Please Wait
6782
Alkohol putih dan perubatan yang merupakan alkohol murni dan banyak digunakan dalam tugas-tugas kedoktoran adalah suci. Kecuali alkohol tersebut diambil dari khamar atau bir di mana dalam hal ini alkohol tersebut adalah najis. Adapun bahan pembersih yang lainnya yang mengandung alkohol dan banyak digunakan di pusat-pusat perubatan adalah suci. Demikian juga alkohol industri yang umum disebut sebagai alkohol putih yang ditambah kadar kimianya dan digunakan untuk keperluan industri hukumnya adalah suci. Wangian dan bahan-bahan industri lainnya yang mengandung alkohol hukumnya suci.
Akan tetapi minum-minuman yang memabukkan (muskir), walaupun setitis (walaupun tidak membuat orang menjadi mabuk), hukumnya adalah haram. Kriteria keharamannya adalah cairan dan memabukkan.
Dalam menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu kita harus menjelaskan hukum alkohol kemudian hukum minuman-minuman yang mengandungi alkohol.
Hukum alkohol dalam fekah dapat dikaji daripada dua sudut:
1. Daripada sudut kesucian dan kenajisannya.
2. Daripada sudut keharaman dan kehalalannya untuk dimakan dan diminum.
Alkohol putih dan perubatan yang merupakan alkohol murni dan umumnya digunakan dalam bidang kedoktoran hukumnya adalah suci. Kecuali disuling daripada bir dan khamar di mana dalam hal ini alkohol tersebut hukumnya adalah najis. Demikian juga dengan bahan-bahan pembersih yang lain yang mengandungi alkohol dan banyak digunakan pada pusat-pusat perubatan hukumnya adalah suci. Alkohol industri (alkohol putih) juga demikian adanya yang dicampur dengan bahan kimia dan banyak digunakan pada bidang industri hukumnya adalah suci. Wangian dan bahan-bahan industri yang mengandung alkohol hukumnya adalah suci.[1] Minum alkohol seperti ini tidak haram kecuali memabukkan dan dicampur dengan cairan. Ayatullah Makarim Syirazi dalam hal ini berkata, “Alkohol-alkohol yang secara asalnya tidak dapat diminum dan beracun, bukanlah najis. Akan tetapi apabila alkohol tersebut dicairkan (dicampur dengan air) dan menjadi bahan minuman dan memabukkan, maka meminumnya adalah haram dan secara ihtiyath hukumnya adalah najis.”[2]
Hukum Minuman-Minuman Beralkohol
Dalam fekah Syiah, minuman beralkohol dan segala sesuatu yang membuat manusia mabuk, jika minuman tersebut adalah cair, maka hukumnya adalah najis[3] dan haram meminum dan memakannya. Oleh itu, kriteria keharamannya adalah cairnya dan memabukkannya. Dan apa saja yang banyak memabukkan manusia, apabila pada dirinya sendiri adalah cairan maka hukumnya adalah najis dan haram memakannya. Walaupun sedikit atau kadar memabukkannya rendah.[4] Akan tetapi apabila seperti heroin dan ganja yang tidak cair (padat), walaupun sesuatu ditumpahkan di atasnya sehingga cair, maka hukumnya adalah suci.[5] []
[1]. Taudhih al-Masâil (Al-Mahsyah li al-Imâm Khomeini), jil. 1, hal. 80-81, masalah ke-112.
[2]. Ibid, jil. 1, hal. 81; Taudhi al-Masâil (Makarim), masalah ke-125.
[3]. Taudhih al-Masâil (Al-Mahsyah li al-Imâm Khomeini), jil. 1, hal. 80, masalah ke-111.
[4]. Ibid, jil. 1, hal. 81; Ayatullah Zanjani: Apabila cairan tersebut memabukkan, (walau) kadarnya sedikit juga adalah najis…; Ayatullah Behjat (r.a): Khamar dan apa pun yang membuat manusia mabuk, apabila khamar tersebut adalah mencair dengan sendirinya maka hukumnya adalah najis dan haram memakan atau meminumnya. Walaupun sedikit atau kurang memabukkan.
[5]. Taudhih al-Masâil (Al-Mahsyah li al-Imâm Khomeini), jil. 1, hal. 80, masalah ke-111.