Advanced Search
Hits
25631
Tanggal Dimuat: 2011/07/14
Ringkasan Pertanyaan
Bagaimana Abu Bakar, Umar dan Usman mencapai kursi khilafah? Siapakah yang memilih mereka? Apakah ada dalil al-Qur’an dan hadis yang menyinggung masalah khilafah mereka atau tidak?
Pertanyaan
Bagaimana Abu Bakar, Umar dan Usman mencapai kursi khilafah? Siapakah yang memilih mereka? Apakah ada dalil al-Qur’an dan hadis yang menyinggung masalah khilafah mereka atau tidak?
Jawaban Global

Berikut ini adalah ilustrasi sekilas proses bagaimana tiga khalifah pertama menduduki singgasana khilafah:

1.    Khilafah Abu Bakar:

Pasca wafatnya Rasulullah Saw, sementara Baginda Ali As belum lagi menuntaskan pemandian dan pengafanan jasad suci Rasulullah Saw, sebagian Muslimin berkumpul di Saqifah dan sibuk memilih khalifah pasca Rasulullah Saw. Setelah terjadi percekcokan sengit di antara Muhajir dan Anshar, pada akhirnya urusan khilafah berakhir dan diserahkan di pundak Abu Bakar.

 

2.    Khilafah Umar bin Khattab:

Setelah memerintah selama dua tahun beberapa bulan, Abu Bakar menderita sakit dan untuk membalas jasa Umar yang telah berusaha menetapkan khilafahnya, Abu Bakar mempersiapkan khilafah untuk Umar dan juga meyakinkan para penentang. Oleh itu, ia meminta sekelompok sahabat berkumpul dan di hadapan mereka Abu Bakar melantik Umar sebagai penggantinya. Pada hari wafatnya Abu Bakar, Umar menduduki tahkta khilafah yang bertepatan dengan tahun 13 Hijriah dan setelah Abu Bakar dimakamkan, Umar pergi ke masjid dan mengabarkan kepada masyarakat ihwal khilafah dan mengambil baiat dari mereka.

 

3.      Khilafah Usman bin Affan:

Setelah Umar terluka dan pada detik-detik akhir kehidupannya, ia memanggil enam orang untuk memilih khalifah selepasnya dan membatasi masalah khilafah dalam bentuk musyawarah (syura) di antara enam orang tersebut. Keenam orang itu adalah Ali bin Abi Thalib, Thalha, Zubair, Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan dan Saad bin Abi Waqqas.

Pada saat yang sama, Abu Thalha Anshari memerintahkan lima puluh orang Anshar untuk berdiri di belakang rumah tempat anggota syura berkumpul dan bersiaga menanti segala tindakan yang diambil oleh mereka yang berkumpul di dalam rumah untuk memilih khalifah. Abu Thalha menginstruksikan bahwa apabila setelah berakhir tiga hari masa pemilihan, lima orang sepakat memilih salah satu dari enam orang dan satu orang yang menentang maka orang yang menentang itu harus dipenggal lehernya. Apabila empat orang dari mereka memilih salah satu dari mereka dan dua orang yang menentang maka kepala kedua orang penentang itu harus dipisahkan. Dan apabila dalam memilih salah satu dari keenam orang, masing-masing dua pihak (pro dan kontra) sama-sama nilai suaranya maka pendapat tiga orang yang Abdurrahman bin Auf salah satu darinya yang benar dan tiga orang lainya apabila mereka menentang maka kepala mereka harus dipenggal.  Apabila setelah berakhir tiga hari, suara mereka tidak bulat dan kesemuanya menentang satu sama lain maka keenam orang itu harus dipenggal kepalanya kemudian kaum Muslimin akan memilih khalifah untuk mereka sendiri.

Umar mengemukakan alasan memilih enam orang anggota syura bahwa karena Rasulullah Saw telah ridha kepada keenam orang ini tatkala wafatnya. Dan saya sendiri menempatkan keenam orang ini dalam bentuk syura dimana salah satu dari mereka harus dipilih untuk urusah khilafah.

Setelah tiga hari percobaan pembunuhan Umar, masing-masing keenam orang berkumpul di rumah Aisyah dan membahas masalah calon pengganti Umar. Dalam masalah ini, Thalha menyerahkan urusan khilafah kepada Usman. Adapun  Zubair, ia  memberikan suaranya kepada Ali bin Abi Thalib As. Sa’ad bin Abi Waqqas memilih Abdurrahman bin Auf.

Abdurrahman bin Auf mengumpulkan orang-orang di masjid Nabi untuk mengumumkan suaranya di hadapan kaum Muhajirin dan Anshar. Pertama-tama ia memilih Ali bin Abi Thalib dan menetapkan syarat baginya untuk memerintah sesuai dengan perintah Allah Swt, sunnah Rasulullah dan metode pemerintahan syaikhain (Abu Bakar dan Umar). Namun Baginda Ali bin ABi Thalib As menampik syarat tersebut dan bersabda, “Aku akan memerintah sesuai dengan perintah Allah Swt dan sunnah Rasulullah Saw dan metodeku sendiri yang merupakan keridhaan Allah Swt dan Rasul-Nya bukan dengan metode yang lain.” Setelah Ali bin Abi Thalib melontarkan pendapatnya, Abdurrahman bin Auf berkata kepada Usman dan Usman pun menerima syarat yang ditetapkan Abdurrahman bin Auf dan berseru, “Aku bersumpah untuk tidak berjalan kecuali di atas rel syaikhain dan tidak akan menyimpang dari metode keduanya.”

Abdurrahman bin Auf memberikan tangannya kepada Usman sebagai tanda baiat dan menyampaikan ucapan selamat atas khilafah kemudian Bani Umayah juga mengulurkan tangan mereka untuk memberikan baiat kepada Usman.

Usman setelah memegang kendali khilafah menyalurkan harta benda baitul mal di antara keluarganya dan memilih para gubernur dan komandannya dari kalangan keluarganya sendiri tanpa menimbang kelayakan dan kepatutan mereka dalam memikul jabatan tersebut.

Orang-orang di seluruh negeri muak dengan tindak-tanduk para penguasa pilihan Usman dan berulang kali keluhan mereka disampaikan kepada para sahabat Rasulullah Saw dan bahkan kepada Usman sendiri namun pelbagai keluhan tersebut tidak berpengaruh sama sekali. Pada akhirnya masyarakat dan para sahabat Rasulullah Saw habis kesabarannya dan memutuskan bahwa pertama-tama supaya ia dinasihati dan apabila tidak berpengaruh maka ia harus dimakzulkan dari jabatan khilafah.

Karena nasihat-nasihat mereka tidak berpengaruh maka pemberontakan dan revolusi melawan pemerintah muncul dan berujung pada pembunuhan Usman pada tahun 35 Hijriah dan kemudian masyarakat membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah pasca Usman bin Affan.[1]

Tidak ada ayat dan hadis yang menunjukkan dan menyinggung atas kebenaran khilafah tiga khalifah yang memerintah sebelum Ali bin Abi Thalib As. Hanya saja masalah khilafah dalam pandangan Ahlusunnah bermakna khalifah Rasulullah Saw dalam urusan pemegang kekuasaan politik dan duniawi,[2] maka atas dasar ini mereka tidak berargumentasi dengan ayat dan hadis untuk menetapkan khilafah tiga orang ini. [IQuest]



[1]. Dengan merujuk pada beberapa literature, Târikh Ya’qubi, jil. 2, hal. 150, 151 dan 165, Najaf, al-Maktabat al-Haidariyyah, 1384 H. Sire-ye Pisywâyân, Mahdi Pisywai, 73-81, Muassasah Imam Shadiq As, Qum, Cetakan Keenam, 1376 S. Syahr Nahj al-Balâghah, Ibnu Abi al-Hadid, jil. 1, Khutbah Syaqsyiqiyah.  

[2]. Ibnu Khaldun berkata, khilafah adalah perwakilan dari pemilik syariat dalam menjaga agama dan politik dunia. Dengan ungkapan yang sama disebut khilafah dan imamah  dan pemangku jabatan tersebut disebut khalifah dan imam. Muqaddimah Ibnu Khaldun, hal. 365 dan 366, Syerkat-e Intisyarat-e Ilmi wa Farhanggi, Teheran.

Jawaban Detil
Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban detil.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261164 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246283 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230065 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214940 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176258 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171574 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168059 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158094 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140898 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134009 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...