Advanced Search
Hits
22521
Tanggal Dimuat: 2011/07/19
Ringkasan Pertanyaan
Bagaimana manusia dapat menjadi kekasih Allah Swt?
Pertanyaan
Bagaimana manusia dapat menjadi kekasih Allah Swt?
Jawaban Global

Mahabbah akar katanya adalah “hubb” yang bermakna kecintaan. Kecintaan Tuhan kepada para hamba tidak bermakna kecintaan yang dipahami secara umum oleh manusia; karena kemestian makna urf ini adalah reaksi kejiwaan yang tentu saja Tuhan suci dan terjauhkan dari sifat seperti ini. Kecintaan Tuhan kepada para hamba bersumber dari kecintaan-Nya kepada zat-Nya.

Allah Swt mencintai seluruh perbuatan-Nya dan karena makhluk-makhluk-Nya merupakan karya perbuatan-Nya maka Dia pun mencintai-Nya.

Jalan-jalan untuk meraih kecintaan Ilahi sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Qur’an dijelaskan dalam sifat-sifat kekasih-Nya seperti jalan-jalan kesabaran, ketakwaan, taubat, ihsan, kesucian, jihad dan perjuangan dan lain sebagainya dan manusia dapat dengan melintasi jalan-jalan ini tersifatkan dengan sifat-sifat ini dan menjadi obyek kecintaan (kekasih) Allah Swt.

Jawaban Detil

Mahabbah akar katanya adalah “hubb” yang bermakna kecintaan, kasih dan ketergantungan. Hubb, yuhibb berarti ia mencintainya, ia menyatakan suka kepadanya.[1] Karena itu, mahbub artinya kekasih dan obyek kecintaan.

 

Kecintaan Tuhan kepada Para Hamba

Mahabbah (kecintaan) merupakan sebuah hubungan eksistensial dan salah satu penyebab penting kecintaan adalah kecintaan zat yang terdapat pada setiap eksisten dan entitas.

Allah Swt mengetahui Zat-Nya dan segala kesempurnaan-Nya. Karena itu, Dia mencintai diri-Nya. Demikian juga, Dia mencintai segala ciptaan-Nya karena kecintaan-Nya kepada Zat-Nya. Karena segala ciptaan ini berasal dari perbuatan-perbuatan yang bersumber dari Zat-Nya.

Kecintaan Tuhan kepada para hamba tidak bermakna kecintaan yang dipahami secara umum oleh manusia; karena kemestian makna urf ini adalah reaksi kejiwaan yang tentu saja Tuhan suci dan terjauhkan dari sifat seperti ini. Kecintaan Tuhan kepada para hamba bersumber dari kecintaan-Nya kepada Zat-Nya.

Kecintaan Tuhan kepada diri-Nya adalah pencerapan kebaikan. Karena Allah Swt adalah sosok yang mencerap (mudrik) dan memahami keindahan-Nya maka Dia adalah Pecinta (Asyiq). Dan karena Zat-Nya adalah mudrak (yang dicerap) maka Dia adalah Ma’syuq (Kekasih) terhadap Zat-Nya. Dan karena perbuatan Tuhan tidak terpisah dari Zat-Nya maka perbuatan tersebut juga menjadi obyek kecintaan Tuhan. Hal ini bermakna bahwa Tuhan mencintai perbuatan-perbuatannya dan karena seluruh makhluknya merupakan ciptaan dan kesimpulan perbuatan-Nya maka Dia juga mencintai seluruh makhluk-Nya.[2]

Dengan demikian, seluruh makhluk dan entitas di alam semesta adalah kekasih dan obyek kecintaan Allah Swt. Namun apa yang menjadi obyek bahasan kita di sini adalah jalan apa saja yang harus ditempuh supaya manusia menjadi kekasih Allah Swt dalam artian khusus?

Untuk menjelaskan persoalan ini yaitu bagaimana manusia dapat menjadi kekasih Allah Swt dan jalan apa saja yang harus ditempuh untuk menggondol derajat tertinggi kecintaan? Maka kiranya pertama-tama kita perlu mengenal siapa saja yang menjadi kekasih dan obyek kecintaan Tuhan sehingga manusia dapat dengan mengenal mereka maka ia dapat melintasi jalan-jalan untuk meraih makam tersebut dan menjadi pesuluk (pejalan) para kekasih Allah Swt.

Dalam al-Qur’an diperkenalkan sebagian kelompok yang menjadi obyek kecintaan Tuhan dan Tuhan mencintai mereka. Berikut ini kami akan jelaskan sebagian dari ayat-ayat al-Qur’an sebagai contoh:

1.     Orang-orang bersabar, “Wallâhu Yuhibbu al-Shabirîn...” (Allah menyukai orang-orang yang sabar, Qs. Ali Imran [3]:146)

2.     Orang-orang bertakwa, “FainnaLlâha Yuhibbu al-Muttaqîn..” (Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa, Qs. Ali Imran [3]: 76)

3.     Orang-orang bertaubat dan bersuci, “InnaLlâh Yuhibbu al-Tawwâbin wa Yuhibb al-Mutathahhirîn..” (Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan orang-orang yang menyucikan diri,. Qs. Al-Baqarah [2]: 222)

4.     Orang-orang berbuat kebaikan, “InnaLlâh Yuhibbu al-Muhsinîn...” (Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik, Qs. Al-Baqarah [2]:195)

5.     Orang-orang yang berjihad di jalan Allah, “InnaLlâh Yuhibbulladzina Yuqâtiluna fî Sabilihi..” (Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya, Qs. Shaf [61]:4)

6.     Orang-orang yang menegakkan keadilan, “InnaLlâh Yuhibb al-Muqsithîn..” (Qs. Al-Maidah [5]:42)

 

Kesemua ini adalah kelompok manusia yang menjadi obyek kecintaan Tuhan dan Tuhan mencintai mereka.

Makna kecintaan Tuhan kepada hamba adalah bahwa Tuhan menyucikan hijab-hijab dari hatinya sehingga ia melihat-Nya dengan mata hatinya. Dan menganugerahkan kemampuan kepadanya untuk sampai kepada makam menjulang kedekatan (qurb) kepada Tuhan. Kehendak Tuhan kepada hamba-Nya adalah kecintaan Tuhan kepada hamba-Nya.

Dengan kata lain, kecintaan (mahabbah) Tuhan adalah purifikasi batin hamba dari selain Tuhan dan pengosongan segala jarak dan hijab yang merintangi antara dirinya dan Tuhannya.[3]

Para arif meyakini bahwa kecintaah Tuhan kepada hamba-Nya terdiri dari dua jenis:

1.     Kecintaan Primer (ibtidai) yaitu perhatian dan taufik pendahuluan yang dikaruniakan Tuhan kepada sebagian hamba yang menjadi sebab adanya kemampuan hamba dalam melaksanakan perintah dan titah Ilahi.

2.     Kecintaan Sekunder atau kecintaan atas dasar kelayakan yang merupakan buah dan hasil ketaatan dan penyifatan sifat-sifat Ilahi dalam diri manusia yang disenangi Tuhan. Hal ini dapat diraih melalui dua jalan:

a.      Melalui jalan qurb nawâfil (mengerjakan segala yang disunnahkan)

b.      Melalui jalan qurb farâidh (menunaikan segala yang diwajibkan).[4]

 

Jelas bahwa salah satu tanda-tanda kecintaan Tuhan kepada hamba adalah taufik dalam ketaatan terhadap segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Tampak dan terlihatnya kecintaan Tuhan kepada para hamba-Nya adalah tampaknya rahmat dan keramat (kemuliaan) Tuhan secara kasat mata pada para hamba-Nya.

 

Jalan-jalan Untuk Meraih Kecintaan Ilahi

1.     Langkah pertama untuk menumbuhkan kecintaan dan salah satu jalan untuk sampai pada kecintaan Ilahi adalah sucinya hati dari dunia dan segala ketergantungannya serta memutuskan diri dari dunia dan bergerak menuju Tuhan. Hal penting ini tidak akan tercapai kecuali mengenyahkan segala sesuatu selain Tuhan dari dalam hati; karena hati manusia merupakan wadah yang sepanjang Anda tidak mengosongkan air darinya maka wadah tersebut tidak akan dapat menerima sesuatu yang lain. Karena Tuhan juga tidak akan pernah menerima hati yang mendua dalam diri seseorang.[5] Rasulullah Saw bersabda, “Hubb al-Dunyâ wa HubbuLlâh la yajtamiân fi qalbin wâhid.”[6] Kecintaan kepada dunia dan kecintaan kepada Tuhan tidak akan pernah bergabung dalam satu hati.” Jelas bahwa apabila kecintaan Tuhan mendiami singgasana hati seseorang maka ia akan menjadi kekasih Allah Swt.

2.     Sabar dan tabah; sabar di hadapan pelbagai kesulitan, goncangan, musibah dan lain sebagainya merupakan salah satu jalan untuk sampai pada makam qurb (kedekatan) Ilahi yang banyak ditekankan dalam al-Qur’an dan riwayat. Oleh itu para arif memiliki sifat sabar dan tabah ini; artinya bahwa orang-orang bersabar adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah Swt.[7]

3.     Mengikuti Rasulullah Saw: Dengan dalil ayat suci al-Qur’an, “Qul inkuntum TuhibbunaLlah fattabi’uni yuhbibkumuLlah...” (Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Qs. Ali Imran [3]:31) Mengikuti Rasulullah Saw adalah salah satu jalan untuk meraih kecintaan Ilahi.[8]

Ibnu Arabi dalam menjelaskan hubungan antara mengikuti Rasululullah Saw dan kecintaan kepada Allah Swt berkata, “Apabila Allah Swt memandang mengikuti Rasulullah Saw sebagai tumbuhnya faktor kecintaan kepada Allah Swt hal itu disebabkan karena Rasulullah Saw manifestasi Allah Swt di alam semesta.”[9] Karena itu, dalam pandangan Ibnu Arabi tiada seorang pun yang dapat menjadi kekasih Allah Swt tanpa mengikuti Rasulullah Saw. Karena Rasulullah Saw mengikuti segala instruksi Ilahi. Dengan demikian, mengikuti baik pada Rasulullah Saw dan juga bagi para pengikutnya akan menstimulir berseminya kecintaan Ilahi.[10]

4.     Jihad dan berjuang; Jihad dan berjuang di jalan Allah merupakan faktor lain untuk meraih kecintaan Allah Swt. Para mujahid di jalan Allah Swt adalah para kekasih sejati Allah Swt dan mereka secara khusus menerima kecintaan khusus Ilahi. Karena mereka yang sama sekali tidak pernah ragu melakukan usaha dan upaya di jalan yang memajukan tujuan-tujuan Ilahi di muka bumi. Mereka dengan jiwa, harta dan segala sesuatu yang dimilikinya dipersembahkan di medan perjuangan antara hak dan batil. Baik di medan perang atau di medan kebudayaan, mereka mengusung perlawanan melawan musuh-musuh agama dan menjaga nilai-nilai Ilahiah. Para mujahid dan pejuang di jalan Allah Swt laksana benteng-benteng yang menghalau segala serangan dan gempuran di jalan kebenaran. Mereka menutup jalan bagi setan. Mereka tidak membiarkan kepada siapa pun mengancam agama Tuhan dan karena itulah mereka menjadi kekasih Allah Swt.

5.     Taubat; kembali dan menyesali segala dosa-dosa yang telah dilakukan dan berpaling kepada kemurahan dan rahmat tak-terbatas Tuhan akan menyebabkan tertariknya kecintaan Tuhan. Taubat dari dosa akan kembali menumbuhkan rasa cinta dalam diri seorang hamba dan mendekatkannya kepada Allah Swt. Dan akan membuka gerbang-gerbang kecintaan dan rahmat khusus Ilahi.[11] Dengan taubat, hamba pendosa dan ahli maksiat, melalui jalan kemurahan dan perhatian Ilahi akan berubah menjelma menjadi kecintaan dan kekasih Allah Swt. Penyusun Tafsir Rahnema meyakini bahwa salah satu tujuan adanya isyarat kecintaan Ilahi terhadap orang-orang bersuci dan bertaubat adalah motivasi kepada manusia untuk bertaubat dan bersuci.[12]

6.     Orang-orang berinfak; memberikan sedekah dan infak akan menarik kecintaan Allah Swt dan Allah Swt mencintai orang-orang yang berinfak. Sedekah dan infak pada hakikatnya manifestasi rasa syukur di hadapan pelbagai nikmat dan karunia Ilahi serta mematuhi perintah-Nya.

7.     Iman dan amal saleh; iman dan amal saleh merupakan salah satu faktor untuk menyedot keridhaan dan kecintaan Ilahi; karena ganjaran Ilahi dan keselamatan terletak pada iman yang senantiasa disertai dengan amal saleh. Karena itu, iman tanpa amal tidak akan menunai ganjaran dan keselamatan. Dan ia tidak akan mendulang kecintaan Ilahi yang dapat disimpulkan dari redaksi ayat, “La Yuhibb al-Zhalimin” (Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, Qs. Ali Imran [3]:57)

8.     Ihsan; ihsan dab berbuat kebaikan merupakan salah satu jalan lain untuk melintasi jalan kecintaan Ilahi.[13]

9.     Kesucian dan kekudusan; Setelah menjelaskan ibadah-ibadah seperti mandi, wudhu dan tayammum Allah Swt berfirman bahwa rahasia instruksi ini (instruksi melaksanakan ibadah) adalah supaya manusia suci dan kudus. Ma yuridullah liyaj’al ‘alaikum min haraj wa lakin yurid liyuthahhirukum..” (Allah tidak hendak menyulitkanmu, tetapi Dia hendak membersihkanmu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. Qs. Al-Maidah [5]:6) Karena itu, setiap titah yang dikeluarkan Allah Swt, baik itu firman-firman dan instruksi-instruksi ritual dan lain sebagainya rahasianya adalah kesucian ruh dan batin.[14]

Ayatullah Jawadi Amuli menyatakan, “Adapun Allah Swt mencintai orang-orang bersabar atau orang-orang bertakwa atau orang-orang yang menegakkan keadilan, kecintaan ini pada hakikatnya bahwa tawakkal adalah pekerjaan yang menjadi kecintaan Tuhan dan orang yang bertawakkal juga menjadi kecintaan Allah Swt karena tawakkal yang dilakukannya.[15]

Namun boleh jadi, orang-orang yang bertawakkal (mutawakkil) atau orang-orang yang bersabar (shâbir) dan sifat-sifat lainnya bukan menjadi obyek kecintaan Tuhan, namun bertawakkal dan bersabar adalah obyek kecintaan Tuhan. Akan tetapi apabila manusia tidak menginginkan sesuatu selain Tuhan dan melintasi seluruh jalan kesempurnaan maka saat itulah manusia menjelma menjadi kekasih Tuhan. Kemudian seluruh sifat dan perbuatannya menjadi obyek kecintaan Tuhan.[16]

Apabila demikian adanya dan Allah Swt mencintai seorang manusia maka seluruh semesta akan mengasihi dan mencintainya; karena seluruh penghuni semesta mengikut pada kehendak Ilahi. Makam ini merupakan makam yang paling unggul bagi manusia. Allah Swt menjadi kekasih seseorang bukan hal yang penting. Apa yang penting adalah bahwa manusia menjadi kekasih Allah Swt. [17]

Karena itu, apabila demikian adanya, manusia adalah kekasih Allah Swt maka seluruh perbuatannya adalah perbuatan Allah Swt. Tuturannya adalah tuturan Allah Swt dan seterusnya. Segela efek Ilahiah akan nampak nyata pada dirinya.

Dalam sebuah hadis popular qurb al-nawâfil yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa Allah Swt berfirman, “Tidak mendekati-Ku seorang hamba dari hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih dicintai dari yang Kuwajibkan kepadanya. Dan senantiasa mendekati-Ku dengan perantara amalan-amalan sunnah hingga sampai pada derajat dimana Aku mencintanya. Tatkala Aku mencintainya, dalam kondisi ini, maka Aku akan menjadi pendengaran yang dengannya ia mendengar. Menjadi penglihatan yang dengannya ia melihat. Menjadi lisan yang dengannya ia bertutur-kata. Menjadi tangan yang dengannya ia mengerjakan segala perbuatan.”[18]

Demikian seterusnya apabila manusia telah menjadi kekasih Tuhan maka hal itu lebih tinggi dari sekedar kecintaan, Tuhan akan menjadi pecinta dan kinasihnya (Âsyiq). Berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw yang bersabda, “Tatkala seorang hamba menjadi kekasih Allah maka Allah Swt akan menjadikannya sebagai kekasihnya dan mecintainya. Kemudian berfirman, “Hambaku engkau adalah kekasih dan kecintaan-Ku. Aku adalah kekasih dan kecintaanmu. (Terlepas) Apakah engkau menginginkannya atau tidak.”[19]

Kesimpulannya terdapat ragam jalan untuk sampai ke makam kecintaan Allah Swt dan memahami emanasi ini yang di antaranya adalah bersabar, bertaubat, bertakwa dan lain sebagainya. Pendeknya, meninggalkan segala yang dilarang dan menunaikan segala yang diwajibkan dan segala yang dianjurkan (mustahab). [IQuest]



[1]. Jibran Mas’ud, Farhangg-e al-Râ’id, jil. 2, hal. 1551.  

[2]. Muhammad Ridha Kasyifi, Âine Mehrwarzi, hal. 99-102; Ibnu Sina, Risalah ‘Isyq, hal. 4-6.  

[3].  Sayid Abdullah Syubbar, Kitâb al-Akhlâq (terjemahan Persia), hal. 412-413.

[4]. Fatimah Thabathabai, Sukhân-e ‘Isyq, hal. 171

[5]. Sayid Abdullah Syubbar, Kitâb al-Akhlâq (terjemahan Persia), hal. 414.   

[6]. Muhammad Rei Syahri, Mizân al-Hikmah, jil. 2, hal. 228.  

[7]. Muhyiddin ‘Arabi, Futûhât al-Makkiyah, jil. 2, hal. 337.

[8]. Terjemahan Persia al-Mizân, jil. 5, hal. 633.

[9]. Muhyiddin ‘Arabi, Futûhât al-Makkiyah, jil. 2, hal. 336.  

[10]. Fatimah Thabathabai, Sukhân-e ‘Isyq, hal. 171.  

[11]. Akbar Hasyimi Rafsanjani, Tafsir Râhnemâ, jil. 7, hal. 486.  

[12]. Ibid, jil. 2, hal. 274.  

[13]. Ibid, jil. 7, hal. 486.  

[14]. Abdullah Jawadi Amuli, Hikmat-e Ibâdat, hal. 86-87.  

[15]. Abdullah Jawadi Amuli, Fitrat dar Qur’ân, jil. 12, hal. 254.  

[16]. Ibid, hal. 256.

[17]. Ibid, hal. 254

[18]. Fatimah Thabathabai, Sukhân-e ‘Isyq, hal. 278.  

ما یتقرب الی عبد من عبادی بشیء احب الی مما افتر ضت علیه و انه لیتقرب الیّ بالنافلة حتی احبه

[19]. Fatimah Thabathabai, Sukhân-e ‘Isyq, hal. 34.

اذا احب الله عبداً عشقه و عشق علیه، فیقول عبدی انت عاشقی و محبی و انا عاشق لک و محب لک، ان اردت او لم ترد.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

  • Apakah ada perbedaan mengenai hikmah diutusnya para nabi menurut Syiah dan Ahlusunnah?
    8250 Kemestian Pengutusan Para Nabi 2017/06/08
    Tidak terdapat perbedaan yang banyak mengenai hikmah bi’tsah (pengutusan) para nabi di antara mazhab-mazhab yang ada karena hikmah ini diisyaratkan dalam al-Qur’an. 1. Dalam kitab tafsirnya ketika menafsirkan ayat: «رُسُلاً مُبَشِّرینَ وَ مُنْذِرینَ لِئَلاَّ یَکُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُل» Rasul-rasul itu adalah ...
  • Di manakah letak Saqifah Bani Sa’idah?
    10938 Sejarah Tempat-tempat Suci 2012/08/21
    Penulis buku Madina Syinasi (Mengenal Kota Madinah), terkait dengan letak geografis Saqifah Bani Sa’idah, menulis, “Apa yang pasti, tempat Saqifah Bani Sa’idah terletak di samping Masjid Bani Sa’idah dan dekat sumur Budha’i (sumur milik Bani Saidah). Masjid Bani Sa’idah – sesuai riwayat Ibnu Syubbah dan Imam Abu ...
  • Apa saja yang menjadi syarat-syarat pengenaan zakat?
    7679 Zakat dan Sedekah 2013/08/15
    Sesuai dengan fatwa para marja agung taklid, “Zakat diwajibkan pada 9 hal: Pertama: Gandum. Kedua: Bibit gandum. Ketiga: Kurma. Keempat: Kismis. Kelima: Emas. Keenam: Perak. Ketujuh, Unta. Kedelapan: Sapi. Kesembilan: Kambing. Apabila seseorang memiliki salah satu dari kesembilan obyek zakat ini, sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan ...
  • Bagaimana hukum Islam terkait dengan hubungan sehat antara muda dan mudi?
    12203 Hukum dan Yurisprudensi 2012/05/13
    Dalam pandangan Islam, pria dan wanita adalah dua entitas dan makhluk yang saling menyempurnakan. Allah Swt menciptakan mereka untuk satu sama lain untuk saling melengkapi. Salah satu kebutuhan pria dan wanita terhadap satu sama lain adalah kebutuhan seksual. Namun kebutuhan ini harus disalurkan pada aturan dan instruksi ...
  • Apa saja yang menjadi faktor-faktor kemunculan Imam Zaman Ajf.
    7202 Teologi Lama 2013/11/25
    Faktor-faktor yang menjadi sebab kemunculan adalah beberapa hal yang disebut sebagai terciptanya ruang bagi kemunculan Imam Zaman Ajf dan termasuk di antara sebab-sebab kemunculan Imam Zaman Ajf. Dalam hal ini harus dikatakan bahwa meski faktor utama kemunculan Imam Zaman Ajf adalah irâdah Ilahi (kehendak Ilahi), namun apa ...
  • Siapakah dan bagaimanakah sosok Mansur Hallaj itu?
    11408 Tafsir 2011/12/13
    Husain bin Mansur Hallaj lahir di Baidha (salah satu daerah di bilangan Syiraz) namun kemudian tumbuh besar di Irak. Hallaj merupakan sosok arif paling kontroversial dalam dunia Islam dan banyak mengungkapkan syathiyyât. Para juris banyak mengkafirkannya dan memvonis hukuman gantung bagi Hallaj pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah. ...
  • Apa hukumnya seseorang yang berzina dengan seorang wanita yang telah bersuami atau masih berada dalam keadaan iddah?
    29216 Hukum dan Yurisprudensi 2012/11/11
    Pertanyaan Anda terdiri dari beberapa asumsi sebagaimana berikut ini: Perbuatan zina dilakukan sebelum talak Menjawab kondisi seperti ini harus dikatakan bahwa berdasarkan fatwa kebanyakan fakih (marja taklid) wanita itu menjadi haram abadi bagi pria yang menggaulinya. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan apakah ...
  • Mengapa Imam Ali As melakukan kerjasama dengan para khalifah?
    9715 Para Maksum 2010/07/05
    Imam Ali As pada seluruh tingkatan hidupnya berusaha untuk merealisir masalah terpenting berupa menjaga Islam dan perkembangannya. Baginda Ali As mengerahkan seluruh wujudnya untuk mewujud hal ini. Kerja sama yang dilakukannya juga untuk mewujudkan masalah ini dan mencegah pelbagai tangan-tangan kotor musuh-musuh Islam yang ingin menodai kesucian ...
  • Apakah seluruh sabda dan ucapan Nabi Saw merupakan wahyu atau tidak?
    47126 Teologi Lama 2009/05/06
    Terdapat ragam pendapat para pemikir otoritatif terkait masalah ini. Sebagian berpandangan, dengan memperhatikan kemutlakan ayat 3 dan 4 surah al-Najm,[i] bahwa seluruh ucapan, perbuatan dan perilaku Nabi Saw adalah wahyu. Sebagian lainnya berkeyakinan bahwa ayat 4 surah al-Najm terkait dengan al-Qur’an dan ayat-ayat yang diwahyukan kepada Nabi ...
  • Saya banyak salat yang tidak saya kerjakan (sebelumnya) namun saya tidak pasti berapa banyak jumlahnya. Apa yang harus saya lakukan?
    6337 Hukum dan Yurisprudensi 2011/12/19
    Masalah seperti ini disebutkan dalam Risalah-risalah Amaliah (Tuntutan Amalan Praktis Fikih) para marja sebagaimana berikut: Barang siapa yang memiliki kewajiban salat qadha namun ia tidak tahu berapa banyak jumlahnya,[1] misalnya ia tidak tahu empat atau lima, apabila ia mengerjakan dengan bilangan yang sedikit maka ...

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261171 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246289 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230077 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214949 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176268 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171579 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168070 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158106 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140907 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134014 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...