Please Wait
11434
- Share
Hidupnya Rasulullah Saw dan Ahlulbaitnya adalah sebagaimana makna yang disebutkan dalam al-Quran terkait dengan hidup hakiki yang berkenaan dengan para syahid, “Jangan kalian mengira orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup di sisi Allah Swt mendapatkan rezeki.”
Demikian juga dalam banyak riwayat juga menyinggung tentang makna yang sama terkait dengan hidupnya para imam. Tentu maksud hidup di sini bukanlah dalam artian duniawi; karena empat belas orang Maksum selain Imam Zaman Ajf menjalani kehidupan duniawi pada satu periode tertentu dan setelah itu mereka meninggal dunia dengan syahid atau meninggal secara natural.
Namun demikian, terdapat kehidupan yang lebih unggul dan hakiki bagi ruh dan terkait dengan para maksum terealisir dalam bentuk yang paling tinggi. Hal ini menyebabkan mereka memiliki kewenangan terkait dengan alam duniawi dan mereka lebih hidup dari orang-orang dunia di alam hudhur.
Dalil referensial (naqli) atas klaim ini adalah sebagian ayat al-Quran dan riwayat yang menegaskan tentang kehidupan hakiki yang akan dialami manusia pasca kematian dan sebelum kiamat. Demikian juga banyak riwayat yang dinukil terkait dengan kedudukan-kedudukan para maksum dan keluasan wujud mereka sehingga tidak lagi menyisakan keraguan dalam masalah ini.
Adapun dalil rasional yang paling sederhana yang dapat didemonstrasikan di sini adalah non-materialnya jiwa rasional yang menetapkan aktifitas dan pengaruh yang diberikan oleh arwah dan wujud-wujud mulia para maksum pada kehidupan yang lebih luas dari alam materi.
Apa yang menjadi keyakinan para pecinta, pendamba dan orang-orang yang berperantara kepada Rasulullah Saw dan para Imam Ahlulbait As adalah bahwa Rasulullah Saw dan Ahlulbaitnya bukan semata-mata guru yang menyampaikan pelajaran-pelajarannya dan meninggalkan pengaruhnya kemudian berlalu begitu saja, melainkan mereka adalah entitas-entitas mulia yang senantiasa hadir dan khususnya terkait dengan orang-orang yang menjadi pengikutnya dan para pencari kebenaran sejati.
Meski makna ini lebih banyak berkenaan dengan Imam Syiah yang masih hidup (Imam Mahdi Ajf) namun mengikut kaidah petunjuk batin, kehadiran hidup dan berpengaruh khususnya terkait dengan tawassul-tawassul maknawi juga berkaitan dengan seluruh empat belas maksum.
Pandangan yang terkait dengan para maksum, lebih banyak bersandar pada kedudukan kudus dan makam-makam batin mereka. Dari sudut pandang ini, bagi mereka tidak terdapat perbedaan antara yang telah meninggal dan masih hidup, hadir dan gaib.
Landasan teologis, Qur’ani, rasional klaim ini sebelum segala sesuatunya bersandar pada non-materialnya jiwa rasional dan kehidupan hakiki manusia, yang lebih unggul dari kehidupan material. Hal ini sebagaimana dapat dijumpai pada kebanyakan ziarah kepada para imam seperti yang disebutkan, “asyhadu annaka tasyhadu maqami wa tasma’ kalami wa innakah hayyun ‘inda rabbika turzaq.” (Aku bersaksi bahwa engkau melihatku dan mendengar ucapanku serta menerima rezeki dari Tuhanmu). Redaksi ziarah “annaka hayyun ‘inda Rabbika turzaq”[1] sejatinya tengah menyinggung ayat, “wala tahsabannalladzina qutilu fi sabilillahi amwata bal ahyaun ‘inda rabbihim yurzaqun.” (Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki, Qs. Ali Imran [3]:169)[2]
Ayat ini berada pada tataran menetapkan kehidupan hakiki dan lebih unggul bagi para syahid dan mengklaim bahwa setelah mati tidak hanya kehadiran, kehidupan, kekuatan ruh tidak berkurang, bahkan wilayah kekuasaan dan keluasan wujud mereka semakin bertambah. Disebutkan bahwa realitas dan hakikat ini berada pada puncaknya bagi Rasulullah Saw dan para Imam Maksum; karena makam mereka yang paling rendah adalah makam maknawi syahadah.
Oleh itu, hidupnya Rasulullah dan Ahlulbait sesuai dengan makna yang disebutkan bukan dalam artian bahwa mereka hadir dalam badan duniawi; lantaran masing-masing dari empat belas maksum selain Imam Zaman Ajf hidup pada satu masa tertentu di dunia dan pada akhirnya gugur sebagai syahid atau meninggal dalam keadaan wajar.
Karena itu, mencermati keluasan kekuatan-kekuatan ruh membawa kita kepada hakikat ini bahwa kematian dan hilangnya badan duniawi tidak memberikan pengaruh secara esensial padanya dan hal ini tentu saja terkait dengan Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As yang berhubungan dengan ruh Ilahi, tingkatannya pasti lebih tinggi, meski kualitas hakikat-hakikat batin ini tidak dapat dicerap dan dipahami dengan pembahasan lahir dan akal partikular.
Pemahaman yang paling minimal kita terkait dengan realitas-realitas ini adalah penegasan al-Quran yang menyatakan bahwa kehidupan hakiki akan teralisir pasca kematian, dan tentu saja kehidupan dan hidup, dalam artian sesungguhnya, tidak terbatas pada masa kehidupan duniawi, “wama hadzihi al-hayat al-dunya illa lahwun wa la’ibun wa inna al-dar al-akhirat lahiya al-haiwan lau kanu ya’lamun.” (Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main belaka. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui, Qs. Al-Ankabut [29]:64)
Dengan demikian, dalil-dalil referensial masalah ini dalam al-Quran adalah banyaknya ayat-ayat yang menegaskan tentang kehidupan pasca kematian dan sebelum digelarnya gelanggang kiamat. Dan yang paling penting kehidupan yang lebih unggul disandarkan kepada orang-orang yang gugur di jalan Allah (syuhada) pada ayat di atas.
Di samping al-Quran, terdapat beberapa riwayat dan ziarah muktabar yang menunjukkan makna ini. Secara umum riwayat-riwayat yang berkenaan dengan makam-makam batin empat belas maksum As adalah lebih banyak dari apa yang diperkirakan oleh orang-orang yang mau meragukan hakikat ini.
Demikian juga, dalil rasional yang paling sederhana sekali pun juga menegaskan persoalan ini; yaitu non-materinya jiwa, ilmu, pengetahuan, dan kekuatan ruh yang memiliki kehidupan hakiki dan tidak ada kaitannya dengan hidupnya manusia pada kehidupan duniawi. Bahkan kehidupan hakiki adalah kehidupan yang terealisir bagi ruh pasca kehidupan duniawi.
Akhir kata kiranya kita perlu mengingatkan bahwa terlepas dari apakah para maksum memiliki kehidupan yang lebih unggul, yang bagi mereka hidup dan mati, hadir atau gaib tidak terdapat perbedaan, dan hal ini menunjukkan keluasan wujud mereka, namun pada dimensi lain pembahasan yang berkenaan dengan Syiah dan penegasan akan kemestian adanya Imam Zaman Ajf, juga disebutkan secara implisit pada banyak riwayat yang menyebutkan adanya seorang imam hidup (Imam Hayyi), di antaranya, “Sami’tu Aba Abdillah yaqulu man mata wa laisa ‘alaihi imamun hayyun zhahirun mata maitatan jahiliyyatan. Qala qultu imamun hayyun ju’iltu fidaka qala imamun hayyun..imamun hayyun.” (Barang siapa yang meninggal dan tidak memiliki imam hidup maka ia mati dalam keadaan jahiliyah. Seseorang bertanya, “Imam hidup! (Semoga aku menjadi tebusanmu)! Imam Shadiq bersabda, “Benar. Imam Hidup. Imam Hidup.”![3]
Model riwayat seperti ini tidak berbeda dengan pembahasan sebelumnya dan banyak mengandung hikmah penting akan adanya imam yang hidup di dunia yang telah dibahas pada gilirannya dan kami mencukupkan diri dengan sekedar menyinggungnya pada kesempatan ini. [iQuest]
Untuk telaah lebih jauh dalam hal ini silahkan lihat beberapa indeks terkait berikut ini:
Kehadiran Imam di Setiap Tempat, 1835 (Site: 2439)
Para Imam dan Wilayah Takwini, 6117 (Site: id6327)
Beberapa Kegunaan Adanya Imam Zaman Ajf pada Masa Ghaibat, 654 (Site: 705)
Alam Barzakh dan Kehidupan Barzakhi 3891 (Site: 4160)
Kehidupan Barzakhi Rasulullah Saw 5626 (Site: 5870)
[1]. Muhaddits Nuri, Mustadrak al-Wasâil, jil. 10, hal. 345, Muassasah Alu al-Bait, 1408 H.
[2]. Disebutkan bahwa banyak dalam al-Quran yang menyinggung tentang kehidupan di alam barzakh dan sebelum kiamat yang semuanya dapat dijadikan sebagai sandaran referensial dan kehidupan ini tidak terkhusus bagi orang-orang yang gugur di jalan Allah Swt, namun mengapa ayat ini masyhur dan bahwa pada sebagian riwayat menjelaskan makna hidupnya para imam dengan ayat ini, kami menyebutkan ayat ini untuk Anda. Untuk telaah lebih jelas tentang dalil-dalil referensial tentang kehidupan di alam barzakh Anda dapat lihat pada jawaban-jawaban, 3891 (Site: 4160) dan 5626 (Site: 5870) pada site ini.
[3]. Mustadrak al-Wasâil, jil. 18, hal. 177.