Please Wait
7464
Di hari-hari duka Fatimiyah ini izinkan saya menyampaikan salam duka. Semoga di hari-hari ini kita dapat menjadikannya sebagai momen untuk mengakji kiprah, peran dan perjuangan Hadhrat Zahra. DI sini saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan Sayidah Fatimah..
1. Terkait dengan hari kesyahidannya, yang lebih kuat yang mana, 75 hari atau 95 hari pasca wafatnya Rasul?
2. Katanya syahidnya disebabkan oleh luka akibat serangan para sahabat ke rumah beliau? tolong Anda sebutkan referensinya?
3. Apakah benar Khalifah Kedua ingin membakar rumah beliau? tolong sebutkan referensinya?
4. Katanya Sayidah Fatimah murka atas perbuatan tersebut dan ketikasyahidnya beliau mewasiatkan untuk tidak mengabarkan kepada siapapun?
5. Apa makna al-Batul dan Ummu Abiha bagi Sayidah Zahra? Apakah al-Batul itu bermakna tidak pernah haidh? Apakah tidak pernahnya beliau haidh ini sejalan dengan kesempurnaan beliau? sementara kesempurnaan itu kalau sejalan dengan kebiasaan umum manusia.. Terima kasih...
Terkait dengan hari syahâdah Hadhrat Zahra Sa terdapat beberapa pandangan di antara kitab-kitab sejarah. Sebagian sejarawan menyebutkan empat puluh hari, sebagian menyebut enam bulan dan yang lainnya delapan bulan pascawafatnya Rasulullah Saw. Demikian juga, riwayat-riwayat yang dinukil dari para Imam Maksum As disebutkan dua sejarah yang mayoritas ulama Syiah berpandangan bahwa syahâdah Hadhrat Zahra terjadi 95 hari pascawafatnya Rasulullah Saw.
Terdapat perbedaan di antara kitab-kitab hadis dan sejarah terkait dengan bilangan jumlah hari masa hidup Hadhrat Shiddiqah Thahirah Sa pascawafatnya Rasulullah Saw. Sebagian menyebutkan bahwa masa hidup beliau selama empat puluh. Ada yang menyebutkan enam bulan dan juga yang lainnya menyebutkan delapan bulan.[1]
Abul Faraj Isfahani dalam kitab Maqâtil al-Thâlibin berkata, "Terdapat perbedaan pendapat sehubungan dengan masa hidup Hadhrat Fatimah Zahra Sa pascawafatnya Rasulullah Saw, sedemikian bilangan masa yang paling minimal dalam hal ini adalah empat puluh hari. Dan bilangan yang paling maksimal adalah delapan bulan. Adapun yang pasti di kalangan kita (Syiah) dan dapat diterima adalah riwayat-riwayat yang dinukil dari para Imam Maksum As. Imam Baqir As bersabda, "Sesungguhnya masa wafat Shiddiqah Kubra Sa adalah tiga bulan pascawafatnya Rasulullah Saw."[2]
Demikian juga, Thabari Syiah dalam kitab Dalâil al-Imâmah dengan silsilah sanadnya mengutip dari Imam Shadiq As dimana beliau bersabda: "Hadhrat Shiddiqah Thahirah Sa[3] wafat pada bulan Jumadil Akhir, hari Selasa, tanggal 3 tahun 11 Hijriah."[4]
Dua pandangan ini merupakan pijakan pandangan mayoritas ulama Syiah di antaranya Sayid Ibnu Thawus dalam kitabnya al-Iqbal. Adapun sebagian riwayat lainnya menyebutkan 75 hari dan di antara riwayat tersebut adalah riwayat dari Kulaini yang bersumber dari Imam Shadiq As yang bersabda: "Sesungguhnya wafatnya Fatimah terjadi setelah 75 hari wafatnya ayahandahnya."[5]
Riwayat semacam ini telah menjadi pijakan pandangan sebagian ulama Syiah di antaranya Kulaini. Namun boleh jadi dalil perbedaan dua riwayat ini adalah tidak benarnya penempatan titik atas kalimat-kalimat tatkala riwayat ini disampaikan. Dengan memperhatikan kemiripan dua bilangan kalimat ini, "Khamsah wa Sab'un" dan "Khamsa wa Tis'un"[6] akan menegaskan makna ini.
Mayoritas ulama Syiah lebih memilih 3 Jumadi Tsani (Akhir) (95 hari pasca wafatnya Rasulullah Saw) dan memandang hari ini lebih standar. [IQuest]
Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat, Indeks: Syahâdah Hadhrat Zahra dalam Literatur-literatur Ahlusunnah, Pertanyaan 52565 (Site: 5512).
[1]. Muhammad Baqir al-Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 43, hal. 189, Hadis 19.
- کشف الغمة] وَ نَقَلْتُ مِنْ کِتَابِ الذُّرِّیَّةِ الطَّاهِرَةِ لِلدُّولَابِیِّ فِی وَفَاتِهَا ع مَا نَقَلَهُ مِنْ رِجَالِهِ قَالَ لَبِثَتْ فَاطِمَةُ بَعْدَ النَّبِیِّ ص ثَلَاثَةَ أَشْهُرٍ وَ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ سِتَّةَ أَشْهُرٍ وَ قَالَ الزُّهْرِیُّ سِتَّةَ أَشْهُرٍ وَ مِثْلُهُ عَنْ عَائِشَةَ وَ مِثْلُهُ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَیْرِ وَ عَنْ أَبِی جَعْفَرٍ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِیٍّ ع خَمْساً وَ تِسْعِینَ لَیْلَةً فِی سَنَةِ إِحْدَى عَشْرَةَ وَ قَالَ ابْنُ قُتَیْبَةَ فِی مَعَارِفِهِ مِائَةَ یَوْمٍ وَ قِیلَ مَاتَتْ فِی سَنَةِ إِحْدَى عَشْرَةَ لَیْلَةَ الثَّلَاثَاءِ لِثَلَاثِ لَیَالٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ وَ هِیَ بِنْتُ تِسْعٍ وَ عِشْرِینَ سَنَةً أَوْ نَحْوِهَا.
[2]. Abu al-Faraj Ali bin al-Husain al-Isfahani (W 356), Maqâtil al-Thâlibin, hal. 59 dan 60, risetan Sayid Ahmad Shaqar, Beirut, Dar al-Ma’rifah, tanpa tahun.
[3]. Shiddiqah Thahirah, Shiddiqah Kubra, Zahra adalah gelar untuk Hadhrat Fatimah Sa.
[4]. Amin al-Islam, Fadhl bin Hasan Thabarsi, I’lâm al-Warâ, hal. 152, Intisyarat-e Dar al-Kitab al-Islamiyah, Teheran. Ali bin Muhammad Khazar Qummi, Kifayat al-Atsar, hal. 63, Intisyarat-e Bidar, Qum, 1401 H.
[5]. Al-Kâfi, jil. 1, hal. 458, hadis pertama.
مُحَمَّدُ بْنُ یَحْیَى عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنِ ابْنِ مَحْبُوبٍ عَنِ ابْنِ رِئَابٍ عَنْ أَبِی عُبَیْدَةَ عَنْ أَبِی عَبْدِ اللَّهِ ع قَالَ إِنَّ فَاطِمَةَ ع مَکَثَتْ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ ص خَمْسَةً وَ سَبْعِینَ یَوْماً.
[6]. «خمسه و سبعون» dan «خمسه تسعون»