Advanced Search
Hits
9525
Tanggal Dimuat: 2010/04/25
Ringkasan Pertanyaan
Jawaban apa yang harus diberikan terhadap pertanyaan saudara-saudara Ahlusunnah yang memandang kedudukan khilafah sebagai kedudukan politik dan kedudukan imamah sebagai kedudukan agama dan tidak bermasalah dengan imamah para Imam Maksum As?
Pertanyaan
Jawaban apa yang harus diberikan terhadap pertanyaan saudara-saudara Ahlusunnah yang memandang kedudukan khilafah sebagai kedudukan politik dan kedudukan imamah sebagai kedudukan agama dan tidak bermasalah dengan imamah para Imam Maksum As?
Jawaban Global

Kendati Ahlusunnah memilih Abu Bakar dan para khalifah sebagai pemimpin politik dan sekelompok dari mereka memandang Imam Ali As  sebagai orang yang pantas dan layak menjadi pemimpin baik secara keilmuan dan spiritual, namun dalam pandangan Syiah, pemisahan antara imamah dan khilafah bukan merupakan sebuah pemikiran yang benar.

Syiah memandang imamah sebagai sebuah konsep khusus dan meyakini imamah sebagai kelanjutan kenabian. Dalam kaca mata Syiah, imam menjabat seluruh dimensi kenabian (selain menerima wahyu); artinya mereka meyakini bahwa segala sesuatu yang diperlukan oleh nabi juga diperlukan oleh seorang imam.

Atas dasar itu, sebagaimana pemisahan kepemimpinan politik dari kepemimpinan agama bagi Rasulullah Saw tidak berpijak pada logika yang benar, demikian juga bagi imam. Artinya Rasulullah Saw adalah pemimpin politik dan juga merupakan pemimpin agama. Fungsi seorang imam juga demikian adanya.

Jawaban Detil

Pertama-tama harus dicamkan bahwa kendati Ahlusunnah memilih Abu Bakar dan para khalifah lainnya sebagai pemimpin dan sekelompok dari mereka memandang Imam Ali As  sebagai orang yang pantas dan layak menjadi pemimpin baik secara keilmuan dan spiritual, namun dalam pandangan Syiah, pemisahan antara imamah dan khilafah bukan merupakan sebuah pemikiran yang benar.

Mereka, dalam menunjukkan justifikasi yang dapat diterima oleh masyarakat awam, berkata bahwa terdapat perbedaan antara kepemimpinan politik dan kepemimpinan spiritual; artinya mereka meyakini pemisahan dua masalah di atas dan menegaskan bahwa tidak mesti kepemimpinan politik itu dijabat oleh seseorang seperit Imam Ali As yang nota-bene secara keilmuan lebih unggul daripada yang lain.

Akan tetapi terkait dengan kedudukan-kedudukan spiritual dan keilmuan juga meski kedudukan Ali As dipandang lebih unggul daripada yang lain namun kebanyakan tidak meyakini kedudukan-kedudukan spiritual yang tinggi Imam Ali dan para imam lainnya sebagaimana yang diyakini Syiah, di antaranya adalah kemaksuman dan kedudukan-kedudukan esoterik mereka. Kecuali sebagian kecil dari Ahlusunnah yang meyakini kedudukan tinggi irfani khususnya Imam Ali As.

Namun harap diperhatikan bahwa dalam pandangan Syiah, imamah memiliki makna tersendiri. Syiah meyakini bahwa imamah adalah tongkat estafet kelanjutan kenabian dan sejatinya imam menjabat seluruh dimensi kenabian (selain menerima wahyu); artinya mereka meyakini bahwa segala sesuatu yang diperlukan oleh nabi juga diperlukan oleh seorang imam. Artinya apabila tugas nabi memperbaiki urusan kaum Muslimin maka seorang imam juga harus melakukan hal yang sama. Tugas memberikan petunjuk dalam seluruh dimensinya yang diemban oleh Rasulullah Saw, sehingga dengan demikian mesti kiranya Rasulullah Saw harus maksum pada seluruh dimensi, dan karena tugas tersebut diemban oleh imam maka imam juga harus maksum. Atas dasar itu, apabila Nabi Saw harus turut campur dalam masalah-masalah politik sebagaimana dalam masalah-masalah agama sehingga manusia dapat mencapai kesempurnaan maka bagi imam pasca Nabi Saw juga demikian adanya. Karena masyarakat pada seluruh bidang ini, baik agama atau pun politik memerlukan petunjuk.

Dengan ungkapan yang lebih jelas, kebutuhan masyarakat terhadap sosok maksum tidak semata-mata pada masalah-masalah spiritual saja bahkan  masyarakat Islam hanya dapat mewujudkan cita-cita penciptaannya tatkala penguasa Islam menunjukkan sebaik-baik jalan kepada kaum Muslimin termasuk dari sudut pandang politik. Hal ini tidak akan dapat terealisir tanpa kemaksuman para imam maksum.

Oleh itu, kebutuhan kaum Muslimin terhadap kemimpinan seperti ini, tidak terbatas pada masa Rasulullah Saw saja dan kebutuhan umat manusia juga terhadap petunjuk multi dimensional dan benar, tidak terbatas pada masa Rasulullah Saw, seseorang pada seluruh bidang politik dan agama, dan lain sebagainya, lebih pandai, juga harus ada. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kita dapat meyakni bahwa pengaturan bidang-bidang ini diserahkan kepada seorang yang tingkatannya lebih rendah.

Mengingatkan poin ini juga penting bahwa pemerintahan agama dalam artian sesungguhnya adalah sebuah pemerintahan yang mengatur masyarakat berdasarkan aturan-aturan Ilahi dan menyiapkan ruang-ruang bagi berseminya pelbagai potensi yang ada serta menyediakan media bagi manusia untuk sampai pada kesempurnaan dan menciptakan masyarakat budiman. Dan sebagai kebalikannya, memerangi kerusakan-kerusakan moral, sosial dan lain sebagainya.

Dalam pandangan al-Quran, mengurus masalah-masalah politik dan sosial, memperbaiki urusan masyrakat, menegakkan keadilan merupakan salah satu tujuan kenabian dan ajaran-ajaran asasi agama. Masalah ini dapat dijumpai pada sebagian ayat al-Quran.[1]

Demikian juga pengkhususan supremasi, wilayah, pengurusan seluruh dimensi material, spiritual, duniawi dan ukhrawi berada di tangan Allah Swt, Rasulullah Saw dan para wali khusus-Nya[2] serta penetapan imamah dan kepemimpinan politik-sosial bagi Rasulullah Saw, imam dan orang-orang yang diangkat oleh mereka[3] di antara dalil-dalil yang menegaskan tiadanya pemisahan agama dari politik.

Dengan menyebutkan beberapa poin ini menjadi jelas bahwa memisahkan agama dari panggung politik adalah sesuatu yang mustahil. Mengingat pemisahan ini mustahil dilakukan maka perlu kiranya seseorang yang memangku jabatan sebagai pengatur urusan kaum Muslimin yang merupakan orang paling sempurna dan paling saleh dalam masalah agama dan juga dalam masalah politik pada zamannya.

Adapun siapa gerangan orang yang memenuhi syarat-syarat ini harus dibahas pada ruang terpisah. Namun kami, berdasarkan pada dalil-dalil yang ada, meyakini bahwa para Imam Maksum As bukan saja merupakan yang terbaik di antara seluruh manusia pada zamannya bahkan mereka adalah intisari penciptaan yang dijadikan Allah Swt sebagai burhan, hujjah dan tanda untuk memberikan petunjuk multi-dimensional kepada manusia. [iQuest]

 

Untuk telaah lebih jauh dalam masalah ini silahkan lihat beberapa jawaban terkait sebagai berikut:

Pertanyaan 6761 (Site: id6846)

Pertanyaan 614 (Site: 671)

 


[1]. “Sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka kitab samawi dan neraca (pemisah yang hak dan yang batil dan hukum yang adil) supaya manusia bertindak adil.” (Qs. Al-Hadid [57]:25); “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu.” Lalu di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang telah dijerat oleh kesesatan. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (para rasul).” (Qs. Al-Nahl [16]:36)

[2].  “Sesungguhnya pemimpinmu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, sedang mereka dalam kondisi rukuk.” (Qs. Al-Maidah [5]:55)

[3].  "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi nasihat-nasihat yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Qs. Al-Nisa [4]:58)

 

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261252 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246366 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230153 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215022 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176347 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171637 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168133 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158190 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140983 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134061 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...