Advanced Search
Hits
30066
Tanggal Dimuat: 2013/03/17
Ringkasan Pertanyaan
Bagaimana caranya agar saya dapat bergaul dengan orang lain tapi tidak terjerumus ke dalam dosa dan tetap bisa menjaga ketenangan serta tidak mudah marah?
Pertanyaan
Saya adalah seorang pemuda berusia 22 tahun. Saya dalam kesendirianku sama sekali tidak pernah berbuat dosa atau bahkan membayangkannya; yang saya lakukan adalah mengerjakan ibadah-ibadah mustahab atau membaca buku. Namun begitu saya berkumpul dengan anggota keluarga lainnya atau kawan-kawan, secara tiba-tiba aku berubah, dan itu di luar kendali saya; menjadi sering berbuat tanpa berpikir terlebih dahulu, sering marah, berkata kasar, dan bahkan sampai mengejek atau mentertawakan orang lain. Lalu saat kembali menyendiri, saya mulai menyesali kesalahan-kesalahan yang telah saya perbuata dan meminta ampunan Tuhan. Tolong beri arahan dan bimbingan kepada saya. Mungkin saya seperti ini dikarenakan saya tidak tahu adab-adab islami dalam pergaulan. Selain memberikan jawaban yang memuaskan, tolong beri aku referensinya juga yaa. Terima kasih
Jawaban Global
Untuk menangani sifat mudah marah dan supaya dapat mengkontrol perilaku saat bersama anggota keluarga dan kawan-kawan, kiranya Anda perlu melakukan introspeksi diri setiap hari, membiasakan diri unntuk bersikap ramah, menjauhi teman-teman jahat, menjaga martabat sosial diri sendiri, meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tak selayaknya Anda lakukan... Wallhasil Anda perlu mempelajari adab-adab bergaul Islami. Untuk itu kami persiahkan Anda untuk membaca baca jawaban detil di bawah ini:
 
Jawaban Detil
Dalam  pertanyaan di atas, ada dua masalah yang mengemuka:
1. Mudah marah dan sensitif dari segi kejiwaan.
2. Masalah dalam bergaul dengan orang lain.
Kedua masalah di atas memiliki hubungan erat satu sama lain; karena sifat mudah marah membuat Anda kehilangan kesabaran, dan hal itu menimbulkan berbagai reaksi dalam perilaku Anda, yang boleh jadi reaksi tersebut adalah tindakan dosa (seperti mengejek dan mentertawakan orang lain) yang tentunya membuat kawan-kawan Anda merasa tak nyaman. Bukannya kami menyalahkan Anda secara total, namun tak dapat dipungkiri sikap peka dan sensitif Anda yang membuat Anda berbuat seperti ini.
Mengatasi amarah:
Untuk menganalisa Anda dan juga perilaku Anda, diperlukan pertemuan-pertemuan konsultasi psikologis dan bukan di sini tempatnya untuk mengurai hal tersebut.
Sedikit banyaknya, Anda memiliki masalah mudah marah, Anda pun juga mengakuinya. Pengetahuan Anda ini pada dasarnya adalah langkah awal yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah. Saat ini Anda pun tahu apa masalah Anda, yang diperlukan selain itu adalah tekad dan kemauan kuat untuk maju.
Supaya anda dapat mengkontrol diri saat berada di tengah-tengah anggota keluarga dan kawan-kawan Anda, Anda membutuhkan beberapa kegiatan yang perlu dilakukan rutin sebagai berikut:
  1. Introspeksi dan menilai kembali perilaku Anda sehari-hari:
Imam Musa Kazim As bersabda: “Bukanlah termasuk dari kami orang yang tidak melakukan introspeksi diri setiap hari; jika dalam satu hari ia melakukan kebaikan, hendaknya bersyukur kepada Tuhan dan memohon agar dapat melakukan lebih baik lagi, dan jika berbuat dosa meminta maaf kepada-Nya lalu bertaubat.”[1]
Untuk hal itu, sediakan buku catatan kecil, dan siapkan satu halaman untuk tiap minggu. Tulis hari-hari dalam seminggu, dan catat berapa kali Anda emosi dalam satu hari. Tiap malam Anda harus merenungi catatan yang Anda catat tiap hari tersebut. Jika Anda melihat diri Anda pernah emosi tidak pada tempatnya, celalah diri Anda. Jika pada suatu hari Anda berhasil mengkontrol diri Anda, ucapkanlah selamat pada diri anda. Praktikkan kegiatan tersebut tiap hari dan usahakan hari demi hari Anda mengurangi tingkat emosi Anda. Minggu kedua lakukan hal yang sama, dan di akhir tiap minggu lakukan perbandingan akhir minggu kali ini dengan akhir-akhir minggu lainnya. Teruskan hingga sebulan atau dua bulan. Jika Anda melakukannya dengan benar, tentunya tingkat emosi anda semakin menurun.
B. Setiap malam saat berbaring hendak tidur dengan posisi yang nyaman katakanlah kata-kata berikut ini kepada diri Anda sendiri: “Aku mampu mengendalikan emosiku dan aku yakin Tuhan akan menolongku untuk menjadi orang yang lebih baik.”
C. Bergaullah dengan orang-orang yang menurut Anda memiliki perangai baik dan tak mudah marah. Berusahalah untuk meniru perilaku dan sikap mereka. Sedikit demi sedikit pribadi Anda akan berubah menjadi seperti mereka.
D. Sebagaimana yang dinasehatkan oleh tokoh-tokoh besar, seperti Ayatullah Bahjat, sering-sering mengucapkan shalawat dengan sugesti dan yakin yang mantap bahwa hal itu dapat menolong Anda mengurangi emosi.[2]
E. Memperhatikan adab-adab bergaul dengan sesama, yang di antaranya seperti:
1. Manusia saat menyukai sesuatu harusnya menyadari bahwa orang lain pun juga menyukainya, dan jika membenci sesuatu orang lain pun membencinya, oleh itu hendaknya melakukan sesuatu yang disukai dan meninggalkan yang dibenci bagi sesama. Imam Ali As bersabda: “Apa yang kau inginkan untukmu maka inginkanlah hal itu pula untuk selainmu, dan apa yang kau benci bagi dirimu maka bencilah itu bagi orang lain. Janganlah berbuat zalim, sebagaimana engkau tidak mau dizalimi. Berbuatlah baik sebagaimana engkau juga ingin diperlakukan dengan baik...”[3]
2. Jawablah perilaku buruk orang lain terhadap Anda dengan perbuatan baik. Sebisa mungkin lupakan keburukan-keburukan mereka dan jangan berusaha untuk membalas dendam. Karena orang yang berjiwa besar selalu mudah memaafkan, namun orang yang berjiwa sempit dapat dengan cepat marah dan berusaha membalas dendam.
Imam Ali As bersabda: “Cepat memaafkan adalah kriteria akhlak orang-orang besar, sedangkan mudah membalas dendam adalah akhlak orang yang rendah.”[4]
Beliau juga bersabda: “Seorang yang jantan adalah yang membalas perilaku buruk dengan kebaikan.”[5]
3. Pahami kembali posisi Anda di lingkungan sosial sekitar Anda, dan berusahalah untuk tidak campur tangan pada masalah-masalah yang tak ada kaitannya dengan Anda. Dalam hal-hal yang Anda memiliki wewenang di situ Anda dapat memberikan tanggapan dan pandangan Anda, dengan syarat tidak terlalu berlebihan, karena akan merusak martabat pribadi Anda. Kesalahan dalam bersikap sesuai dengan posisi sosial dapat mengakibatkan permusuhan, dengki, fitnah, menggunjing dan hal-hal lain yang tak diinginkan dan diharamkan.
Rasulullah Saw bersabda: “Salah satu tanda seorang Muslim yang baik adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang tak ada hubungannya dengannya.”[6]
Imam Shadiq As juga berkata: “Janganlah kalian ikut campur dalam perkara yang tak ada kaitannya dengan kalian, karena jika tidak kalian akan hina.”[7]
4. Mewujudkan hubungan penuh cinta antar anggota keluarga dan teman, adalah satu lagi dari faktor-faktor mengembangkan pribadi yang baik. Berhadapan dengan orang lain dengan tatapan penuh senyum dan terbuka, membuat mereka merasa nyaman dan siap berkomunikasi dengan baik dengan Anda. Jadi berusahalah untuk menyikapi mereka dengan ramah.
Rasulullah Saw bersabda: “Jika seorang yang beriman menghibur saudaranya dengan perkataan yang baik, lalu orang itu bahagia, selama ia bahagia Allah Swt terus mencurahkan rahmat-Nya kepada Mukmin tersebut.”[8]
Begitu pula Imam Baqir As bersabda: “Senyum seseorang kepada saudara seimannya adalah suatu kebaikan.”[9]
Dengan demikian berusahalah untuk menjalin hubungan yang baik dan penuh cinta dengan anggota keluarga dan kawan-kawan Anda. Selain bersikap ramah, ada kalanya Anda perlu membantu mereka memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka dan bertoleransi saat mereka sedang tertimpa kesusahan.
5. Di dalam kehidupan bermasyarakat, segala macam orang dengan pribadi yang bermacam-macam dapat ditemukan: baik, buruk, pintar, bodoh, kaya, miskin dan seterusnya. Tidak benar jika kita memilih jalan menyendiri untuk menghindari sebagian dari mereka. Kita harus bersikap bijak terhadap mereka, dan berusaha untuk tak bergaul dengan orang-orang yang bersifat tercela untuk mengamankan diri, agama dan harta kita dari keburukan mereka.Tidak benar juga jika dalam pergaulan kita meninggalkan kawan-kawan yang baik dan bergabung dengan teman-teman yang buruk.
Imam Ali As bersabda: “Yang duduk bersama orang-orang berprilaku buruk, tidak akan menjadi baik.”[10]
Beliau juga bersabda: “Selayaknya orang yang berakal terus berteman dengan orang-orang baik dan menghindar dari persahabatan dengan orang-orang yang jahat dan pendosa.”[11]
Jadi, hindari bergaul dengan orang-orang yang suka mencaci dan mentertawakan orang lain dan pendosa. Semoga berhasil. [iQuest]
Referensi untuk bacaan lebih lanjut:
1. Do Makârim al-Akhlâk Imam Sajjad As dan syarahnya yang cocok untuk anda;
2. Nuqtah-hâ Âgâz dar Akhlâq 'Amali, Ayatullah Mahdawi Kani;
3. Khudsâzi ya Tazkiyah Nafs, Ibrahim Amini;
4. Membaca hadis-hadis Nabi Saw dan Imam Maksum As;
5. Akhlâq Mu'âsyarat, jawad Muhadditsi.
 

[1]. Muhammad bin Ya’qub Kulaini, al-Kâfi, jld. 2, hal. 453, Dar Al-Kutub Al-Islamiah, Tehran, 1365 H.S.
[2]. Website Ayatullah Bahjat Rah dalam poin-poin penting kearifan.
[3]. Ibnu Syu’bah al-Harrani,, Tuhaf al-'Uqûl, Terjemahan Persia oleh Ja’fari, Behrad, hal. 72, Nasyr Islamiah, Teheran, Cetakan Pertama, 1380 S.
[4]. Abdul Wahid bin Muhammad Tamimi Amadi, Ghurar al-Hikam, hal. 245, Hadis 5005 dan hal. 346, Hadis 7953, Daftar Tablighat Qum, 1366 H.S.
[5]. Ghurar Al-Hikam, hal. 59, Hadis 629.
[6]. Muhaddits Nuri, Mustadrak al-Wasâil, jld. 9, hal. 4, Muasasah Alu al-Bait Qum, 1408 H.
[7]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 75, hal. 204, Muasasah al-Wafa’ Beirut, Libanon, 1404 H.
[8]. Syaikh Hurr Amili, Wasâil al-Syi’ah, jil. 16, hal. 376, Muasasah Alu  al-Bait Qum, 1409 H.
[9]. Al-Kâfi, jil. 2, hal. 188.
[10]. Ghurar al-Hikam, hal. 431, Hadis 9830.
[11]. Ghurar al-Hikam, hal. 430, Hadis 9796.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261252 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246366 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230153 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215022 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176347 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171637 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168133 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158190 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140983 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134061 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...