Please Wait
22270
Al-Qur’an menyokong seluruh nabi Ilahi dengan alasan bersama mereka, terlepas dari apakah peristiwa mereka dijelaskan dalam kitab samawi ini dan apakah nama salah seorang nabi dari mereka disebutkan di dalamnya. Tidaklah demikian bahwa seluruh nabi yang disebutkan dalam al-Qur’an, bahkan para penyeru agama Ibrahimi, seluruhnya berasal dari Bani Israel. Nabi-nabi seperti Nabi Luth dan Nabi Syu’aib yang merupakan pendakwah agama Ibrahimi tidak berasal dari golongan mereka.
Dari satu sisi, meski Allah Swt, menaruh perhatian lebih terhadap sebuah komunitas dalam masyarakat dan memilih para wali dan nabi dari kalangan mereka, namun tentu saja terdapat dalil-dalil yang berdasarkan hikmah dan kebijaksanaan atas pemilihan ini yang dijelaskan Allah Swt kepada kita. Dan sebagian dalil juga tetap terjaga dan tersembunyi di sisi-Nya.
Dalam menjawab pertanyaan ini kiranya kita perlu mencermati beberapa poin sebagaimana berikut ini:
1. Sesuai dengan riwayat, terdapat puluhan ribu nabi yang mendapatkan tugas tabligh, dakwah dan memberikan petunjuk kepada manusia. pada umumnya literature menyebutkan jumlah mereka adalah sebanyak 124.000 orang.[1] Al-Qur’an juga mengumumkan bahwa terlepas dari sebagian keutamaan yang dimiliki oleh sebagian nabi,[2] namun dengan memperhatikan bahwa pesan mereka adalah satu dan kesemuanya membimbing masyarakat pada satu tujuan. Karena itu, kita tidak dapat meninjau, dari sudut pandang ini, adanya perbedaan di antara mereka.[3]
Dari sisi lain, Allah Swt mengumumkan kepada nabi-Nya, bahwa meski dengan banyaknya peristiwa yang disebutkan dalam al-Qur’an terkait dengan para nabi sebelumnya, namun masih banyak kisah-kisah nabi yang lain yang tidak diungkap dalam al-Qur’an.[4] Dan hal ini merupakan suatu hal yang wajar; mengingat sekiranya al-Qur’an ingin dengan menyebut seluruh nama para nabi, maka volumenya akan mengisi seluruh kalimat al-Qur’an, belum lagi kisah-kisah mereka. Berdasarkan hal ini dan dengan memperhatkan adanya kesamaan pada pesan seluruh nabi, al-Qur’an menyebutkan beberapa contoh secara selektif sehingga dengan mudah dapat diakses dan diteliti.
Sekiranya al-Qur’an menyebutkan nama para nabi yang berasal dari China, India, benua Amerika, dan Eropa, para obyek dakwah yang terkadang tetap mengingkari hakikat-hakikat pasti, kita dapat dengan mudah mengklaim seluruh hal yang telah disampaikan dalam al-Qur’an adalah dusta dan tidak dapat ditetapkan. Namun kisah-kisah para nabi seperti kisah Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Isa As adalah kisah-kisah yang tidak dapat dengan mudah diingkari. Karena kurang-lebih, seluruh dunia yang berperadaban pada masa itu, mengetahui perisitwa ini secara global dan atas dasar itu obyek dakwah pertama al-Qur’an adalah kepada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk meneliti dalam masalah ini dan bahkan al-Qur’an sendiri juga menyeru mereka untuk menelisik, mencari dan menjelajahi masalah ini.[5]
Karena itu, menyebut nama sebagian nabi dalam al-Qur’an; bahkan sekiranya mereka kebanyakan berasal dari Bani Israel, tidak menjadi indikator bahwa al-Qur’an tidak menyokong nabi-nabi lainnya. Sebaliknya, al-Qur’an memilih sebagian besar dari mereka adalah seumpama al-Qur’an menjelaskan sebagian karunia di surga seperti sungai air, susu, madu dan arak.[6] atau bantal, permadani warna-warni.[7] yang dijelaskan secara lugas dalam al-Qur’an. Namun hal ini tidak bermakna bahwa tidak terdapat karunia lainnya dalam surga. Bahkan segala yang diinginkan dapat diperoleh di surga[8] dan di samping itu setiap kali penghuni surga berdiri, maka mereka akan lebih banyak memperoleh karunia lainya. [9]
2. Sesuai dengan keyakinan kaum Muslimin secara umum dan Syiah secara khusus, manusia tidak dapat melontarkan protes kepada Tuhan terkait dengan mengapa Dia lebih memilih sebagian kelompok atas sebagian lainnya; sebagai contoh, Allah Swt lebih banyak memilih nabi yang berasal dari Bani Israel dan para Imam Syiah yang berasal dari keluarga Nabi Muhammad Saw. Allah Swt dalam al-Qur’an menjelaskan bahwa sebagian keluarga utama atas penduduk sekalian alam dan berfirman, “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat” (Qs. Ali Imran [3]:33) Nah sekarang pertanyaannya adalah apa yang menjadi alasan pemilihan ini? Masalah ini, dengan memperhatikan bahwa Allah Swt Mahaadil dan Mahabijaksana, tidak dapat dinilai sebagai masalah aksidental dan kebetulan belaka. Bahkan secara pasti dan yakin, terdapat dalil-dalil bahwa sebagian dari mereka yang diumumkan kepada kita dan sebagian lainya masih misterius bagi kita. Salah satu dalil yang membenarkan kelanjutan silsilah kenabian berada pada anak keturunan Nabi Ibrahim adalah jawaban atas pengorbanan di jalan Allah dan terkabulkannya doa Nabi Ibrahim atas masalah ini (kenabian dan imamah).[10] Jawaban Allah Swt atas permohonan Nabi Ibrahim adalah menjadikan dua putranya Ishak dan Ismail sebagai nabi-Nya hingga munculnya nabi pamungkas, kebanyakan nabi berasal dari keturunan Ishak dan nabi pamungkas yang dengannya agama Allah berlanjut terus hingga hari Kiamat dipilih dari keturunan Nabi Ismail.
Oleh itu, kita tidak dapat melontarkan protes terkait dengan mengapa kebanyakan nabi berasal dari keturunan Ibrahim As[11] dan mengapa kebanyakan penyeru agama Ibrahimi muncul dari Bani Israel, sebagiamana generasi kedua imâmah terpusat pada anak keturunan Imam Husain As dan tidak adanya seorang imam dari keturunan Imam Hasan As juga merupakan hikmah Ilahi yang harus kita terima dengan lapang dada.
3. Mengingat bahwa kurang-lebih dapat dikatakan bahwa tiada keraguan bahwa kebanyakan nabi yang diutus pasca Nabi Ibrahim berasal dari anak keturunan Nabi Yakub atau Bani Israel, namun dalam al-Qur’an juga menyinggung para nabi lainya yang tidak berasal dari Bani Israel. Misalnya:
A. Nabi-nabi pra Nabi Ibrahim; seperti Nabi Adam As, Nuh As, Hud As meski masalah ini bukan menjadi obyek pertanyaan Anda tidak termasuk sebagai agama-agama Ibrahimi. Namun al-Qur’an membahas masalah ini.
B. Tidak dapat diragukan bahwa Ismail[12] adalah anak langsung Nabi Ibrahim yang disebutkan secara lugas sebanyak dua belas kali dalam al-Qur’an dan juga Nabi Luth, nabi yang semasa dengannya, disebutkan sebanyak dua puluh tujuh kali dalam kitab samawi ini.[13] Keduanya merupakan nabi agama Ibrahimi namun tidak berasal dari Bani Israel.
C. Nabi Syuaib As, seorang nabi yang menjadi tempat berlindung setelah Nabi Musa lari dari kejaran Fir;aun dan memilihnya untuk dinikahkan dengan putrinya. Nabi Syuaib adalah seorang nabi yang tidak berasal dari Bani Israel, melainkan dari anak keturunan Nabi Ibrahim dan dari keturunan Nabi Syuaib lahir seorang anak yang bernama Madin bin Ibrahim.[14] Nabi Ayyub juga menurut sebagian riwayat juga tidak berasal dari Bani Israel.[15]
D. Dan yang paling penting dari semua itu, Nabi Muhammad Saw sendiri yang sesuai dengan ungkapan al-Qur’an, merupakan sebaik-baik penyeru agama Ibrahim[16] tidak berasal dari keturunan Bani Israel melainkan berasal dari keturunan Ismail.
Akhir kata harus ditegaskan bahwa nabi-nabi yang disebutkan namanya dalam al-Qur’an; bahkan mereka yang datang setelah Nabi Ibrahim tidak terbatas dari keturunan Bani Israel dan apabila terdapat pembatasan ini karena dalilnya adalah bahwa kandungan pesan seluruh nabi adalah satu dan hal itu tidak akan menciderai tujuan al-Qur’an dalam memberi petunjuk kepada manusia. [iQuest]
[1]. Syaikh Shaduq, Man Lâ Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 4, hal. 180, Hadis 570, Intisyarat-e Jami’ah Mudarrisin, Qum, 1413 H.
[2]. “Rasul-rasul itu Kami lebih utamakan sebagian mereka atas sebagian yang lain.” (Qs. Al-Baqarah [2]:253)
[3]. “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka.” (Qs. Ali Imran [3]:84); Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan antara rasul-rasul-Nya” (Qs. Al-Baqarah [2]:136 & 285)
[4]. “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (Qs. Ghafir [40]:78)
[5]. “Maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (Qs. Al-Nahl [16]:43); “Maka kamu sekalian tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.” (Qs. Al-Anbiya [21]:7) Sehubungan dengan masalah yang telah dijelaskan, baiknya Anda juga menelaah Pertanyaan 546 (Site: 596) untuk memperoleh informasi lebih jauh.
[6]. “(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya.” (Qs. Muhammad [47]:15)
[7]. “Di dalamnya ada mata air yang mengalir. Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan. Dan gelas-gelas yang tertata (di dekatnya). Dan bantal-bantal sandaran yang tersusun. Dan permadani-permadani yang terhampar.” (Qs. Al-Ghasiyah [88]:12-16)
[8]. “Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata.” (Qs. Al-Zukhruf [43]:71); “Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.” (Qs. Al-Fusshilat [41]:31)
[9]. “Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan di sisi Kami ada tambahan (rezeki lain yang belum pernah terpikirkan oleh siapa pun).” (Qs. Qaf [50]:35)
[10]. “Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.” Ibrahim berkata, “Dan dari keturunanku (juga)?” (Qs. Al-Baqarah [2]:124); “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (Qs. Ibrahim [14]:40)
[11]. “Sesungguhnya Kami telah memberikan kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepada mereka kerajaan yang besar.” (Qs. Al-Nisa [4]:54)
[12]. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku (ini) untuk orang-orang yang melakukan tawaf, yang beriktikaf, Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa, dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya,” Katakanlah (hai orang-orang mukmin), “Kami beriman kepada Allah dan apa yang telah diturunkan kepada kami dan apa yang telah kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan (para nabi dari) anak cucunya,” Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? (Qs. Al-Baqarah [2]:125, 133, 136, 140)
[13]. “Dan (begitu juga) Ismail, Ilyasa‘, Yunus, dan Luth. Masing-masing Kami lebih utamakan atas umat semesta alam.” (Qs. Al-An’am [6]:86); “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala ia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan buruk itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu.” (Qs. Al-A’raf [7]:80); “Dan tatkala datang utusan-utusan (para malaikat) Kami itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka (lantaran ia khawatir kaumnya akan menggangu mereka), dan dia berkata, “Ini adalah hari yang amat sulit.” (Qs. Hud [11]:77)
[14]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 12, hal. 376-376, sesuai nukilan dari Majma’ al-Bayan, Syaikh Thabarsi, Muassasah al-Wafa, Beirut, 1404 H.
[15]. Bihâr al-Anwâr, jil. 12, hal. 384, Hadis 9.
[16]. “Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.” (Qs. Ali Imran [3]:68)