Advanced Search
Hits
19324
Tanggal Dimuat: 2011/05/09
Ringkasan Pertanyaan
Saya ingin mengetahui apakah ungkapan “Allah Swt tidak menciptakan satu pun penyakit tanpa ada obatnya” yang disandarkan kepada Rasulullah Saw itu ada benarnya? Bagaimana matan sempurna riwayat ini? Apakah hadis-hadis standar lainnya memuat kandungan yang sama atau tidak?
Pertanyaan
Saya ingin mengetahui apakah ungkapan “Allah Swt tidak menciptakan satu pun penyakit tanpa ada obatnya” yang disandarkan kepada Rasulullah Saw itu ada benarnya? Bagaimana matan sempurna riwayat ini? Apakah hadis-hadis standar lainnya memuat kandungan yang sama atau tidak?
Jawaban Global

Agama Islam sangat menaruh perhatian bagi kesehatan dan keselamatan jasmani dan ruhani manusia. Terlepas apakah kesehatan ini adalah kesehatan personal atau kesehatan sosial. Karena itu, kita banyak menemukan dalam warisan kebudayaan dan pustaka Islam yang menegaskan masalah ini.

Sebagian riwayat dalam masalah ini menyoroti tentang pencegahan sebelum pengobatan dan menghimbau kepada manusia supaya menghindari segala sesuatu yang menyebabkan adanya kontaminasi dan pencemaran bagi kesehatan masyarakat atau individu. Seperti polusi air, polusi udara, penebangan pepohonan, pembuangan sampah di tempat umum dan lain sebagainya.

Sebagian riwayat lainnya menganjurkan manusia untuk hidup sehat dan mengobati pelbagai macam penyakit sesegara mungkin. Dalam riwayat-riwayat tersebut manusia dihimbau untuk menghindari pelbagai takhayul dan terapi pengobatan-pengobatan takhayul melalui jalan jin dan semisalnya.

Riwayat yang disebutkan dalam pertanyaan di atas tergolong dari jenis riwayat ini (yaitu melakukan pengobatan dengan metode yang benar). Suatu ketika Rasulullah Saw ditanya, Wahai Rasulullah! Apakah kami harus berobat (tatkala sakit)? Rasulullah Saw menjawab, “Benar. Mâ AnzalaLlâh Ta’âla min ’ illa wa qad anzala dawâ’.” (Allah Swt tidak menurunkan penyakit kecuali Dia menurunkan obat [bagi penyakit tersebut]).[1]

Riwayat ini disebutkan pada literatur-literatur dan sumber-sumber Syiah seperti Ja’fariyât, Da’âim al-Islâm, Bihâr al-Anwâr dan lain sebagainya. Demikian juga pada literatur-literatur Ahlusunnah. Dari sini, kita harus memperhatikan satu poin penting yaitu apabila dengan asumsi satu riwayat – pada satu kitab tertentu – dari sisi periwayatannya lemah (dha’if) maka hal itu tidak akan menjadi sebab kita meragukan riwayat tersebut. Karena boleh jadi terdapat bukti-bukti dan indikasi-indikasi bagi validitas riwayat tersebut.

Terdapat banyak sokongan dan banyak riwayat yang menegaskan bahwa bagi setiap penyakit terdapat obat dan kesembuhan,  kecuali kematian. Namun pada sebagian riwayat ini disebutkan obat-obat tertentu bagi penyakit-penyakit tertentu dan terkadang disebutkan bahwa setiap penyakit memiliki obat.

Harap diingat bahwa riwayat yang dimaksud yang disebutkan pada literatur-literatur Syiah juga sejalan dengan apa yang disebutkan pada literatur-literatur Ahlusunnah dari sisi redaksi dan kandungan. Hal ini merupakan indikasi diterimanya riwayat ini dan menghasilkan kemantapan hati bahwa riwayat ini adalah riwayat yang disampaikan oleh Rasulullah Saw.

Sebagai contoh, di sini kami akan menyebutkan beberapa literatur Ahlusunnah yang menjelaskan riwayat ini:

1.             Al-Mushannaf Ibnu Abi Syaibah. Ibnu Abi Syaibah menukil dari Abu Said Khudri dari Rasulullah Saw: “Allah Swt tidak menurunkan satu pun penyakit kecuali menurunkan obat atas penyakit tersebut, terlepas apakah manusia mengetahuinya atau tidak, selain kematian yang tidak memiliki obat.”[2]

2.             Sunan Kubra al-Nasâi: Nasai berkata, “Thariq bin Syahab menukil bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt tidak menurunkan penyakit kecuali Dia menyertakan obat dan penyembuh atas penyakit tersebut, selain kematian.”[3]

3.             Mustadrak al-Shahihain: Dalam Mustadrak al-Shahihain sesuai dengan nukilan dari Abu Said al-Khudri disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt tidak menciptakan satu pun penyakit kecuali Dia menurunkan obat atas penyakit tersebut terlepas apakah orang-orang mengetahui atau tidak, selain kematian yang tidak ada obatnya.”[4]

 

Di sini terdapat beberapa riwayat lain yang menandaskan signifikansi kesehatan dan keselamatan. Riwayat-riwayat tersebut menyerupakan kesehatan dan keselamatan sebagai sebuah karunia tak terhingga yang telah diabaikan dan dilupakan begitu saja oleh manusia. Riwayat-riwayat ini menempatkan keselamatan dan kesehatan di samping waktu dan kesempatan dan memandangnya sederajat. Terkadang diletakkan di samping keamanan. Riwayat-riwayat ini memandang bahwa keselamatan dan kesehatan adalah seperti keamanan. Hal ini menunjukkan signifikansi keamanan pada sisi personal atau sosialnya. Sebuah masalah yang amat sangat dibutuhkan umat manusia dewasa ini yang telah mendapatkan perhatian ekstra Islam semenjak empat belas abad yang silam.

Di sini kami akan menjelaskan beberapa contoh dari riwayat-riwayat ini:

1.             Rasulullah Saw bersabda, “Keselamatan dan kesempatan (waktu) merupakan dua karunia yang tidak diketahui nilainya oleh banyak orang.”[5]

2.             Rasulullah Saw bersabda kepada Abu Dzar, “Wahai Abu Dzar! Keselamatan dan kesehatan serta menghargai waktu adalah beberapa karunia yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Saya menganjurkan kepadamu untuk menghargai lima hal sebelum lima hal lainnya:

1.             Masa muda sebelum datangnya masa tua.

2.             Keselamatan dan kesehatan sebelum datangnya sakit.

3.             Kekayaan sebelum datangnya kemiskinan.

4.             Kelapangan sebelum kesempitan.

5.             Hidup sebelum datangnya kematian.[6]

3.             Rasulullah Saw bersabda, “Dua karunia yang diabaikan oleh masyarakat yaitu keamanan dan keselamatan.”[7]

4.             Rasulullah Saw bersabda, “Dua karunia yang tidak diketahui nilainya oleh masyarakat yaitu keamanan dan keselamatan.”[8]

 

Penting untuk disebutkan di sini bahwa terdapat banyak riwayat tentang kesehatan dan keselamatan. Kami persilahkan Anda untuk merujuk pada beberapa literatur di bawah ini untuk telaah lebih jauh:

1.             Thibb al-Nabi Saw.

2.             Thibb al-Aimmah As.

3.             Thibb al-Ridha As.



[1]. Silahkan lihat, al-Ju’friyat, hal. 168. Da’âim al-Islâm, jil. 2, hal. 144; Bihâr al-Anwâr, jil. 59, hal. 66 & 73. Mustadrak al-Wasâil, jil. 16, hal. 437 – 438.

قیل یا رسول الله ص نتداوى قال (ص) نعم ما أنزل الله تعالى من داء إلا و قد أنزل معه دواء فتداووا إلا السامی فإنه لا دواء له.

[2]. Al-Mushannaf Abi Syaibah, jil. 5, hal. 421.

[3]. Al-Sunan al-Kubra, Al-Nasai, jil. 4, hal. 270.  

[4]. Al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain, jil. 1, hal. 88.  

[5]. Man Lâ Yahduruhu al-Faqih, jil. 4, hal. 382.  

[6]. Mustadrak al-Wasâil, jil. 12, hal. 141.  

[7]. Bihâr al-Anwâr, jil. 78, hal. 171.  

[8]. Raudhat al-Wâ’izhin, jil. 2, hal. 473.

"نعمتان مجهولتان الأمن و العافیة"

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261252 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246366 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230153 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215022 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176347 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171637 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168133 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158190 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140983 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134061 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...