksian atas kemestian syahadatain, iman kepada nabi-nabi yang lain, keyakinan kepada hari kiamat, kepamungkasan agama Islam, para malaikat, alam gaib dan membenarkan seluruh pernyataan Nabi Muhammad Saw dan hal-hal dharuriyât (pokok agama) lainnya dalam agama. Apabila ia tidak meyakini satu pun dari hal yang disebutkan di atas (pokok agama), maka hal itu akan menyebabkan ia akan keluar dari Islam.
Terkait bahwa Islam merupakan agama fitrah dan rasional, Islam tidak menerima taklid dalam masalah-masalah akidah dan menuntut manusia untuk memilih agamanya dengan meneliti dan bertitik tolak dari dalil dan argumen. [4]
Pada tataran hukum, setiap perbuatan yang dilakukan oleh mukalaf tidak keluar dari wilayah hukum wajib, haram, mustahab, makruh dan mubah.
Hukum-hukum yang ditetapkan Islam untuk seluruh perbuatan para mukalaf disebut sebagai cabang-cabang agama (furu’ al-din) yang termasuk di dalamnya shalat, puasa, haji, zakat, khumus, jihad, amar makruf, nahi mungkar, tawalli dan tabarri… Mengamalkan hukum-hukum ini akan menjamin kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. [5]
Sesuai dengan hukum akal, hukum-hukum agama memiliki spesialisasi, profesionalisme dan pakar. Sebagai hasilnya, kita mengikut pandangan dan pendapat mujtahid untuk beramal atau, dengan kata lain, merujuk kepada orang lain yang memiliki kriteria ini (mujtahid jami’ al-syarâit). [6]
Dalam ranah akhlak juga sama dengan dua perkara yang disebutkan di atas. Islam mempunyai resep dan aturan praktis paling manusiawi dalam masalah etika dan moral. Signifikansi dan nilai moral dalam Islam seukuran dengan tujuan pengutusan Rasulullah Saw berupa sampainya manusia kepada makarim akhlak (akhlak mulia) sebagaimana yang diproklamasikan oleh Rasulullah Saw sendiri.
Mengingat bahwa untuk memperkenalkan Islam dan pelbagai tipologi dan keutamaannya tidak mungkin dilakukan dalam artikel singkat ini, maka mau-tak-mau kami akan menyebutkan hanya beberapa tipologi agama Islam, agama yang memberikan kehidupan. Misalnya:
Islam adalah ajaran agama yang mengutamakan cinta kasih kepada seluruh hamba dan makhluk Tuhan. Islam memberikan penghormatan kepada semuanya baik makhluk itu adalah manusia atau bukan. Sedemikian sehingga Islam memandang bahwa orang yang mengasihi dan welas asih kepada merpati yang terbunuh akan menyebabkan turunnya rahmat Tuhan kepadanya di hari kiamat. [7]
Islam melarang tindakan aniaya dan zalim kepada hewan-hewan dan memandang bahwa menyiram sebuah pohon sama dengan melepaskan dahaga seorang mukmin. [8] Islam menganjurkan untuk menjaga nilai-nilai keadilan dalam berinteraksi dengan Ahlulkitab dan bahkan dengan orang-orang kafir [9] sedemikian sehingga Ali memberikan perintah untuk melayani kebutuhan finansial seorang renta Kristen dari baitul mal. [10]
Pada dasarnya, akar kata Islam terdiri dari dua kalimat, sil-mun dan sa-la-m yang bermakna kedamaian dan ketenangan. Dalam menegaskan realitas bahwa Islam merupakan agama damai, cinta damai dan persahabatan, Al-Qur’an menyatakan, Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan ( totalitas ), dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu (QS. Al-Baqarah [2]:208) [11]
Dalam pandangan al-Qur’an, kedamaian universal dan permanen serta ketenteraman umat manusia tidak dapat tercapai kecuali dengan iman kepada Tuhan. Mata rantai penyambung seluruh pergaulan umat manusia yang berbeda dari sisi bahasa, bangsa, suku, budaya, letak geografis dan sebagainya hanyalah iman kepada Tuhan. Semangat penegakkan keadilan dalam Islam sedemikian tinggi sehingga dengan lugas dan tangkas Islam menyeru Ahlulkitab kepada persatuan dan kebersamaan dengan ungkapannya yang indah dalam al-Qur’an, Katakanlah, “Hai ahli kitab, marilah (berpegang teguh) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” (QS. Ali Imran [3]:64)
Tatkala kaum Muslimin hijrah ke Madinah dan panji kemenangan berkibar gagah di atas kepala mereka, pihak musuh mempersembahkan tawaran damai kepada Rasulullah Saw dan beliau menerima tawaran perdamaian tersebut. Bukti hidup perdamaian dengan beberapa suku Yahudi yang dilakukan pada tahun pertama Hijrah. Islam menghendaki perdamaian dan kedamaian umum. Dalam hal ini Islam mengemukakan beberapa agenda dan program yang bermanfaat untuk terciptanya perdamaian dan kedamaian. [12]
Perhatian ekstra yang diberikan Islam kepada ilmu dan pengetahuan, tidak dapat dijumpai pada agama-agama lainnya. Sedemikian signifikannya ilmu dan pengetahuan dalam Islam sehingga diwajibkan bagi seluruh kaum Muslimin. [13] Tidurnya seorang alim lebih baik daripada ibadahnya orang jahil. [14] Islam memandang tinta ulama lebih utama daripada darah syuhada. [15]
Dalam pancaran bimbingan dan panduan ini, dalam tempo yang singkat kaum Muslimin dapat menaklukan puncak ketinggian ilmu dan pengetahuan. Persembahan Islam kepada umat manusia berupa peradaban agung dan ilmuwan tiada duanya seperti Jabir bin Hayyan (bapak kimia modern), Zakariyah Razi (penemu alkohol), Ibnu Sina (filosof dan dokter terbesar di masanya), Ibnu Haitsam, Khwajah Thusi dan sebagainya, Semua figur besar tersebut mendapat pengakuan dan pujian dari ilmuwan dan pembesar Eropa. Hal ini merupakan kenyataan yang tidak dapat diingkari. [16]
Dalam wilayah pemikiran Islam, dalam perspektif penciptaan, tidak terdapat perbedaan antara pria dan wanita. Kaum pria sama sekali tidak memiliki keunggulan terhadap kaum wanita. Agama Islam memberikan pujian dan penghargaan terhadap kedudukan dan karakteristik wanita. Al-Qur’an memperkenalkan Hadhrat Maryam sebagai hamba utama dan dekat kepada Allah Swt. [17] Istri Fir’aun diintrodusir sebagai wanita teladan bagi kaum Mukminin. [18] Bunda Nabi Musa As dipandang layak untuk menerima wahyu dari Allah Swt. [19] Agama Islam memperkenalkan wanita sebagai penyebab ketenangan dan ketenteraman pria. [20] Dalam literatur dan kebudayaan Ahlulbait, wanita bukanlah juara (qahreman) melainkan selasih (raihan). [21] Terpendam banyak kebaikan dalam wujud wanita [22] dan kedudukan ibu lebih utama ketimbang kedudukan ayah. [23]
Dalam pandangan Islam, tiada satu pun kaum dan bangsa yang lebih unggul dan teratas dibanding dengan kaum dan bangsa yang lain. Ketakwaan kepada Tuhan sebagai satu-satunya kriteria keunggulan manusia atas yang lain. [24] Setiap orang masing-masing bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri-sendiri dan tiada seorang pun yang memikul dosa orang lain. [25] Allah Swt mencintai orang-orang yang bertobat atas dosa-dosanya dan menerimanya dengan tangan terbuka tatkala mereka kembali. [26] Islam mencela orang-orang yang berputus asa dari rahmat dan ampunan Ilahi dan memandangnya sebagai orang yang tidak beriman. [27] Islam menyebut kaum Muslimin sebagai saudara antara satu dengan yang lain. [28] Tidak membenarkan perkataan buruk, olok-olokan, tudingan dan tuduhan kepada orang-orang beriman. [29] Memandang sangat tinggi derajat guru. [30] Kebersihan dan kesucian sebagai tanda-tanda iman. [31] Dan seterusnya.
Adapun pengikut agama Islam (muslimin) dapat dibagi dalam sebuah klasifikasi umum menjadi dua bagian, Syiah dan Sunni, yang dengan riset dan penelitian secara global pada ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah Saw demikian juga dengan merujuk kepada akal dan kebiasaan orang-orang berakal, jelmaan sempurna dan sejati Islam dapat dijumpai pada mazhab Syiah.
Mazhab Syiah meyakini bahwa mustahil Rasulullah Saw, sebelum wafatnya, tidak mengangkat dan memperkenalkan khalifah untuk menjadi pemimpin dan mengatur urusan kaum Muslimin. [32] Sesuai dengan keyakinan Syiah, sebagaimana Rasulullah Saw adalah maksum, maka seyogianya khalifahnya juga harus maksum dari segala kesalahan dan maksiat. Hal ini mesti adanya supaya ia memiliki kelayakan untuk menjadi pemimpin umat pasca Rasulullah Saw. Dengan kata lain, untuk menjaga dan memelihara agama Allah, kaum Syiah meyakini bahwa Rasulullah Saw, memperkenalkan dan melantik penggantinya selepasnya, khalifah yang diangkat dan ditentukan oleh Allah Swt. Menurut Syiah, khalifah pasca Rasulullah Saw jumlahnya dua belas orang. Yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib As dan bahkan sekelompok orang dalam Ahlusunnah (kaum Muktazilah) menandaskan keutamaan Ali bin Abi Thalib As atas para sahabat yang lain. [33]
Setelah Baginda Ali As, terdapat sebelas imam lainnya yang diangkat untuk mendapuki jabatan imamah dan seluruhnya telah syahid di jalan Islam, hingga pada tahun 260 Hijriah, Imam dan Hujjah terakhir Ilahi di muka bumi, yaitu Imam Mahdi al-Mau’ud (Yang Dijanjikan) dan Penyelamat umat manusia, sampai pada makam imamah dan sesuai dengan izin dan kemaslahatan Ilahi, Imam Mahdi menjalani masa gaibah. Dan, ketika kelak muncul, beliau akan memenuhi dunia dengan keadilan. [34]
Untuk menetapkan klaimnya, Syiah bersandar pada ayat-ayat dan nas-nas pasti dari Rasulullah Saw. [35] Keutamaan dan kedudukan Ahlulbait As sedemikian nampak jelas pada sabda-sabda Rasulullah Saw sehingga mustahil ada orang yang dapat mengingkarinya. Hal ini juga diakui oleh kebanyakan saudara-saudara pada mazhab Ahlusunnah.
Pesan spiritual mazhab Syiah kepada umat manusia di seantero jagad hanya satu kalimat, “Kenalilah Tuhan.” [36]
Akidah, hukum dan akhlak Islam pada tingkatan tertinggi sejalan dan selaras dengan fitrah dan nurani manusia. Dalam masalah ini, Islam menyodorkan aturan praktis yang paling manusiawi kepada dunia dan hasilnya tidak lain kecuali kebahagiaan dunia dan akhirat manusia. [IQuest]
Untuk telaah lebih jauh, silahkan lihat beberapa indeks berikut ini:
1. Keyakinan Paling Awal Kaum Muslimin, Pertanyaan 888.
2. Beberapa Dalil atas Keunggulan Mazhab Syiah, Pertanyaan 6394 sit: 6622.
3. Al-Qur’an dan Makna Islam dan Muslimin, Pertanyaan 829.
4. Tipologi dan Karakteristik Mazhab Syiah, Pertanyaan 278.
[1] Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Râh wa Râhnema Syinâsi, hal 113.
[2] Ibid, hal. 116.
[3] Perbedaan agama-agama Ilahi hanya pada metode dan syariat yang al-Qur’an juga dengan tegas menyeru kepada persatuan, Sesungguhnya agama di sisi Allah itu adalah Islam (QS. Ali Imran [3]:19) Silahkan lihat, Abdullah Jawadi Amuli, Intizhâr Basyar az Din, hal. 178.
[4] Risâlah Taudhi al-Masâil Marâji’, Masalah Pertama.
[5] Keyakinan Paling Awal Kaum Muslimin, Pertanyaan 888
[6] Ibid.
[7] Mizân al-Hikmah, jil. 4, hal. 6962.
[8] Wasâil al-Syiah, Kitâb al-Tijârah, Bab 10.
[9] Nahj al-Balâghah, Surat 53.
[10] Ibid.
[11] “Yaa ayyuhalladzina âmanû udhkhul fii al-silm kaffah wa la tattabi’u khuthuwat al-yaithan inna lakum aduwwan mubin.”
[12] Durar Akhbâr, hal. 28, Hadis 11.
[13] Bihâr al-Anwâr, jil. 74, hal. 55, Bab ‘Ilmu wa Aql.
[14] Ibid.
[15] Ibid.
[16] Silahkan lihat, Nashrullah Nik Bin, Islâm az Didgâh-e Dâneshmand-e Gharb.
[17] Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu atas segala wanita di dunia (yang hidup semasa denganmu). ” (QS. Ali Imran [3]:42)
[18] “ Dan Allah menjadikan istri Fira‘un sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata, “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fira‘un dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim . ” (QS. Tahrim [66]:11)
[19] Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (Qs. Qashash [28]:7)
[20] Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika llah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan utusan) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Qs. Ali Imran [3]:164)
[21] Nahj al-Bâlaghah, Surat 31
[22] Man Lâ Yahdhuruh al-Faqih, jil. 3, hal. 385.
[23] Al-Kafi, jil. 2, hal. 162. Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat, Indeks: Wanita dalam Islam, Pertanyaan 265.
[24] Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat [49]:13)
[25] Katakanlah, “Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu? Dan tidaklah seorang berbuat dosa melainkan kemudaratannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (Qs. Al-An’am [6]:164)
[26] Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan orang-orang yang menyucikan diri (Qs. Al-Baqarah [2]:222)
[27] D an jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir (QS. Yusuf [12]:87)
[28] Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat (QS. Al-Hujurat [49]:10)
[29] Tafsir Nemune, jil. 14, hal. 370 dan 400.
[30] Bihar al-Anwar, jil. 74, Bab 165, Hadis 193.
[31] Mustadrak al-Wasail, jil. 16, Bab 319, Hadis 9.
[32] Muhammad Husain Thaba-thabai, Syiah dar Islâm, hal. 128.
[33] Muhsin Kharrazi, Bidâyat al-Ma’ârif, Bag. Imamah.
[34] Murtadha Muthahhari, Kalam wa Irfan, hal. 38.
[35] Muhsin Kharrazi, Bidâyat al-Ma’arif, Bag. Imamah.
[36] Muhammad Husain Thaba-thabai, Syiah dar Islâm, hal. 236.