Advanced Search
Hits
20497
Tanggal Dimuat: 2009/03/31
Ringkasan Pertanyaan
Perbedaan subyek epistemologi dan filsafat ilmu?
Pertanyaan
Apa perbedaan antara subyek epistemologi dan filsafat ilmu? Apa hubungan di antara keduanya? Apakah hubungannya adalah umum wa khusus mutlak (beririsan) atau min wajh (ketercakupan sebagian)? Apabila subyek filsafat ilmu berbeda dengan subyek epistemologi lalu siapa yang pertama kali menjadikan subyek filsafat ilmu sebagai subyek atau ilmu tersendiri?
Jawaban Global

A.      Subyek epistemologi adalah ilmu itu sendiri, pengetahuan (episte), media-media, cara-cara mengenal dan mengetahui. Namun subyek dalam filsafat ilmu adalah kuiditas ilmu karena ia memiliki identitas yang lebih menyeluruh.

B.      Hubungan epistemologi dan filsafat ilmu; sebagaimana dalam buku-buku epistemologi komparatif dijelaskan sebagai umum dan khusus mutlak (complete inclusion). Artinya bahwa epistemologi dibagi menjadi epistemologi mutlak dan terbatas. Dan filsafat ilmu merupakan epistemologi terbatas.

C.      Filsafat ilmu dalam hubungannya dengan cabang-cabang filsafat lainnya tergolong masib baru dan belia. Apabila sebagian pandangan Aristoteles, Francis Bacon pada abad ke-16, dan sebagian kecil pemikir abad 19; dan memisahkan orang-orang seperti John Stuart Mill dan Hursell, pembahasan-pembahasan pentingnya mengemuka dan lebih fokus dan detil untuk pertama kalinya disebarkan oleh kaum Positivisme logis.

Jawaban Detil

Pendahuluan

Untuk menjelaskan permasalahan ini kiranya perlu dijelaskan terlebih dahulu secara ringkas tentang filsafat ilmu dan epistemologi, demikian juga tentang definisi keduanya. Kemudian menjelaskan ihwal perbedaan dan hubungan yang terajut di antara keduanya.

Epistemologi yang merupakan bagian dari filsafat bermakna mengenal pengetahuan. Artinya tentang bagaimana kita dapat mencapai pengetahuan dan pengenalan. Dalam definisi tentang epsitemologi disebutkan bahwa epsitemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang pengenalan-pengenalan manusia, penilaian jenis dan penentuan kriteria benar-salahnya pengetahuan.[1] Karena itu, subyek epistemologi adalah mutlak pengenalan dan pengetahuan. Dan berdasarkan keluasan cakupan subyek epistemologi, para epistemolog membaginya menjadi dua:

1.       Epistemologi mutlak

2.       Epistemologi terbatas[2]

 

Yang kami maksud dengan epistemologi mutlak adalah bagian konsepsi epistemologi yang tidak terkhusus pada bidang ilmu tertentu, melainkan mencakup seluruh bidang pengetahuan. Epistemologi terbatas (muqayyad) adalah bagian konsepsi epistemologi yang terbatas dan terkhusus pada bidang ilmu tertentu dan tidak mencakup seluruh bidang pengetahuan manusia.[3]

Masalah terpenting epistemologi mutlak adalah apa yang menjadi kriteria pengetahuan yang benar dan sejalan dengan realitas? Atau apakah benar (true) itu? Atau bagaimana pelbagai proposisi dapat dibedakan antara yang benar (true) dan salah (false)? Dan masalah-masalah yang semisal dengan hal ini.[4]

Akan tetapi dalam bagian filsafat ilmu poin penting yang harus disebutkan adalah bahwa belum tercapainya kesepakatan paripurna terkait dengan kuiditas filsafat ilmu. Namun dengan menelaah karya-karya para filosof ilmu, kita dapat menjelaskan empat pandangan ihwal definisi filsafat ilmu dan tugas yang diemban oleh filsafat ilmu:[5]

A.      Klasifikasi pandangan dunia makro dan kesesuaiannya dengan pelbagai konsepsi ilmah

B.      Menampakkan secara lahir pelbagai pra-supposisi dan kecendrungan batin para ilmuan dalam mengemukakan dan menilai pelbagai konsepsi ilmiah.

C.      Analisa dan paparan pelbagai pahaman dan konsepsi ilmiah.

D.      Telaah tentang kuiditas ilmu dan jawaban atas beberapa pertanyaan sebagai berikut:

        1.     Faktor-faktor apa yang membedakan riset ilmiah dengan riset-riset yang lain?

        2.     Para ilmuan dalam menelaah tabiat (nature) metode-metode dan konsepsi-konsepsi apa yang harus mereka ikuti?

        3.     Syarat-syarat yang harus disediakan guna membuat valid sebuah penjelasan ilmiah?

        4.     Apa kedudukan aturan dan kaidah ilmiah dari sudut pandang epistemologis?[6]

 

Adapun subyek dalam filsafat ilmu adalah ilmu itu sendiri dan kuiditas ilmu berasal dari satu arah dan identitas khusus.[7]

Kini dengan memperhatikan pendahuluan ini kini kita ingin menjelaskan perbedaan antara epistemologi dan filsafat ilmu.

Epistemologi dari pelbagai sisi memiliki kesamaan dengan ilmu-ilmu yang lain. misalnya kesamaan dari sisi struktur atau kesamaan pada sisi metode dan bahkan pada subyek dan cakupan permasalahan.

Di antara persamaan ilmu-ilmu ini dengan epistemologi adalah psikologi filsafat, ilmulogi filsafat, filsafat ilmu-ilmu dimana berangkat dari sini kita akan membahas perbedaan antara epistemologi dan filsafat ilmu.[8]

Filsafat ilmu-ilmu baik ilmu empirik bahkan ilmu-ilmu sosial seluruh pengetahuan yang disebutkan lebih dekat kepada epistemologi. Sedemikian dekatnya sehingga cukup pelik untuk mencari perbedaan antara epistemologi dan filsafat ilmu-ilmu.

Dengan melihat secara selintasan terhadap masalah-masalah filsafat ilmu-ilmu dapat ditilik bahwa bagian pentingnya terbentuk dari masalah-masalah epistemologi.

Sebagai misal pada filsafat ilmu-ilmu empirik masalah ini mengemuka bahwa apa yang menjadi kriteria benar dan salahnya proposisi-proposisi empirik? Atau apakah hanya indera yang memiliki kemampuan untuk menyingkap hakikat? Dan sebagainya. Sekarang, dengan memperhatikan contoh-contoh yang disebutkan, apakah perbedaan antara epistemologi dan filsafat ilmu-ilmu dapat dirasakan? Dengan menyimak secara seksama pada dua disiplin ilmu ini kita jumpai bahwa kebanyakan masalah-masalah tersebut adalah satu. Karena itu, kita sampai pada kesimpulan bahwa bagian inti filsafat ilmu adalah pembahasan epistemologi. Namun perbedaannya sebagaimana yang disinggung di atas terletak pada mutlak dan bersyaratnya epistemologi. Karena dalam filsafat ilmu-ilmu mengulas pembahasan khusus dan dibandingkan dengan epistemologi sifatnya lebih terbatas. Karena itu, epistemologi dibagi dua menjadi epistemologi mutlak dan bersyarat. Dan filsafat ilmu-ilmu tergolong sebagai epistemologi bersyarat sebagai lawan kata dari epistemologi itu sendiri. Karena memiliki keluasan yang lebih dan dipandang sebagai sebuah epistemologi mutlak.[9]

Sebagai hasilnya epistemologi dan filsafat ilmu-ilmu sangat dekat satu dengan yang lain. Akan tetapi pada epistemologi kita membahas secara mutlak pengetahuan. Sementara dalam filsafat ilmu dibahas secara khusus dan terbatas. Dan hubungan di antara keduanya adalah hubungan umum dan khusus mutlak (dalam bahasa penanya, beririsan). Artinya epistemologi lebih umum daripada filsafat ilmu.

Namun semenjak kapan filsafat ilmu mengemuka sebagai satu disiplin ilmu tersendiri dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu dihubungkan dengan kebanyakan cabang lain filsafat, filsafat ilmu ini masih tergolong baru dan belia. Apabila sebagian pandangan Aristoteles, Francis Bacon pada abad ke-16, dan sebagian kecil pemikir abad ke-19, kecuali Stuart Mill dan Husserl, maka pembahasan-pembahasan seriusnya secara terfokus dan detil pertama kalinya pada abad ke-20 disebarkan oleh puak Positivisme logis.[10][]



[1]. Muhammad Taqi Misbah Yazdi, Amuzesy Falsafeh, jil. 1, hal. 153, Nasyr-e Bainal Milal, cetakan ke-7, 1386 S.

[2]. Muhammad Husain Zadeh, Pazuhesy Thatbiqi dar Ma’rifat-e Syinasi Ma’ashir, hal. 15, Qum, Muassasah Imam Khomeini, cetakan ke-2, 1385 S.

[3]. Ibid, hal. 16.

[4]. Ibid, hal. 17.

[5]. John Lazi, Dar Âmadi Târikhi bar Falsafe-ye Ilm, terjemahan ‘Ali Paya, hal. 16, Muassasah Imam Khomeini, cetakan ke-1, 1387 S

[6]. Ridha Habibi, Dar Âmadi bar Falsafe-ye Ilm, hal. 47, Muassasah Imam Khomeini, cetakan ke-2, 1387 S.

[7]. Ibid, hal. 52.

[8]. Muhammad Husain Zadeh, Op Cit, hal. 29.

[9]. Ibid.

[10]. John Lazi, Op Cit, hal. 1.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261252 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246366 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230153 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215022 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176347 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171637 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168133 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158190 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140983 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134061 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...